Psikologi
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Psikologi
secara etimologi berarti ilmu kejiwaan,sedangkan secara terminology adalah
kajian tentang pikiran dan tingkah laku seseorang, seiring dengan aspek-aspek
pikiran seperti Pengenalan (Kognisi),
Perasaan (Emosi), Kemauan (Konasi), dan Motivasi. dalam beberapa cara psikologi
sudah menjadi wilayah tersendiri sejak akhir 1800-an dan memisahkan diri dari
beragam disiplin induk semisalnya biologi,filsafat dan kedokteran. Tetapi dalam
beberapa hal lainnya,psikologi sudah seumuran dengan manusia dalam mendikusikan
manusia itu sendiri.
Kini unsur-unsur dalam ilmu psikologi
menjadi sebuah imlu untuk mengkaji sebuah subjek dengan kemampuan eksplisit
untuk berpikir seogis mungkin dan berpijaksekuat mungkin Pada fakta-fakta empiris
secaara manusiawi. Kita umat manusia tidak sekooperatif sejumlah zat hijau yang
pekat dan lengket dalam gelas kimia! Hampir kondisi yang mustahil mempelajari
sosok orang yang melakukan kajian itu sendri, meneliti para
peneliti,mempsioanalisisi para psikoanalis.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Pengenalan (Kognisi) dan pegertiannya?
2.
Apa pegertian emosi dalam psikologi?
3.
Apa yang dimaksud dengan Kemauan (Konasi)?
4.
Apa yang dimaksud motivasi?
C.
Tujuan
dan manfaat
1. Mengetahui
dan memahami pengertian Pengenalan (Kognisi)
2. Mengetahui
dan memahami emosi
3. Mengetahui
Kemauan (Konasi)
4. Mengetahui
apa yang dimaksud motivasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGENALAN
(KOGNISI)
Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu
melaksanakan aktivitas dengan seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia
yang saling mengisi dan kait-mengkait antara yang sayu dengan yang lainnya,
baik bersifat fisik maupun psikis. Kedua jenis aktivitas tersebut dapat
dibedakan tapi tak dapat di pisahkan, karena manusia itu mempunyai arti
kesatuan yang mempunyai sifat fisiologis-psikologis.
Fungsi-fungsi jiwa dalam kenyataannya sangat banyak
dan rumit. Ariestoteles membagi aktivitas jiwa individu menjadi 2 golongan
(dikotomi), yaitu:
1. Kemampuan
manusia menerima stimulus dari luar.
2. Kemampuan
manusia untuk melahirkan apa yang terjadi di dalam jiwanya.
Dengan demikian, selain individu
mempunyai kemampuan untuk menerima stimulus dari luar dirinya dan mencetuskan
apa yang dikehendakinya, ia juga masih dapat melihat akibat dari stimulus yang
menimbulkan keadaan yang dirasakan jiwa saat dirinya merasa senang melihat
sesuatu yang indah atau sebaliknya. Dengan begitu kekuatan jiwa individu dibagi
menjadi 3 golongan (trikotomi), kognisi, konasi, dan emosi.
Fungsi-fungsi
jiwa yang berfungsi dan dapat siap untuk aktif;
a.
Pengamatan
Sebagai fungsi jiwa, pengamatan dapat diartikan
sebagi unit organisasi dan interpretasi kesan-kesan yang timbul yang merupakan
hasil pekerjaan indra, sehingga manusia dapat menyadari kenyataan yang ada
disekitarnya. Pengamatan merupakan suatu aktivitas jiwa untuk mengenal
benda-benda di alam sekitar dengan perantaraan alat-alat indra, sehingga
individu memperoleh gambaran secara langsung tentang keadaan dunia luar dengan
mempergunakan alat-alat indranya.
Proses
terjadinya pengamatan
Ø Ada
perangsang yang mengenai alat indra (fisis)
Ø Perangsang
dibawa oleh urat saraf sensoris ke otak (fisilogis)
Ø Di
dalam otak kemudian timbul kesadaran (psikis)
Adapun
syarat-syarat penting dalam pengamatan
Ø Harus
ada perhatian terhadap objek yang diamati
Ø Ada
perangsang yang diterima oleh alat indra
Ø Urat
saraf sensoris akan membawa ke otak
Ø Timbulnya
kesadaran terhadap perangsang
Pengindraan
luar dan pengindraan dalam yang dimiliki oleh individu
1. Indra
Penglihatan (Visual)
2. Indra
Pendengaran (Auditoris)
3. Indra
Pembau (Olfaktoris)
4. Indra
Pengecap (Gustatoris)
5. Indra
Perabaan ( Cutanevus)
6. Pengindraan
Dalam (Deep Senses)
· Indra
Keseimbangan ( Equilibrium)
· Indra
Perasa Urat Daging (Kinestesi)
· Indra
Perasa Jasmaniah
b.
Tanggapan
Tanggapan merupakan salah satu fungsi yang diperoleh
individu setelah proses pengamatan selesai. Sebab gambaran pengamatan individu
tidaklah langsung hilang. Secara garis besar tanggapan dapat didefenisikan
sebagai pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati. Dengan kata
lain tanggapan bisa diartikan sebagai kesan-kesan imajinatif individu sebagai akibat pengamatan, dimana objek yang
diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan.
Menurut Erich dan Walter Jaensch, setiap individu
mempunyai tipe tanggapan sendiri-sendiri yang dapat dibedakan menjadi 2 macam:
Ø Tipe
T (tetanoide). Pada tipe ini bayangan lebih mempunyai bayangan pengiring.
Sesudah melihat suatu benda, benda itu seakan-akan masih terlihat didepannya.
Biasanya ini tampak dengan warna yang komplementer.
Ø Tipe
B (basedoide). Bayangan pada tipe ini dapat timbul dengan sendirinya, dan dapat
pula timbul dengan sengaja. Pada umumnya sifatnya hidup, bergerak, dan dengan
warna yang asli.
Tanggapan, sebagai salah satu proses
perbuatan fungsi jiwa, tidaklah dapat dipisahkan dengan peristiwa reproduksi dan asosiasi. Meskipun dalam asosiasi terdapat semacam kebebasan,
sesungguhnya asosiasi mengikuti hukum-hukum tertentu seperti yang dikemukakan
Aristoteles
Ø Hukum
sama waktu
Ø Hukum
urutan
Ø Hukum
persamaan
Ø Hukum
perlawanan
c.
Fantasi
Fantasi dapat diartikan sebagai kemampuan daya jiwa
untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah
ada dan tidak perlu sesuai dengan benda-benda yang ada. Adanya fantasi tidak
harus didahului oleh suatu perangsang. Oleh karena itu, berfantasi merupakan
kegiatan yang sangat murah, ringan, gratis dan dapat dikerjakan semua orang
serta dapat memuaskan hati dengan bebas dalam alam imajiner tanpa disertai
pertanggung jawaban.
Apabila
dilihat dari cara berfantasi, maka fantasi dibedakan menjadi 3 macam:
1. Fantasi
Abstraksi, yaitu fantasi yang beberapa keadaan atau sifat yang dikhayalkannya
menghilang
2. Fantasi
Determinasi, yaitu menentukan bangun atau bentuk suatu objek yang dikhayalkan
dengan cara memperbesar atau memperkecil ciri-cirinya
3. Fantasi
Kombinasi, yaitu menghubungkan tanggapan yang satu dengan yang lainnya sehingga
terwujud fantasi yang berbentuk baru
Fantasi
dapat pula dibedakan menjadi 2 macam
Ø Fantasi
kreatif atau fantasi aktif
Ø Fantasi
terpimpin atau fantasi pasif
Disamping
itu, fantasi juga bisa berakibat positif dan negatif
d.
Ingatan
Ingatan dapat didefinisikan sebagai daya untuk
mencamkan, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan yang telah dialami.
Dpat didefinisikan juga sebagai aktivitas dimana manusia menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa lampau. Dengan demikian, apa yang diingat
individu berupa suatu kejadian merupakan kejadian yang pernah dialami dan disiakan
ditimbulkan kembali diatas kesadaran.
Namun tidak semua perangsang yang diindra individu
akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat diingat kembali. Sebab,
kadang-kadang ada kesan-kesan yang tidak dapat diingat kembali dilupakan /
terlupakan.
