realisme

Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.

Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.
Realisme sebagai gerakan kebudayaan

Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Perancis sebagai reaksi terhadap paham Romantisme yang telah mapan di pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.

Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut sastra realisme dari Perancis meliputi nama Honoré de Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan Jean François Millet.
Realisme dalam seni rupa

Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih dahulu populer saat itu.


Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan sejak zaman Gothic.


Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari karya-karya Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di Perancis yang dikenal dengan nama Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme.

Teknik Trompe l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrim memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep realisme.

Daftar pelukis realisme terkenal

· Karl Briullov


· Ford Madox Brown


· Jean Baptiste Siméon Chardin


· Camille Corot


· Gustave Courbet


· Honoré Daumier


· Edgar Degas (juga seorang Impressionis)


· Thomas Eakins


· Nikolai Ge


· Aleksander Gierymski


· William Harnett (spesialis trompe l'oeil)


· Louis Le Nain


· Édouard Manet (berhubungan pula dengan Impressionisme)


· Jean-François Millet


· Ilya Yefimovich Repin








Realisme dalam sinema


Italian Neorealism adalah gerakan sinematikyang memperjuangkan pemikiran realisme setelah era perang dunia kedua di Italia. Sineas realisme terkenal di antaranya Vittorio De Sica, Luchino Visconti, dan Roberto Rossellini.
Lihat pula


· Naturalisme (seni rupa)


· Fotorealisme


· Romantisme


SENI BARAT




Pra abad ke-20


Seni klasik Roma · Abad pertengahan · Seni Bizantium · Romaneska · Gotik · Renaisans · Mannerisme · Barok · Rokoko · Neoklasik · Romantisisme · Realisme · Pra-Raphaelit · Akademik · Impresionisme · Pasca-impresionisme



Abad ke-20


Modernisme · Kubisme · Ekspresionisme · Abstrak · Blaue Reiter · Die Brücke · Dadaisme · Fauvisme · Gerakan seni dan kriya · Art Nouveau · Plakatstil · Bauhaus · De Stijl · Art Deco · Ekspressonisme abstrak · Seni pop · Futurisme · Suprematisme · Surealisme · Minimalisme · Pasca-Modernisme







Surealisme[1]


ialah gerakan budaya yang bermula pada pertengahan tahun 1920-an. Surealisme merupakan seni dan penulisan yang paling banyak dikenal. Karya ini memiliki unsur kejutan, barang tak terduga yang ditempatkan berdekatan satu sama lain tanpa alasan yang jelas. Banyak seniman dan penulis surealis yang memandang karya mereka sebagai ungkapan gerakan filosofis yang pertama dan paling maju. Karya tersebut merupakan artefak, dan André Breton mengatakan bahwa surealisme berada di atas segala gerakan revolusi. Dari aktivitas Dadaisme, surealisme dibentuk dengan pusat gerakan terpentingnya di Paris. Dari tahun 1920-an aliran ini menyebar ke seluruh dunia. Surealisme mempengaruhi film seperti Angel's Egg dan El Topo.
Rujukan


1. ^ Pada tahun 1917, Guillaume Apollinaire meluncurkan istilah "surealisme" dalam catatan program yang menjelaskan balet Parade, yang merupakan karya kolaboratif oleh Jean Cocteau, Erik Satie, Pablo Picasso dan Léonide Massine: "Dari persekutuan baru ini, hingga sekarang, perlengkapan dan kostum panggung di satu sisi dan koreografi di sisi lain hanya ada persekutuan pura-pura di antara mereka, terjadi sejenis super-realisme ('sur-réalisme') di Parade, di mana saya melihat titik mula serangkaian manifestasi semangat baru ini."






Naturalisme di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi atas kemapanan romantisme.


Salah satu perupa naturalisme di Amerika adalah William Bliss Baker, yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan realis terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan naturalis adalah pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah ditimbulkan manusia terhadap alam.






Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing.
Sejarah umum seni lukis
Zaman prasejarah


Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.


Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.


Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.


Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.


Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.


Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.


Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.
Seni lukis zaman klasik


Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:


· Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)


· Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),


Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.



