Naskah Teater : MIJIL
MIJIL
Simponi Kelahiran Manusia
BABAK I
Narator satu Turun perlahan dari atas,
pakaiannya serba hitam.
Nasib
terbaik bagi orang indonesia adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan
tapi mati muda, dan yang tersial adalah mati di atas ranjang pada umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Coba
lihat diri kita, lingkungan kita dan negara kita saat ini. alangkah bahagianya
jiwa-jiwa yang tak sempat terlahir kedunia. Mereka tidak merasakan bagaimana
pedihnya terjangkit busung lapar, mereka tak sempat melihat negaranya yang
agraris, yang konon katanya tongkat kayu dilempar diatas batu bisa jadi pohon,
mengalami krisis tahu tempe. Mereka tak akan sempat melihat kenyataan bahwa
ibunya melahirkan tanpa suami. Mereka tak akan merasakan betapa mahalnya
mendapatkan pendidikan saat ini.
Kemudian muncul narator II dari kepulan asap
melanjutkan kata-kata Narator pertama :
Nasib
baik juga bagi mereka yang terlahir di bumi pertiwi ini tetapi mati di usia
muda. Mereka tidak harus bertanggung jawab pada para pemimpinnya yang berlomba
korupsi, wisma atlet, hambalang, hingga centuri. Mereka tidak perlu repot-repot
melerai orang-orang bodoh yang bertengkar atas nama agama yang berusaha menjadi
tuhan dengan membenarkan dirinya masing-masing. Mereka tak perlu melihat
teman-temannya tawuran dengan sesamanya hanya karena persoalan kecil yang
anjing pun tahu kalau itu bisa diselesaikan dengan bicara. Mereka tak perlu
merasakan Kehidupan sekarang yang benar-benar membosankan. menjadi seperti
monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi.
Babak II
Serombongan orang berjalan menuju sebuah
tempat yang di sakralkan. Di barisan paling depan terlihat sang pemimpin. Di
ikuti dibelakangnya seorang perempuan yang terlihat perutnya besar. Dan sisanya adalah para pengikut. Dengan
penerangan obor yang mereka bawa, mereka berjalan menyusuri jalan sambil
mendengungkan mantra-mantra.
Tiba di lokasi pemujaan mereka langsung
bersiap melakukan ritual. Tampak para penabuh gamelan mulai memainkan musiknya.
Perempuan yang hamil duduk diatas batu yang terletak di belakang sendiri
ditemani 2 orang. Sang pemimpin mulai merapal mantra. Sementera seorang penari
perempuan di iringi oleh para penari laki-laki mulai menari.
Singgah-singgah
kala singgah
Pan suminggah durga kala sumingkir
Singa ama sing awulu
Sing suku sing asirah
Sing atenggak lawan kala sing abuntut
Enggal sira suminggaha
Baliya mring papan neki
Pan suminggah durga kala sumingkir
Singa ama sing awulu
Sing suku sing asirah
Sing atenggak lawan kala sing abuntut
Enggal sira suminggaha
Baliya mring papan neki
Perempuan tersebut terus menari, semakin lama semakin tak
beraturan. Sementara sang pemimpin terus merapal.
Ambalik
marang awaknya
Balik marang jasadira pribadhi
Balik karsaning Hyang Agung
Tamat sesinggah wetan
Tulak sarap punika ingkang winuwus
Arane setan kang ngucap
Kang akama salah sami
Balik marang jasadira pribadhi
Balik karsaning Hyang Agung
Tamat sesinggah wetan
Tulak sarap punika ingkang winuwus
Arane setan kang ngucap
Kang akama salah sami
Hingga akhirnya perempuan tersebut terduduk, mengalami ekstase.
Sang pemimpin mengakhiri mantranya.
Tan pegat
pamuja mantra
Pun jaswadi putra ing kodrat mangki
Pun jaswadi putra ing kodrat mangki
Semua berhenti, memandang perempuan tersebut.
Musik gamelan kembali berbunyi. Sang pemimpin mengahampiri perempuan tersebut.
Dalam keadaan ekstase tersebut, perempuan itu mengaku sebagai petruk, dan
memberikan wejangan kepada para pelaku ritual.
(nasihat)
Setelah selesai memberikan nasihat, perempuan
tersebut di sadarkan kembali.
Mereka melanjutkan ritual Mitoni. Si perempuan
hamil di dudukkan diatas batu.
BABAK III
Di dunia para dewa
BABAK IV
Di sudut
tempat yang tak terdefinisikan. Bisa jadi itu surga, bisa jadi itu
neraka, bisa jadi kamar mandi bisa jadi itu sebuah ruang kantor. Seorang
laki-laki menatap pada layar yang menampilkan kepedihan-kepedihan manusia. Lama
ia tertegun menatap layar tersebut. Sampai kemudian dia berbalik dan duduk
disebuah kursi. Ditariknya nafasnya dalam-dalam, kemudian bergumam :
Kelahiran
, satu kata yang membawa banyak harapan. hanya Satu kata, tetapi menampung
segala impian. Satu kata yang semua perempuan rela memberikan nyawanya untuk
menyambutnya, satu kata yang akan menjadikan semua laki-laki mendedikasikan
hidupnya untuk menjaganya. Hanya satu kata, tapi mampu membuat manusia
mendongakkan kepalanya kembali setelah berjuta tahun kehilangan asa. Dan sekali
lagi, hanya satu kata, tetapi bisa bermakna segalanya.