· Mencamkan
(learning)
Diartikan sebagai
melekatkan kesan-kesan sehingga kesan-kesan itu dapat disimpan dan
sewaktu-waktu dapat diproduksi kembali. Apa yang dicamkan adalah hal yang
pernah dialami yang dilakukan denagn sengaja ataupun tidak disengaja.
· Menyimpan
(retaining)
Yang disimpan berupa
lukisan-lukisan yang diperoleh dari dunia luar melalui indranya, dan juga pengertian
atau segala seesuatu yang bersandar pada kekuatan berfikir
Segala sesuatu yang
telah dicamkan akan tersimpan dalam ingatan, tapi tidak berarti bahwa semua kesan
itu akan tetap tinggal dan tersimpan dengan baik. Bahkan kadang-kadang kesan
yang telah disimpan itu dapat menjadi lemah, berubah, dan hilang sama sekali
atau lupa. Terkadang kesan yang masih tersimpan dalam ingatan sulit untuk
diproduksi kembali karena di pengaruhi oleh suatu kejadian yang masih berlaku
pada individu yang bersangkutan. Adakalnya kesan yang disimpan sulit untuk
ditimbulkan kembali, namun pada saat yang lain muncul dengan sendirinya tanpa
ada usaha untuk mengingatnya
· Memproduksi
(recalling)
Yaitu suatu aktivitas
jiwa untuk menimbulkan kembali kesan-kesan yang tersimpan dalam ingatan. Proses
ini dibedakan menjadi 2 istilah, yaitu mengingat kembali dan mengenal kembali.
Proses mengingat
kembali, individu dapat mengingat kembali kesan-kesan yang diingat tanpa adanya
objek tertentu. Disebabkan oleh sesuatu dari dalam, buka karena objek tertentu.
Proses mengenal
kembali, individu dapat menimbulkan kembali kesan-kesan disebabkan oleh objek
dari luar. Kesan yang sulit ditimbulkan sekali terlebih karena tanggapan yang
diperoleh individu lebih banyak berada dalam alam ketidaksadaran.
e.
Pemikiran
Merupakan fungsi jiwa yang mempunyai keaktifan
berpikir. Adalah berpikir, kemampuan jiwa taraf tinggi yang hanya bisa dan
dimiliki oleh individu manusia, bukan makhluk lainnya.
Berpikir merupakan proses merupakan proses
dialektis. Artinya selama kita berpikir, dalam pikiran itu terjadi tanya jawab
untuk bisa meletakkan hubungan-hubungan pengetahuan kita dengan tepat. Selain
dialektis, berpikir juga fungsi jiwa yang dinamis dengan berpikir manusia dapat
menganalisa sebab akibat, lalu menemukan hukum-hukumnya dan menentukan
pemecahan masalah yang dihadapi, berproses kearah tujuan tertentu yang akhirnya
dapat menetapkan suatu keputusan.
Para
ahli logika mengemukakan adanya 3 proses yang harus di lalui dalam proses
berpikir:
· Pembentukan
pengertian
· Pembentukan
pendapat
· Pembentukan
kesimpulan
f.
Intelegensi
Edward Thorndike “intelegensi is demonstrable in
ability of the individual to make good responses from the stand point of truth
of fact.”
Bigot-Kohstamm
“intelegensi adalah suatu kemampuan untuk melakukan perbuatan jiwa dengan
cepat”.
Beberapa definisi diatas menunjukkan bagaimana cara
individu bertingkah laku dalam memecahkan masalah. Intelegensi berkenaan dengan
fungsi mental yang kompleks yang dimanifestasikan dalam tingkah laku.
Intelegensi meliputi aspek-aspkek kemampuan bagaiman suatu kejiwaan lainnya.
Tingkah laku dinyatakan intelegensi berdasarkan
kesanggupannya untuk melakukan suatu aktivitas, baik yang bersifat fisik maupun
psikis dalam waktu cepat, mudah dan tepat. Factor kecepatan adalah kecepatan
dalam menanggapi atau merespon suatu perangsang. Adapun melakukan perbuatan
dengan mudah disebut fasilitas.
Intelegensi
menurut hasilnya
· Intelegensi
praktis
· Intelegensi
teoritis
B.
