Komunikasi dan perubahan sosial
BAB
I
PENDAHULUAN
Selama orang-orang masih
bertanya-tanya tentang kehidupan dunia,
mereka telah ditipu oleh misteri-misteri sifat kemanusiaan. Kegiatan yang
paling biasa dalam kehidupan kita, hal-hal yang kita dapatkan secara cuma-cuma
bisa sangat membingungkan ketika kita mencoba memahaminya secara sistematis.
Komunikasi adalah salah satu dari kegiatan sehari-hari yang benar-benar
terhubung dengan semua kehidupan manusia, dari segi informasi, mekanistis,
persuasive hingga pragmatis. Komunikasi pun mampu menciptakan perubahan sosial
yakni merubah kehidupan manusia dari fase primitif menjadi fase modern hingga
fase postimodern.
Perubahan
sosial dipandang sebagai konsep yang mencakup seluruh kehidupan masyarakat baik
pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara dan dunia yang mengalami
perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan
sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat setra semua
unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial. Perubahan
sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan
unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih mengunakan sistem
budaya dan unsur-unsur sosial yang baru[1].
Hal-hal penting dalam perubahan sosial menyangkut aspek-aspek sebagai berikut:
perubahan pola fikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat dan perubahan
budaya materi.
A.
Komunikasi
perspektif informasi
Informasi dapat juga disebut
pesan. Pesan terjadi karena ada penyampaian pesan dan penerima pesan. Terjadi
informasi membuat terjalinnya hubungan antara penyampai pessn dan penerima
pesan[2].
Dalam informasi terdapat
sifat-sifat informasi yang harus diketahui agar dapat menyajikan informasi yang
terpilih. Yakni :
1.
Informasi yang relevan dan tidak relevan
2.
Informasi bermanfaat dan tidak bermanfaat
3.
Informasi tepat waktu dan tidak tepat waktu
4.
Informasi valid dan tidak valid
Selain sifat-sifat
informasi, ada pula tingkat hubungan yang terjadi saat terjalinnya hubungan
penyampaian pesan atau informasi antar kedua pihak:
1.
Tingkat Ritual
Banyak terjadi dalam bentuk basa basi, namun hubungan
ini berguna dalam melancarkan komunikasi yang disambung dengan informasi. Contoh
: Hai bagaimana kabarmu hari ini?, Selamat pagi, Selamat Sore,
Assalamu’alaikum, dsb.
2.
Membicarakan Orang Lain
Dalam
terjadinya informasi tidak membuat persetujuan. Semua pembicaraan tidak ada
sangkut pautnya dengan dirinya. Dalam hal ini tidak mengharapkan sesuatu dari
masing-masing pihak. Informasi yang dikemukakan tentang oranglain, tentang apa
yang diperbuat dan dikatakan orang diluar diri masing-masing pihak.
3.
Menyatakan Gagasan dan Pendapat
Pada
taraf ini sudah diusahakan ikatan dari penyampaian pesan kepada penerima pesan.
Penyampaian pesan mengharapkan supaya gagasan dan pendapatnya dapat diterima
atau harapan-harapan lain dari gagasan dan pendapat yang dikemukakan. Informasi
yang dikemukakan perlu penyesuaian – penyesuaian tertentu bagi penyampaian
pesan isi pesan dan memperhatikan pada reaksi-reaksi penerima pesan.
4.
Taraf dan Tingkat Perasaan
Pada
taraf ini informasi sudah diikuti dengan suasana rasa hati keterbukaan,
keikhlasan hati tanpa pura-pura. Dirasakan betul-betul pihak penerima informasi
sama dengan dirinya. Kesepakatan yang terjadi merupakan kesempatan yang tulus,
semuanya dalam kelegaan, terjadi tenggang rasa yang asli dalam komunikasi.
B.
Komunikasi
perspektif persuasif
Salah
satu dari sarana yang paling kuat untuk mencapai keberhasilan komunikasi adalah
kemampuan untuk meyakinkan orang lain untuk dapat mempercayai apa yang di
katakan. Kemapuan untuk meyakinkan orang lain merupakan dasar dari kemampuan
anda untuk memperoleh apa
yang diinginkan. Menurut penelitian para
ahli kemampuan untuk meyakinkan orang lain sangat ditunjang oleh tehnik-tehnik
yang spesifik dan dapat diidentifikasi yang dapat kita gunakan.[3]
Persuasi bukanlah manipulasi, melainkan menciptakan lingkungan yang tepat untuk
sebuah gagasan dan kemudian menyampaikan menyampaikan gagasan itu dengan
efektif.
a.
Pengertian Komunikasi Persuasif
Bachtiar
Aly, memberikan pengertian komunikasi ke dalam dua hal. Pertama adalah
informasi. Terjadi proses pengiriman informasi, baik itu melalui
lambang-lambang maupun gambaran yang berupa stimulus, dalam bentuk tulisan,
lisan ataupun isyarat. Kedua adalah persuasif. Setiap aktivitas komunikasi
mengharapkan adanya perubahan pada komunikannya. Bila merujuk kepada taksnomi
Bloom, tentunya perubahan yang diharapkan terjadi baik pada ranah afektif,
kognitif dan psychomotorik.. Kegiatan komunikasi memiliki dua aspek yaitu aspek
informatif dan aspek persuasif.
Aristoteles
memberikan rumusan sederhana tentang metode persuasif yang sering juga disebut
sebagai common sense, yang mana rumusan itu adalah:
The
etical or emotional mode of persuasion. Metode persuasi dengan etika.
Komunikator ulung adalah komunikator yang perilakunya menjadi rujukan banyak
orang. Seorang komunikator mesti menjadi teladan bagi banyak orang
The
pathetic or emotional mode of persuasion. Persuasi dengan memakai emosi.
Komunikan akan berubah dan mengikuti pandangan seorang komunikator yang
berhasil melakukan pendekatan emosional.
The
logical mode of persuasion. Komunikan akan mengikuti pembicaraan
komunikator yang sistematis dan logis.
Dalam
melakukan kegiatan komunikasi, seorang komunikator yang melakukan kegiatan
persuasi (bujukan) dan sering dikatakan bahwa sebetulnya kegiatan komunikator
ketika menyampaikan pesan itu sama dengan kegiatan pembujuk atau persuader.
Artinya, bagi pemberi pesan melakukan persuasi tersebut merupakan tujuan dari
proses komunikasi yang dilakukan dan persuasi (komunisuasi) itu merupakan
proses belajar yang bersifat emosional atau perpindahan anutan dari hal yang
lama ke hal yang baru melalui penanaman suatu pengertian dan pemahaman.
b. Elemen Utama dalam Persuasi
DeVito menjelaskan bahwa terdapat tiga alat
utama dalam melakukan komunikasi persuasif, yaitu:
1. Penalaran dan Bukti Penalaran merupakan proses yang
dijalani dalam membentuk kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Dalam melakukan
penalaran memerlukan bukti-bukti pendukung yang kuat, baru, dan netral atau
tidak memihak.
2. Daya Tarik Psikologis.
Daya tarik psikologis dipusatkan pada motif
kekuatan-kekuatan yang menyemangati seseorang untuk mengembangkan, mengubah,
atau memperkuat sikap atau cara perilaku tertentu. Motif yang dapat menjadi
sasaran daya tarik psikologis dapat berupa rasa takut, kekuasaan, kendali,
pengaruh, pengakuan, hingga ekonomi (keuangan).
3. Daya Tarik Kredibilitas.
Kredibilitas mengacu pada kualitas daya
persuasi yang bergantung pada persepsi khalayak akan karakter pembicara. Baron
dan Byrne menjelaskan dalam Psikologi Sosial bahwa komunikator yang kredibel –
yang tahu akan apa yang mereka bicarakan atau ahli mengenai topik atau isu yang
mereka sampaikan – lebih persuasif daripada komunikator yang bukan ahlinya.
c. Hambatan- hambatan terhadap persusasi
Suatu
kekeliruan yang besar sekali, jika kita menduga bahwa persuasi yang kita
usahakan dengan komunikasi itu akan diterima oleh komunikan tepat atau sesuai
seperti yang kita maksud. Seringkali kita menyaksikan bahwa pesan- pesan yang
kita komunikasikan itu di terima secara keliru, melesat, bahkan bertentangan
sama sekali dengan yang kita harapkan. Tidak jarang kta menggunakan bahasa yang
yang tidak mampu yang kita ceritakan apa yang kita maksud sehingga komunikan
meleset pula dalam menafsirkan komunikasi. Apa yang kita katakana tidaklah sama
seperti apa yang didengar oleh mereka. Sesungguhnya kkita menggunakan segala
lambing dalam pikiran kita yang bersifat abstrak bagi komunikan yang dalam penanggapannya
memerlukan penafsiran. Kata- kata, idea, isyarat, dan lambing- lambang lainnya
yang kita nyatakan secara lisan, tulis, lukisan atau dengan cara- cara lain
tidaklah sama bagi orang lain sseperti halnya bagi kita. Hal yang paling susah
dalam usaha persuasi ddengan komunikasi itu adalah usaha agar orang lain dapat
menerima atau menanggapi pesan yang sesuai benar dengan cara berfikir kita.