Seni lukis zaman pertengahan


Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.


Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".


Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).


Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance.
Seni lukis zaman Renaissance


Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.


Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.


Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.


Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.


Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:


· Tomassi


· Donatello


· Leonardo da Vinci


· Michaelangelo


· Raphael
Art Nouveau


Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.


Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
Sejarah seni lukis di Indonesia


Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.


Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda.


Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.


Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.


Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.


Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.


Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.


Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.


Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.[rujukan?]
Aliran seni lukis
Surrealisme


Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
Kubisme


Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.
Romantisme


Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.


Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.
Aliran lain


· Ekspresionisme


· Impresionisme


· Fauvisme


· Neo-Impresionisme


· Realisme


· Naturalisme


· De Stijl
Abstraksi


Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.
Pelukis Indonesia


· Affandi


· Agus Djaya


· Barli Sasmitawinata


· Basuki Abdullah


· Djoko Pekik


· Dullah


· Hendra Gunawan


· Herry Dim


· Jeihan


· Kartika Affandi


· Lee Man Fong


· Otto Djaya


· Popo Iskandar


· Raden Saleh


· S. Sudjojono


· Srihadi


· Sri Warso Wahono


· Trubus
Lihat pula


· Estetika


· Melukis


· Lukisan


· Kontemporer



Istilah realis adalah salah satu produk salah kaprah di Indonesia. Kita selalu merujuk lukisan yang terlihat asli sebagai lukisan realisme. Padahal benarkah demikian?

Definisi Realisme


Kita tidak bisa meramalkan siapa yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, tapi coba lihat katalog pameran “Seni Lukis Indonesia Tidak Ada”. Di sana ada tulisan Sudjojono tahun 1948 berjudul “Kami Tahu ke Mana Lukisan Indonesia Akan Kami Bawa”, bunyinya:


Realisme bukan kepunyaan Barat saja. Realisme adalah kepunyaan kita bersama, kepunyaan tiap-tiap anak manusia. Kalau da Vinci, Duhrer, Cezanne, kebetulan orang-orang Barat, itu lain soal. Tiap-tiap anak Tuhan, meskipun ia di Betlehem (Kristus), ,meskipun di Makkah (Muhammad), meskipun di Tiongkok (Laozte, Confusius…..


Tapi konsep realisme di Indonesia sendiri sudah dikemukakannya dalam tulisan “Kesenian Melukis di Indonesia, Sekarang dan yang Akan Datang”, pada tahun 1939:


Inilah realitet kita….sebab kesenian yang tinggi ialah buat pekerjaan yang berasal dari hidup kita sehari-hari, diolah di dalam hidup seni sendiri….


Dalam wikipedia, realisme diartikan sebagai suatu gaya hidup yang pernah berkembang di Eropa pada bagian akhir tahun 1800an, di mana segala sesuatu diungkapkan apa adanya, tanpa perlu disisipkan pesan tersembunyi seperti dalam lukisan-lukisan abad pertengahan, dibuat jadi lebih indah, lebih heroik, atau agung seperti halnya dalam lukisan romantisme atau mannerisme. Pada akhirnya realisme akan berujung kepada gambaran kehidupan sehari-hari seniman dan cenderung mengeluarkan tema kepahitan hidup (tidak semua dalam bentuk jelek, tentu saja). Realisme bisa muncul dalam sastra, seni lukis, seni patung, dan banyak seni lainnya.


Berapa aliran yang sering tertukar dengan realisme, dalam hal kemiripan, adalah romantisme, naturalisme, dan impresionisme. Romantisme memberi banyak sentuhan keagungan (paling tidak keindahan berlebihan), naturalisme memfokuskan kepada benda-benda alam, sementara impresionisme mempertahankan kesan sesaat. Singkatnya, kita tidak bisa mengadili gaya suatu lukisan dari kemiripannya dengan benda asli. Yang dinilai dalam menentukan gaya suatu lukisan adalah semangatnya, bukan teknik menirunya.


Apakah realis harus menggunakan teknik “hebat” agar imaji yang dihasilkan terlihat seperti asli? Tidak juga. Kita bisa melihat salah satu cabang realisme, yaitu realisme sosialis seperti Diego Rivera atau Jose Clemente Orozco di Mexico yang malah menampilkan banyak stilasi.


