INTERPRETASI SENI TERHADAP SOSIAL BUDAYA



            Dalam kehidupan masyarakat yang lengkap dengan instrumen dan properti di lingkungan hidupnya, sering kali menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita.
Pagelaran kehidupan masyarakat yang dipertunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung dengan berbagai kompleksitas tematikalnya, membuat manusia yang tergugah rasa ingin tahunnya untuk menyibak misteri yang melatar belakangi hadirnya lakon-lakon kehidupan masyarakat.
            Pengeksploitasian berbagai lini yang menyekitari kehidupan masyakakat dari dahulu hingga sekarang, tidak pernah surut dan tidak ada habis-habisnya dijumpai dan ditemukan.
            Masyarakat dengan budayanya sering dijadikan objek eksperimen, oleh ilmuwan, akan tetapi bagaimana dengan para pelaku seni khususnya bagi pelaku teater? Mengapa para pelaku teater selayaknya tau dan mengerti dan memahami sosia budayanya? Apakah manfaat yang diperoleh dari penelitian terhadap masyarakat dan budayanya? Pertanyaan-pertanyaan itu sudah selayaknya hadir dalam pemikiran dan pelaku teater khususnya dan para pelaku seni pada umumnya, jika kita mau meningkatkan kualitas diri dan menjadi pelaku seni sejati.
            Sebelum melangkah lebih jauh pada pembahasan topik ini, sebaiknya kita mengenal obyek bahasan yaitu sosial budaya dan hubungannya. Secara etimologi sosial budaya terdiri dari dua kata dasar, sosial daaan budaya. Pengertian sosial dalam konteks pembahasan ini mempunyai makna masyarakat. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata bahasa Arab, Musyaraka yang berarti”saling bergaul”. Menurut para ahli banyak definisi masyarakat yang dikemukakan, antara lain yang dinyatakan oleh:
a.            Ralp Linton, “ masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”.
b.           Selo Soemarjan, menyatakan: “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan”.
Untuk istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi atau akal”. Menurut P.J.Zoetmulder kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya yang berarti “daya dari budi”. Karena itu berbeda budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedang kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa. Senada dengan pendapat Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi yang berpendapat bahwa kebudayaan adalah “semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat”.
            Menyimak kebudayaan seringkali diartikan sebagai keseluruhan hasil cipta, rasa dan karya masyarakat yang dipimpin dan diarahkan oleh karsa. Dimana cipta diartikan sebagai proses yang menggunakan daya berfikir dan bernalar, untuk rasa adalah kemampuan menggunakan panca indera dan hati, sedang karsa dapat diibaratkan sebagai komandan atau pemimpin yang menentukan kapan, bagaimana dan untuk apa kedua itu digerakkan dalam memecahkan persoalan di dalam masyarakat dan lingkungan hidup yang hasil akhirnya menjadi karya.
            Gambaran tentang kebudayaan diatas menunjukkan bahwa terjalinnya hubungan yang erat dan mesra antara sosial dan budaya. Masyarakat merupakan wahana persemaian dan pertumbuhan kebudayaan, sedang kebudayaan merupakan pedoman bagi manusia dalam masyarakat.
            Kesenian tidak lain adalah salah satu unsur dari kebudayaan yang bersumber pada rasa. Terutama rasa keindahan yang ada pada manusia dengan melalui panca indera dan hati. Rasa keindahan merupakan rasa halus didalam jiwa manusia dan yang memberi kemampuan kepadanya untuk menangkap, meresapkan dalam hati sebagai pusat perasaan yang kemudian menyentuh pada jiwa dengan segala impuls yang datang dari sekitar maupun yang ada pada diri manusia yang tersentuh.
            Kekuatan rasa halus pada masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang kekuatan rasa halusnya besar, sehingga dengan mudahnya menangkap nilai keindahan yang ada. Ada juga orang yang rasa halusnya lemah, sehingga nilai keindahan yang datang hanya lewat saja tanpa menyentuh hati dan jiwanya. Perlu diingat juga walau sama-sama mempunyai kekuatan dan kehalusan besar rasa halusnya, terdapat perbedaan-perbedaan mengenai kekuatan dan kehalusan pada tiap-tiap inderanya dalam proses menyalurkan nilai keindahan dari luar ke dalam hati dan jiwa. Sehingga tidak semua orang mempunyai kemampuan seni yang sama. Ada yang tertarik pada tari, teater, lukis, suara ataupun lainnya ada juga yang menjadi peran utama, pembantu, dan hanya figuran saja.
            Menyimak uraian diatas, kata seni merupakan keadaan personal dalam menangkap nilai-nilai keindahan. Pendek kata kesenian merupakan aplikasi dari jiwa seni yang ada pada personal maupun sekelompok orang.
            Melakukan interpretasi terhadap sosial budaya dengan pendekatan nilai seni, keberhasilannya sangat bergantung pada kemampuan personal atau sekelompok orang yang melakukan interpretasi itu. Apalagi ruang lingkup sosial budaya sangatlah luas. Sehingga untuk dapat menangkap maksudnya tidak hanya cukup dibutuhkan nilai seni saja,akan tetapi perlu bantuan nilai pengetahuan lain atau perlu bantuan unsur-unsur budaya lainnya.
            Dalam kehidupan sosial budaya banyak disajikan tematikal yang dapat didaya gunakan dalam berbagai bentuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan lainnya. kesenian juga tidak diberi batasan oleh sosial budaya dalam mengeksploitasikan nilai-nilai keindahan yang terkandung didalamnya.
            Agar mampu mendayagunakannya, pelaku kesenian khususnya teater harus membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Sehingga kita mampu menganalisa kebudayaan yang pada akhirnya dituangkan dalam pementasan, baik pementasan dalam arti sempit maupun dalam arti luas.
            Penganalisaan sebuah kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dapat kita lakukan melalui berbagai macam pendekatan disiplin ilmu pengetahuan. Untuk itu pelaku teater pemenuhan nutrisi otak harus diperhatikan agar kualitas diri dapat teraktualisasikan. Ketika dihadapannya timbul sesuatu yang menarik rasa ingin tahunnya, secara reflek nilai-nilai keindahan yang terkandung didalam persoalan itu dapat kita peroleh.
            Agar dapat menganalisa sosial budaya yang hidup dan berkembang setidaknya ada secuil pengetahuan yang dapat kita lakukan. ibaratnya pendekatan dibawah ini adalah sebuah kail. Agar dapat ikan bagaimana upaya yang dilakuakannya bergantung pada kesadaran personal maupun kelompok dalam menggunakan kali tersebut.
Pendekatan yang dapat dipakai dalam melihat atau menganalisa kebudayaan diantaranya:
1.             ruang lingkup berlakunya kebudayaan masyarakat itu (lokal, nasional atau universal).
2.             bentuk dari hasil kebudayaan (materi, inmateri)
3.             isi dari pada kebudayaan (unsur-unsur kebudayaan- lihat pada Antropologi budaya)
4.             macam-macam kebudayaan (tradisional, modern, post modern)
5.             sejarah dari kebudayaan (prasejarah, sejarah)
6.             manfaat dan dampak dari kebudayaan (personal, masyarakat, negara, dunia)
7.             tujuan dihasilkannya kebudayaan (Tuhan, Manusia, Alam semesta)

“Selamat mencari ikan pada samudra kehidupan ini,”





Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki