Kurikulum Pendidikan ditengah Corona (Part 3)
- tentang solusi alternatif- Di part 1 saya membahas tentang konstruksi penyelenggaraan pendidikan yang ideal dan memperlihatkan bahwa perubahan mendasar cara pembelajaran bisa dilakukan. Di part 2 saya mengulas ke-mubazir-an kurikulum sekolah yang memaksa menginput puluhan mata pelajaran kedalam kepala anak yang belum tentu pengetahuan tersebut diingat atau bahkan terpakai dikemudian hari. Lalu bagaimana solusinya? Bukankah 2 pokok persoalan diatas melibatkan institusi besar yang tidak mungkin perseorangan seperti kita bisa merubahnya? Haruskah kita menggerakkan banyak orang untuk demonstrasi menuntut perubahan system pendidikan? Pertama, perubahan tidak selalu harus dari atas (Top-Down) tapi bisa dilakukan dari elemen yang paling bawah (Bottom Up) yang kemudian hari bisa menyentuh sampai bagian atas penentu kebijakan. Ada banyak contoh kasus dimana penentu kebijakan harus mengikuti hasrat masyarakat, apalagi jika viral, sangat mudah sekali. Terkait cara “Bottom Up