Hari Kebangkitan Nasional : Momentum Kebangkitan Gerakan Mahasiswa
Bagaikan melihat bunga-bunga yang layu
Kering di hantam kemarau
Yang mencoba bangkit dari kematian
Tuk memulai hidup yang baru
Syair
di atas adalah sepenggal bait lagu yang dinyanyikan oleh beberapa anak jalanan
ketika saya berhenti sejenak di terminal tambak oso wilangun tanggal 13 mei
lalu. Bait lagu yang begitu mengusik telinga saya, seakan mengingatkan saya
pada lingkungan saya di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Saya termenung mendengarkan
nyanyian pengamen-pengamen cilik itu. Lagu yang mereka nyanyikan seolah
menyindir saya dan sodara-sodara saya di Left Democratic Force [LDF]. Apa yang
kami lakukan sekarang seolah-olah adalah mencoba menyegarkan kembali
bunga-bunga gerakan mahasiswa yang telah layu di telan gelombang apatis
mahasiswa akademisi, tindakan yang dianggap oleh para organisatoris tempe sebagai sebuah hal yang mustahil,
karena sama saja mencoba membangkitkan mayat dari kematian.
Tetapi,
semustahil apapun akan tetap kami lakukan. Karena mahasiswa adalah salah satu
elemen yang vital dan mempunyai peran yang penting dalam mengawal dan melakukan
sebuah perubahan di setiap Negara. Peran dan tanggung jawab mahasiswa dalam
melakukan kerja-kerja gerakan dalam sebuah perubahan menjadi suatu hal yang wajib dalam garis
sejarah sebuah bangsa. Apalagi dalam sejarah perubahan bangsa kita “Indonesia”.
kami percaya, bahwa akan tiba masanya mahasiswa kembali tersadar dari tidur
lelapnya. Mereka akan kembali pada posisinya sebagai Agent of Change, Agent of Control, dan Iron Stock. Karena mahasiswa adalah bagian dari stuktur sosial yang
tidak bisa dipisahkan dari masyarakat
Memang
tidak mudah, kalau bicara tanggung jawab, mahasiswa memang memiliki tanggung
jawab yang sangat berat, mahasiswa dituntut untuk memliki reputasi akademik yang
bagus untuk melangsungkan kehidupan pribadinya kelak. Tetapi juga tidak boleh
dilupakan jika mahasiswa juga punya tanggung jawab sosial. Agar kita tidak
hanya berdiri diatas menara gading dalam melihat realitas kebangsaan yang hari
ini kita rasakan akan tetapi kita harus membaur dan menyatu dengan masyarakat
dalam mentransformasikan problematika kebangsaan dan bersama-sama seluruh
elemen bangsa kita akan melakukan perubahan yang dicita-citakan oleh seluru
rakyat Indonesia, Hal serupa juga pernah dilakukan oleh sang revolusioner
sejati baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Beliau juga mempunyai tanggung jawab
kepada Allah sebagai makhluk-Nya untuk melakukan ibadah walau sudah ada jaminan
masuk surga. Akan tetapi tanggung jawab terhadap masyarakat arab yang masih jahiliyah
merupakan salah satu tugas beliau yang paling berat dalam memberantas
kejahiliaan dan membawa mereka pada jalan yang benar. Dan ini merupakan
manifestasi dari gerakan sosial beliau sebagai utusan dan Kholifah di muka
bumi.
Kesadaran
akan peran dan tanggung jawab mahasiswa di tengah problematika kebangsaan
merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena bagaimanapun juga antara
mahasiswa dan masyarakat merupakan satu elemen sosial yang tak bisa dipisahkan.
Mahasiswa adalah masyarakat terdidik yang harus bertanggungjawab atas realitas
kebangsaan. Jika selama ini mereka hanya sadar akan tanggung jawab akademiknya
maka mahasiswa sudah tercerabut dari akar rumputnya yaitu masyarakat. Dan
kesadarannya pun adalah kesadaran naif.
Sejarah
Indonesia mencatat bahwa dalam setiap perubahan dan peristiwa-peristiwa besar
yang menyangkut kelangsungan bangsa ini, mahasiswa selalu menjadi garda
terdepan dan pioneer yang mampu berperan aktif dalam setiap perubahan tersebut.
Peristiwa 1908, yang dijadikan sebagai momentum awal kebangkitan nasional
Indonesia merupakan periode nasional yang banyak di isi oleh para mahasiswa
bangsa ini. Peristiwa sumpah pemuda 1928 yang melahirkan kebulatan tekad bangsa
ini pun tidak terlepas dari peran mahasiswa dengan komunitas Jong-jongnya pada
saat itu. Belum lagi peristiwa-peristiwa penting lainnya yang terjadi pra
kemerdekaan yang kesemuanya tidak mungkin terlepas dri adanya peran aktif
mahasiswa-mahasiswa Indonesia pada saat itu. Soetomo, Soekarno, Hatta, M.
Yamin, mereka semua adalah para founding fathers kita yang berangkat dari
semenjak mahasiswa hingga menjadi pelopor perjuangan kemerdekaan bagi bangsa
ini.