Definisi Realis

Sesuai dengan pola pembentukan kata di Bahasa Inggris, realist ditujukan kepada pelukis yang karyanya termasuk dalam bahasan realisme, seperti juga impresionis untuk menunjuk seorang Renoir. Contoh seorang realis yang cukup terkenal adalah Gustave Courbet. Karena itu cukup lucu jika mengomentari “Wah lukisan lu realis ya?” (sejak kapan lukisan bisa melukis?). Seharusnya kita perbaiki menjadi “Wah, lu realis ya?” atau “Lukisan lu gaya realisme ya?”

Lalu Yang “Seperti Asli” Itu Disebut Apa?


Nah, inilah buruknya kebiasaan berbahasa orang Indonesia. Kita senang dengan istilah panjang dan ngejelimet, padahal ada kata yang singkat dan cukup mengena.


Anda boleh pilih dua kata ini, nyata atau real. Tidak seperti istilah realisme, real mencakup hal yang lebih luas. Kemiripan dengan objek dalam dunia nyata sudah bisa disebut real. Tapi ada kelemahan, kata real tidak bisa digunakan misalnya dalam romantisme. Karena pada kenyataannya objek yang dipakai dalam lukisan romantisme tidak seratus persen real (sering diperbagus).

Karena itu sangat bijak untuk memakai kata Bahasa Indonesia, “Lukisan ini terasa nyata”. Kalau mau kerenan dikit, bolehlah anda pakai Bahasa Inggris “It looks real”. Nah kalau pujiannya seperti ini, baru saya bisa tersenyum dengan lubang hidung sebesar gentong.

Apakah Yang Bagus Itu Selalu Yang Kelihatan Nyata?

Itu pertanyaan klise.

Dalam seni rupa, biasanya semakin seseorang menguasai teknik membentuk benda seperti nyata, semakin ia ingin terbebas dari teknik tersebut. Karena itulah bisa lahir impresionisme. Lebih lanjut impresionisme berlanjut menjadi post impresionisme, expresionisme, hingga banyak aliran-aliran yang oleh orang awam disebut “abstrak”.


Untuk yang kurang terbiasa dengan keindahan (tidak usah jauh-jauh, orangtua saya yang jarang nonton pameran lukisan termasuk kategori ini), biasanya sangat menyanjung kemiripan. Hal ini terjadi karena indera keindahannya masih belum peka. Untuk merangsang indera ini perlu keindahan yang super duper, wujudnya ya kemiripan itu.

Hal ini bisa dianalogikan dengan makanan. Buat yang tidak terbiasa dengan wisata kuliner biasanya tidak akan bisa menikmati nikmatnya makanan Eropa yang cenderung hambar. Makanan Cina yang vetsinnya naudzubillah bakal disanjung-sanjung karena nikmatnya sangat berasa. Tapi untuk yang sudah berpengalaman biasanya akan sangat menghagai konsep makanan Eropa yang esensial. Sedikit tambahan merica buat mereka akan berbeda artinya bagi rasa di lidah.
Gambar di atas adalah foto dari lukisan Gustave Courbet, L'enterrement à Ornans. Lukisan tersebut sudah masuk wilayah public domain karena penciptanya telah meninggal lebih dari 70 tahun. Diambil dari Wikimedia Commons.

Note = Absurd (kata sifat) : sesuatu yang mustahil atau membuat tertawa. Berasal dari bahasa Latin absurdus yang masuk lewat bahasa Belanda dan Inggris. Dalam konteks filsafat sering diartikan sebagai sesuatu yang tidak masuk akal; sia-sia. Tidak masuk akal di sini bukan berarti bertentangan dengan akal sehat, tetapi bertentangan dengan idealisme seseorang yang memandang absurditas tersebut. Jadi yang dimaksud absurd adalah sesuatu yang tidak masuk akal menurut seseorang, bukan ( tidak harus ) menurut orang kebanyakan.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Sejarah logika di indonesia