Hambatan- hambatan ini banyak macamnya.
Diantara hambatan- hambatan itu adalah apa yang disebut noise-factor, semantic factor, kepentingan, motivasi dan prasangka.
Niise factor adalah hambatan berupa suara- suara yang
mengganggu komunikasi sehingga tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya.
Selain hambatan ini terjadi secara langsung Hambatan noise factor dapat juga
terjadi terhadap saluran televise, radio
dalam bentuk gangguan cuaca. Seringkali hambatan itu senagja dipakai oleh
orang- orang untuk mengganggu komunikasi. Seperti seseorang yang tengah
berpidato kadang- kadang tak dapat meneruskan pidatonya karena diganggu oleh
yel- yel atau teriakan- teriakan lainnya yang disengaja di lancarkan untuk
menghambat atau mengganggu proses komunikasi.
Semantic factor adalah hambatan berupa
pemakaian kata atau istilah- istilah yang menimbulkan salah paham atau salah
pengertian. Hambatan berupasemantic factor tidak jarang mengakibatkan
kesalahan- kesalahan yang fatal. Sebuah siaran radio dalam warta berita bahas
sunda tanggal 28 agustus 1967 menyiarkan berita yang dimulai dengan kalimat
“Waduk Ir. Haji Djuanda geus rengse….” Tanggapan terhadap kalimat itubagi warga
sunda membawa asosiasi yang kurang enak, karena waduk dalam bahasa sunda
artinya “kotoran manusia”.
Kepentingan ( interest) akan membuat
seseorang atau banyak orang akan memilih dan memberikan tanggapannya. Orang-
orang akan memberikan tanggapan terhadap sesuatu yang ada kepentingannya dengan
dirinya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja, tetapi
memerlukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita yang pada
pokoknya merupakan sifat reaksi terhadap ranngsangan yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan suatu kepentingan.
Motivasi akan mendorong seseorang
seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, kebutuhan dan
kekurangannya. Keinginan seseorang berbeda- beda dengan orang lain dari waktu
kewaktu sehingga motivasi orang juga
berbeda- beda dalam intensitasnya. Demikian pula intensitas orang
terhadap seseorang terhadap suatu komunikasi.
C.
Komunikasi
perspektif pragmatis
Perspektif
pragmatis merupakan aplikasi yang sesuai dari sitem pada komunikasi dan jelas
merupakan perkembangan baru yang berbeda untuk penelitian komunikasi. Perpektif
ini mengajukan asumsi yang berlandaskan pada teori sistem. Nama untuk perpektif
ini sebenarnya berasal dari studi bahasa yang menempatkan tiga bagian studi:
sintaksis, semantik, dan pragmatis. Perspektif pragmatis menyajikan
alternatif paradigma yang sangat berbeda dengan perspektif lainnya.
Komponen-komponen khas dari perpektif pragmatis dimulai dengan perilaku
orang-orang terlibat dalam komunikasi[4].
Yang fundamental bagi setiap studi komunikasi manusia
adalah yang serius dalam perspektif pragmatis adalah daftar kategori yang memungkinkan
tindakan komunikatif untuk diulang kembali pada saat yang berlainan. Langkah
berikutnya dalam komunikasi manusia adalah mengorganisasikan urutan yang
sedanga berlangsung dalam kelompok-kelompok karakteristik sehingga peristiwa
itu “cocok” satu sama lainnya dalam suatu pola yang dapat ditafsirkan. Urutan itu
diberi cara penggunaannya berkat keterbatasan yang diberikan pada pilihan
interaktif; yakni makin berurutan, makin banyak struktur yang diperlihatkan
oleh pola interaksi.
Diantara asumsi dari perpektif
ini, ialah:
a.
Pertukaran pesan yang komunikatif
bukan pada individu melainkan pada unsur-unsur yang menyeluruh pada sistem
komunikasi. Pendekatan sistem komunikasi terletak pada keseluruhan sistem
perilaku individu dan bukan individu, seperti dalam perspektif psikologi.
b.
Perilaku bukan hasil dari manusia
yang berkomunikasi(komunikator) melainkan dari hasil perilaku orang lain
(perilaku komunikan). Yang akhirnya menimbulkan sebab reaksi balik.
c.
Memahami komunikasi secara
sistem,Yakni kita harus meneliti sekuen perilaku yang bermuara pada pola
perilaku tertentuyang istimewa, berkaitan satu sama lain dan merupakan
karakteristik sistem itu sendiri.
Adapun unsur-unsur
perpektif pragmatis yang perlu diperhatikan ialah tindakan, interaksi,hambatan,
kelebihan yang hasilnya terlihat pada pola-pola, serta interaksi yang tampak
dalam tahap dan siklus suatu sistem. Ruang lingkup perpektif ini mengacu pada
usaha untuk memahami proses komunikasi yang merupakan sekuen dari perilaku yang
tersusun dalam suatu sitem,siklus dan episode dalam berinteraksi.
D.
Komunikasi
perspektif mekanistis
Perpektif
mekanistik dalam ilmu komunikasi, sebenarnya dianggap sebagai perpektif tertua
dan paling terkenal. Karena perpektif ini sering di pergunakan dalam penelitian
ilmu komunikasi, antara lain muncul dalam model “peluru” dari Wilbur Schramm.
Uraian perpektif mekanistik
diawali dengan asumsi yang menjadi dasar pemikiran perspektif mekanistik,
yaitu:
a.
Perpektif yang beranggapan setiap
bagian dari sistem mekanik ,mentransformasikan fungsi-fungsinya pada sebuah
garis linier dan satu arah secara sekuensial.
Asumsi ini menjelaskan bahwa dalam proses komunikasi yang bersifat
linier dan satu arah, perpindahan pesan terjadi secara sekuensial dan bertahap
mengikuti rangkaian proses komunikasi. Dari prinsip ini, perpektif mekanistiks
pesan di ibaratkan sebagai “energi” yang dipindahkan, sebagai halnya dalam
kaidah perpindahan arus listrik.
b.
Pespektif ini menyebutkan bahwa
dunia dapat dipandang sebagai rangkaian objek-objek material, seperti halnya
sekuensi dari aksi-reaksi (hubungan sebab akibat reaksi) yang timbul karena
perpindahan energi dari asumsi pertama akibat adanya aksi. Hubungan ini
bersifat sebab-akibat.
c.
Perpektif ini menyebutkan bahwa
sesuatu yang menyeluruh dari sebuah rangkaian. (misal:proses komunikasi).terjadi
bukan karena sebuah unsur yang ada, melainkan karena gabungan dari peran
unsur-unsur itu. Menurut asumsi ini, jika hendak mengurangi akibat akhir dari
suatu rangkaian komunikasi , seseorang dapat mengurangi pesan dari
masing-masing di tingkat yang di inginkan.
Unsur-unsur
yang harus ada dalam perpektif ini adalah sumber, pesan, saluran, gangguan, penerimaan, encoding
dan decoding. Serta kejituan dalam komunikasi. Model mekanistis bekerja dimulai
dari perpindahan pesan dari sumber yang di encoding, lalu dikirim melalui
saluran. Sebelum diterima penerima pesan terlebih dahulu dicode, perjalanan
pesan mengalami gangguan di saluran sehingga perhatian disaluran ini menjadi
sangat penting.
Ruang lingkup
perpektif ulasan mekanistik meliputi studi
komunikasi yang dipusatkan pada saluran. David K Berlo mengumpamakan saluran
sebagai sungai sebagai sungai sedangkan media sebagai perahunya. Jadi, apabila
sungai ini tidak berair, perahu pun tidak akan bisa jalan. Saluran merupakan
saluran indra manusia, sedangkan media merupakan alat untuk menyampaikan pesan.
[1] Burhan bungin, Sosiologi
Komunikasi,( Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2008): hlm 91
[2] A.w. widjaja, Komunikasi,
(Jakarta, Bumi Aksara: 1993): hlm 31
[3]Robert anthony, Tehnik Persuasi Yang Efektif,( Jakarta Barat, Bina Rupa Aksara: 1992): hlm 1
[4] Elvinaro ardianto, dan
bambang q-anees, Filsafat Ilmu Komunikasi,(Bandung, Simbiosa Rekatama Media: 2009):
hlm 41
Comments