Pasca
Proklamasi 1945, mahasiswa harus berbenturan dengan kebijakan dan kondisi
politik Indonesia dimasa kepemimpinan Soekarno. Tingginya suhu politik dan
peran aktif parpol menjadikan gerakan mahasiswa tidak mampu berdiri sendiri
secara independent. Gerakan mahasiswa identik dengan afiliasi politik parpol
tertentu dan inilah yang menjadikan mandeg dan monotonnya gerakan mahasiswa
pada saat itu. Walaupun pada akhirnya pada tahun 1966 pasca peristiwa G30 S/PKI
tahun 1965 gerakan mahasiswa kembali menjadi palang awal pergantian kekuasaan
dari Orde Lama ke Orde Baru.
Tampilnya
Orde baru pasca runtuhnya Orde Lama, bukannya mampu menghantarkan Indonesia ke
arah yang lebih baik, tapi justru sebaliknya. Banyak sekali
kecurangan-kecurangan politik dan tindakan-tindakan pembodohan yang dilakukan
pemerintah Orba pada rakyat Indonesia pada saat itu. Pemaksaan dan penyeragaman
serta kesewengan-wenangan pemerintah dalam menerapkan kebijakannya menjadikan
pemerintahan Orba sebagai pemerintahan yang superior yang tidak bisa di ganggu
gugat oleh siapapun. Demokrasi dikebiri, hak asasi disederhanakan dan
pembangunan (Developmentalisme) dijadikan alasan bagi penindasan.
Kondisi
seperti ini yang kemudian menjadikan mahasiswa sebagai aktor terpenting dalam
mengawal dan menyuarakan hak-hak rakyat, walaupun banyak sekali hambatan dan
represifitas yang dilakukan Pemerintah Orba kepada mahasiswa, namun semangat
juang mahasiswa tidak pernah surut. Tercatat, peristiwa malaria 1974, peristiwa
pembredelan LPM di kampus-kampus kritis, peristiwa penculikan-penculikan aktivis
mahasiswa dan terakhir puncaknya pada peristiwa Reformasi 1998.
Pasca
Reformasi 1998 kembali mahasiswa harus dihadapkan dengan kondisi bangsa yang
sulit dan masih terkatung-katung. Untuk kesekian kalinya perjuangan mahasiswa
dalam menggulingkan rezim orde baru yang tiranik-hegemonik, menjadi sia-sia.
Karena sekali lagi mahasiswa hanya dijadikan alat oleh kepentingan-kepentingan
elit politik yang mempunyai hidden agenda untuk kepentingan kekuasaan di
Indonesia.
Dari
sekian hal perubahan-perubahan yang terjadi dalam negeri ini, sebenarnya
amahasiswa bukanlah Agent Of Change lagi, tetapi adalah Creator of Change. Mahasiswalah penentu perubahan negeri ini.
Mahasiswalah sang pembuat perubahan. Tanggungjawab dan rasa keterpanggilan
mahasiswa di setiap angkatannya mampu mewarnai deru sejarah negeri ini. Sangat
miris sekali kalau hari ini mahasiswa sengaja menutup mata dan hatinya melihat
realita sosial yang ada. Membiarkan ketidak-benaran hadir didepan mata kita
tanpa mencoba menghentikannya sama saja dengan membantu menyuburkannya. Maka
kemudian, mahasiswa sebagai kaum intelek dituntut untuk mampu memenuhi tiga
tanggung jawab, yakni tanggung jawab Intelektual, moral dan social.
Tak
bosan-bosannya kami berteriak mengajak kalian untuk berdiri sebagai pasukan
extra parlementer yang melindungi masyarakat dari segala penindasan pemegang
kebijakan. Sadarlah, dan mari melangkah bersama kami, mari kita duduk bersama
di Left Discussion Forum SEMA Fak.
Dakwah untuk mengkaji segala problematika yang ada disekitar kita. Kami
yakin, dari 2000 lebih mahasiswa fakultas dakwah, masih ada yang punya nurani
sosial.
“Jika
harus membakar diri seperti yang dilakukan sondang hutagulung untuk membuat
kalian sadar, akan kami
lakukan.
Jika harus
memotong leher kami untuk bisa memahamkan kalian betapa pentingnya gerakan
mahasiswa, Akan kami
persembahkan.
Jika harus
membuat tulisan dengan tinta dari darah kami agar kalian bisa membaca
kesengsaraan rakyat, kami
buatkan.”
Di bulan ini, 104 taun yang lalu. Mahasiswa bangkit dan bergerak.
Hari ini di bulan yang sama dengan 104 tahun lalu kami menunggu
sodara-sodara untuk bersama-sama mengulang sejarah. Kami bukan
siapa-siapa tanpa kalian. Partisipasi sodara-sodara adalah kekuatan
kami. kami akan menunggu, dan terus menunggu, sampai kami mendapat
jawaban yang jelas. Seperti nyanyian pengamen-pengamen cilik di terminal
tambak oso wilangon :
Sadar pada diri yang kian rapuh
Kadang ku termenung di malam mencekam
Sadar pada diri yang makin tertinggal
Untuk melangkah meraih masa depan
Apakah kita sudahi saja perjalanan ini
Kami butuh jawaban...
Rakyat ini butuh jawaban..
Negeri INI butuh jawaban...
Comments