Ilmu Dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
- Konsep Dasar Aksiologi
Aksiologi
merupakan salah satu dari tiga cabang besar filsafat, yaitu ontologi dan epistsemologi. Jika Epistemologi membahas
bagaimana sebuah pengetahuan itu diperoleh, Ontologi membahas tentang hakikat
pengetahuan tersebut , maka Aksiologi berbicara tentang nilainya, yang menjadi
dasar tindakan kita atas pengetahuan tersebut.
Aksiologi
mempelajari cara-cara berbeda dimana suatu hal dapat dapat menjadi baik atau buruk. (Baca : Memiliki
akibat positif atau negatif). Dan hubungan nilai dengan menilai di satu pihak
dengan fakta-fakta eksistensi obyektif di pihak lain. Aksiologi adalah
perluasan dari bidang Etika tardisional. Etika memusatkan perhatiannya pada
nilai-nilai moral, aksiologi memperluas diri dengan mmemusatkan perhatiannya pada semua jenis
nilai.
Nilai
dalam etika tradisional diartikan sama dengan baik atau jahat. Sama dengan
Aksiologi, nilai memiliki arti lebih luas lagi meliputi baik/buruk (dalam
pengertian etika). Indah dan jelek (dalam pengertian estetika). Serta benar dan
salah (dalam pengertian logika).
Aksiologi
adalah teori tentang nilai dalam berbagai makna yang dikandungnya.[1]
- Aksiologi Sebagai Landasan Ilmu Pengetahuan.
Berbicara tentang Aksiologi berarti tidak
terlepas dari upaya memahami realitas dan fenomena nilai dalam hidup manusia. Kita
harus memiliki kesadaran bahwa pengetahuan sebagai dimensi nilai yang tinggi
dalam hidup kemanusiaan bermula dari rasa ingin tahu manusia terhadap persoalan
dan misteri kehidupannya. Pada gilirannya, manusia akan mengembangkannya
menjadi ilmu pengetahuan yang lebih merupakan upaya sistematis, terstruktur,
“masuk akal” dan melalui metode-metode tertentu dari pengetahuan tersebut.[2]
Aksiologi
meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun
fisik-materiil. Lebih dari itu, nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini
sebagai suatu condition sine quanon
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun
di dalam menerapkan ilmu.
Dalam
kaitannya dengan ilmu pengetahuan, Aksiologi bisa dikatakan sebagai bidang
telaah terhadap ilmu yang mempertanyakan tujuan dari ilmu tersebut.[3]
Termasuk Ilmu Dakwah sendiri harus memiliki landasan Aksiologi yang nyata
disamping landasan ontologis dan epistemologisnya.
C.
Konsep
Aksiologi Dakwah
Dari
sisi Aksiologis, dinamika ilmu agama islam, termasuk Ilmu Dakwah harus sesuai
dengan nilai-nilai kebenaran yang dapat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,
ia dikembangkan tidak untuk membentuk umatnya menjadi eksklusif, akan tetapi
untuk membentuk umatnya menjadi inklusif sehingga citra islam dapat ditampilkan
sebagai agama rahmatan lil ‘alamin,
yaitu suatu agama yang komitmen dengan perdamaian, keadilan, kasih sayang,
ketenangan dan keselamatan pada seluruh umat manusia.[4]
Menurut Masduqi Affandi, bahwa yang dimaksud
dengan dakwah adalah suatu gejala dimana
terdapat dua orang atau lebih yang salah satu atau sebagian di antaranya
mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan munkar, dan perspektif ini
berarti objek material kedakwahan adalah manusia, sedangkan objek formalnya
adalah manusia ditinjau dari tingkah lakunya dalam mengajak kepada kebaikan dan
mencegah dari perbuatan munkar. Mengajak diri sendiri untuk melakukan perbuatan
baik dan mencegah dari perbuatan jahat tergolong kategori dakwah,[5]
Definisi di atas memberikan gambaran tentang dakwah yang cenderung pada
perspektif aksiologis dibanding perspektif ontologism dan epistimologis.
Jadi, nilai Aksiologis dasar bagi dakwah adalah
Amar makruf nahi munkar. Yaitu
mengajak manusia untuk hidup dalam jalan tuhan (sabili rabbika) dalam naungan wahyu.
- Aksiologi Dakwah Perspektif Al Qur’an
Pada dasarnya, Dakwah merupakan suatu rangkaian
kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini
dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan
Dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan dakwah akan sia-sia (muspra—dalam bahasa jawa). Apalagi bila
ditinjau dari pendekatan sistem, tujuan dakwah merupakan salah satu unsur
dakwah.
Menurut Al Qur’an, salah satu tujuan dakwah
dapat ditemukan dalam surat yusuf ayat
108, sebagaimana dapat dibaca demikian :
ö@è% ¾ÍnÉ»yd þÍ?Î6y (#þqãã÷r& n<Î) «!$# 4 4n?tã >ouÅÁt/ O$tRr& Ç`tBur ÓÍ_yèt6¨?$# ( z`»ysö6ßur «!$# !$tBur O$tRr& z`ÏB úüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Katakanlah
: inilah jalan (agama-)Ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah dan aku tidak termasuk
orang-orang yang musyrik.
Menurut ayat di atas, salah satu tujuan dakwah
adalah membentangkan jalan Allah di atas bumi agar dilalui umat manusia.
Menurut Syukriadi Sambas, tujuan dakwah islam
dengan mengacu kepada kitab Al Qur’an sebagai kitab dakwah, antara lain dapat
dirumuskan sebagai berikut :
(1) Merupakan
upaya mengeluarkan manusia dari kegelapan hidup (zhulumat) kepada cahaya kehidupan yang terang (nur).
(2) Upaya
menegakkan sibghah Allah (celupan
hidup dari Allah) dalam kehidupan makhluk Allah.
(3) Upaya
menegakkan fitrah insaniyah.
(4) Memproporsikan
tugas ibadah manusia sebagai hamba Allah.
(5) Mengestafetkan
tugas kenabian dan kerasulan.
(6) Upaya
menegakkan aktualisasi pemeliharaan agama, jiwa, akal, generasi dan sarana
hidup.
(7) Perjuangan
memenangkan ilham taqwa atas ilham fujur dalam kehidupan individu,
keluarga, kelompok dan komunitas manusia.
Tujuan-tujuan tersebut
sebenarnya merupakan tahapan-tahapan ideologis dari satu tujuan asasi Dakwah
yaitu membentuk manusia takwa.
Jelaslah bahwa dakwah dengan
tujuan-tujuan tersebut di atas akan membentuk masyarakat manusia yang
konstruktif menurut ajaran islam, di samping mengadakan koreksi terhadap
situasi dan segala kondisi atau seluruh bentuk penyimpangan dan penyelewengan
dari ajaran agama dan menjauhkan manusia dari segala macam kejahiliyahan dan
kebekuan pikiran.[6]
- Aksiologi Dakwah Sebagai Rekayasa Sosial
Istilah dakwah (Mengajak) mengandung penolakan
esensial terhadap ide determinisme mutlak dari sejarah dan teologis. Maka
ilmuwan Dakwah tentu sepakat bahwa arah perubahan sosial dapat diramalkan,
diarahkan dan direncanakan. Perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasa
sosial terutama dapat dimulai dari perubahan individual, baik dalam cara
berfikir maupun bersikap. Dalam konteks dakwah, arah perubahan yang dituju
adalah pembentukan khaira ummah. Hal
itu diawali dengan pembentukan khairu
bariyyah, yaitu dengan mentransformasikan iman ke dalam amal saleh,
kemudian mengembangkan amal saleh individual ke dalam amal saleh sosial. Secara
berkelanjutan, khaira bariyyah yang
menjadi basis khaira usrah akan
memunculkan pembentukan khaira usrah ,
lalu dari khaira usrah yang merupakan
basis khaira jamaah akan melahirkan khaira jamaah, demikian seterusnya
sehingga lahir khaira ummah. [7] Seperti
yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 :
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
Artinya : kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
[1]
The Liang Gie, Suatu Konsepsi ke Arah Penertiban Bidang
Filsafat. Edisi terjemah oleh Ali Mudhofir, Yogjakarta : Karya Kencana
Press, 1977, Hal.144-145
[2]
Achmad
Charris Zubair,Landasan Aksiologi Ilmu
Dakwah dalam Metode Ilmu Dakwah, Yogjakarta,
LESFI, 2002 hal. 97
[3]
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah.Yogjakarta
: Pustaka Pelajar, 2003. Hal. 130
[5] Masduqi Affandi,Jurnal Ilmu Dakwah. Fakultas Dakwah IAIN
Sunan Ampel.Vol 4,no. 1 April 2001.
[6] Agus Ahmad safe’I, Aksiologi Dakwah Islam, dalam ilmu dakwah (kajian berbagai aspek).pustaka
Bani Quraisy. hal. 114-117
[7] Muhammad Sulton, .Desain Ilmu Dakwah, .Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2003 ha1. 36
Comments