Kemudian dia tertunduk diam. tak jauh dari
tempatnya duduk terlihat seseorang melukis sesuatu pada kanvas putih yang ada didepannya.
Sambil melukis, orang itu berkata :
manusia
selalu berusaha menggoreskan kuas ambisinya untuk membuat sebuah lukisan
kehidupan diatas putihnya kanvas dunia. Membuat garis demi garis peradaban.
Mencoba memberikan warna pada lingkungan sosialnya.sedikit-demi sedikit
berusaha merealisasikan semua harapan dan cita-citanya. Dan terkadang tanpa
peduli pada torehan garis kehidupan oranglain, ia tutupi dengan pongahnya
dengan garis miliknya.semua tahu ia punya warna yang lebih berkuasa dari warna
yang dimiliki orang lain.dan ia pun sadar bahwa garis miliknya itu merusak
garis-garis milik orang lain. Tapi karena hasrat ego dan ambisinya ia masa
bodoh terhadapnya, yang penting ia puas garis miliknya bisa tertoreh diatas
kanvas lingkungan sosialnya. Dan terkadang, dengan segala cara ia terus mencoba
menguatkan warnanya, menambahkan nuansa-nuansa hitam agar garisnya semakin terlihat.
Orang pertama yang tadinya tertunduk mulai
mendongakkan kepalanya, dan bangkit dari duduknya. Perlahan dia berjalan
menghampiri menghampiri orang kedua. Mengamati lukisannya, dan berkata :
Tetapi
Tanpa disadarinya, lukisan kehidupannya semakin tak berbentuk. Hanya hitam yang
terlihat, tidak ada keindahan, tidak ada kedamaian. Dan ketika ia mulai
menyadarinya. Ia mencoba mengahapus dengan tangannya. Tapi ia lupa, tangannya
terlalu kotor. Niatannya untuk menghapus semua jejak garisnya semakin merusak
lukisannya.lalu harus bagaimana jika sudah seperti ini. Ketika semua sudah
rusak, ketika semua keindahan telah sirna, ketika kedamaian telah hilang?
Pelukis tersebut jatuh tersimpuh didepan kanvasnya.
Merenungi hasil goresan tangannya. Memandang dengan putus asa kedua telapak
tangannya yang telah merusak sendiri lukisannya. Orang kedua mengamati kanvas
dan kemudian melanjutkan kata-katanya.
Kelahiran,
bisa menjadi simbol sebuah awal baru.menjadi simbol lembaran kehidupan yang
baru. Menjadi pijakan untuk kembali
merubah apa yang sudah terubah. Kanvas kotor ini bisa dengan mudah kita buang
dan membuka lembaran kanvas baru.tapi haruskah selalu seperti ini. Ketika
setiap kanvas rusak karena kesalahan goresan kita selalu langsung kita buang? Ketika
kanvas kita rusak, apakah kita akan selalu
langsung membebankan kesalahan kita pada kanvas baru?
Pelukis itu terus berusaha melukis, lukisannya
selalu rusak karena tangannya yang kotor tanpa sengaja selalu memegang kanvas.
Dibuangnya kanvas yang rusak, dan membuka kembali lembaran baru. Terus seperti
itu. Sampai akhirnya ia lelah.
Berapa
kalipun aku membuka lembar baru, tak pernah bisa ku lukis dengan benar. Karena
sebersih apapun kanvas baruku, jika aku tidak mencuci tanganku yang telah
terkotori oleh tinta kesalahanku maka tetap saja percuma. Kotoran ditanganku
akan selalu merusak kanvasku.
Kembali pelukis tersebut memandangi telapak
tangannya. Orang pertama menghampiri pelukis tersebut. Sambil memegang telapak
tangannya ia berkata :
Berjuta
bayi boleh lahir, berjuta ibu boleh berharap, berjuta ayah boleh bermimpi. Tetapi
kita harus ingat, bahwa perubahan tidak dimulai oleh kanvas putih, perubahan
tidak dibawa oleh kelahiran baru sang bayi. Perubahan tidak akan diberikan
tuhan dengan serta merta. Perubahan tidak terjadi dengan mudahnya. Kita tahu
bahwa kanvas kehidupan kita cukup kotor hari ini. Kanvas lingkungan sosial kita
penuh dengan coretan hitam. Kita tidak bisa membebankan perubahan kepada bayi
mungil tak berdosa yang terlahir hari ini. Yang harus kita lakukan adalah
membersihkan telapak tangan kita. Dan kita mulai perubahan dari kita. kelahiran
bukan hanya untuk bayi yang keluar dari perut ibunya. Kita pun bisa terlahir
hari ini. Kita bisa terlahir menjadi manusia baru dengan telapak tangan yang
sudah dibersihkan. Dan secara bersama-sama menjadi pemandu bagi bayi-bayi
mungil yang terlahir hari ini. Hingga pada akhirnya, kita akan mendapatkan
lukisan kehidupan yang indah diatas kanvas dunia kita.
Comments