PERASAAN
(EMOSI)
Perasaan (feeling) dan
emosi (emotion) merupakan dua keadaan yang bersifat sementara dalam kehidupan
individu. Keduanya merupakan bagian integral dari keseluruhan aspek psikis
individu (manusia). Namun, emosi mempunyai arti yang agak berbeda dengan
perasaan. Emosi lebih kompleks dibandingkan perasaan. Dengan kata lain,
perasaan merupakan bagian dari emosi.
Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang timbul melebihi
batas sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan
hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi putus (Zuhairini, 1948:18).
Ada pula yang memberikan pengertian
emosi sebagai strred up on aroused state
of the human organization. Emosi merupakan kedaan sesuatu yang bergejolak
dalam diri manusia (Usman Effendi & Juhaya, 1984:81). Misalanya, emosi
senang (gembira) yang meluap-luap mendorong perubahan suasana hati individu
yang menyebabkan tertawa terbahak-bahak. Sementara, di lain pihak merupakan
suasana hati untuk menyerang atau minimal mencerca individu yang lain.
Sebagai fungsi psikis, perasaan dan
emosi sangat kuat memengaruhi fungsi psikis yang lain seperti pegamatan,
tanggapan, pikiran, dan juga terhadap kemauan (Konasi). Individu akan mengalami
pengalaman pengamatan dan tanggapan yang positif apabila disertasi oleh
perasaan dan emosi positif teradap suatu objek pengamatan, demikian pula
sebaliknya. Suatu kegiatan akan dilakukan dan mungkin menghasilkan sesuatu yang
positif jika disertai perasaan dan emosi positf. Timbal baliknya, individu
mungkin akan mengalami perasaan dan emosi yang positif ataupun negative akibat
perbuatan hasil kemauannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa
menyaksikan individu yang penuh dengan perasaan dan emosi, baik yang positif
maupun negative. Pada saat individu merasa senang dan gembira, maka dia akan
merasa puas dengan hasil pekerjaan yang dapat diselesaikannya. Pun bila
individu merasakan suasana perasan yang menyenangkan, aman, dan tidak mengancam,
maka ia dapat memecahkan masalah yang dibebankan kepadanya.
Sebaliknya, individu akan mengingat
kejadiana-kejadian yang pernah mengecewakannya. Begitu juga dengan kecelakaan,
atau musibah yang pernah menimpanya. Kemudian akan timbul perasaan takut dan khawatir
untuk berbuat sesuatu.
BENTUK-BENTUK PERASAAN
TAKUT
Biasanya tingkah laku individu dalam
keadan emosi tidak lagi memperlihatkan suatu norma yang ada dalam hidup
bersama, tetapi sebaliknya, ia justru memperlihatkan adanya gangguan atau
hambatan dalam dirinya. Aktivitas yang biasanya tidak dilakukan oleh individu
dalam keadaan normal, kemungkinan akan dikerjakan oleh individu bila sedang
mengalami emosi. Oleh karena itulah, emosi dipandang sebagai perasaan yang
gradual dan lebih besar kekuatan atau intensitasnya. Kuat lemahnya perasaan
yang dihayati individu tidaklah sama, meskipun objek yang dihadapi sama. Yang
jelas, emosi setiap individu tidaklah sama, kadang intensitasnya kuat kadang
juga melemah.
Varian
reaksi emosi antara lain sebagai berikut:
1.
Takut
Takut
merupakan perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi seesuatu dan sedapat
mungkin menghindari berhubungan dengan sesuatu tersebut. Bentuk extrim dari
takut adalah pathologis, atau yang disebut phobia.
2.
Khawatir
Khawatir
atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas, atau
tidak ada objek sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa yang tidak senang,
gelisah, tegang, tidak tenang dan tidak aman.
3.
Marah
Ketegangan
yang terjadi dakam aktivitas yang tidak kunjung reda, bahkan bertambah, maka
untuk menyalurkan ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah.
4.
Terkejut
Merupaka
expresi dari stimulus yang terjadi atua datang secara tiba-tiba Karena adanya
suatu hal yang tidak terduga sebelumnya.
5.
Gembira
Adalah
expresi dari bagian kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan atau rasa
positif yang dihadapi individu.
6.
Cemburu
Adalah
bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari kurang adanya kepercayaan
terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan cintah dan kasih sayang
dari seseorang.
TEORI
DAN PEMBAGIAN PERASAAN
1. Teori
perasaan
v Teori
sentral: gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami individu
v Teori
perifir: emosi yang dialami individu merupakan akibat dari gejala kejasmanian
v Teori
kepribadian: perasaan merupaka aktivitas pribadi yang tidajk dapat dipisahkan
2. Pembagian
perasaan[1]
|
||||
|
||||


![]() |
|||
|
|||

|
C.
KEMAUAN
(KONASI)
Gejala kemauan hanya dipunyai oleh manusia. Berhasil
tidaknya sesuatu perbuatan untuk mencapai sesuatu tujuan tergantung pada ada
tidaknya kemauan pada seseorang. Dengan adanya kemauan yang kuat berarti salah
seorang sudah mengantongi modal yang kuat untuk mencapai tujuan.
Dalam proses kemauan mengalami peristiwa-peristiwa
atau gejala sebagai berikut :
1. Adanya
suatu motif
2. Adanya
suatu usaha
3. Adanya
saat-saat memilih
4. Adanya
suatu keputusan
5. Adanya
perbuatan berdasarkan kemauan[2]
TEORI-TEORI KONASI
Terkait dengan tujuan usaha konasi, bila kita
menitik beratkan pada aspek wajar, berarti kita bersandar pada teori kehendak
biologis. Teori ini lebih kepada fungsi oraganisme, insting, dan nafsu. Mac.
Dougall mendefinisikan kehendak sebagai suau kerja sama yang dari
dorongan-dorongan (yang diorganisasikan oleh insting) sejenis yang menetukan
tingkah laku manusia dan hewan. Insting sebagai suatu disposisi atau keadaan
pembawaan yang menentukan organism mengamati suatu objek tertentu sehingga
organism itu mengalami suatu ketegangan dan suatu dorongan untuk bereaksi
terhadap objek.
Apabila kita meletakkan titik berat pada usaha yang
ditetapkan oleh individu, berarti kita memakai teori kehendak psikologi
kesadaran. Teori ini mengacu pada fungsi kesadaran dan tujuan (teleologis)
individu. James E. Reyce memandang kehendak sebagai kekuatan dari dorongan
rasional, yaitu kecenderungan pada obyek yang dikenal oleh akal fikiran. James
juga mengatakan bahwa kehendak merupakan kekuatan psikis yang mewujudkan diri
dalam perbuatan memilih. Dengan demikian, suatu tindakan yang memiliki nilai
keputusan haruslah berdasarkan pada perbuatan memilih (dengan sadar, niat)
sebagai perwujudan kehendak atau kemauan.
MOTIF, PERKEMBANGAN DAN MACAMNYA
1.
Motif
Dorongan yang datang
dari dalam dirinya untuk berbuat itu dinamakan motif. Karena itu motif
diartikan sebagai sesuatu kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang
menyebabkanorganisme itu bertindak atau berbuat. Dorongan ini bertujuan pada
suatu tujuan tertentu. Namun, demikian adapula perbuatan yang tidak didorongg
oleh motif, dimana perbuatan itu secara otomatik.
2.
Perkembangan
motif
Telah kita ketahui
bahwa manusia sebagai makhluk hidup mengalami perkembangan. If Perkembangan ini
berhubungan dengan masalah kemasakan (maturasion), latihan dan proses belajar.
Hal ini mempengaruhi kadaan motif yang ada pada individu. Motif ini bersifat
alami dalam arti bahwa suatu individu dilahirkan telah membaawa motif-maoif
tertentu. Tetapi kemudan motif-motif yang dibawa itu sebagai akibat dari
perkembangan individu, akan mengalami perkembangan juga.
3.
Macam-macam
motif
Menurut Woodworth &
Maraquis motif itu dapat dibedakan :
a. Motif
yang berhubungan dengan kebutuhan kejasmanian (organic needs) yaitu merupakan
motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme.
b. Motif
darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan
dengan segera karena keadaan sekitar menuntunnya.
c. Motif
obyektif (obyektif motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan
dengan keadaan sekitarnya.[3]
D.
HUBUNGAN
DENGAN MOTIVASI
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu (drive)
yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Motivasi seperti bahan bakar pada
mesin, menentukan mesin bergerak atau akan terdiam selamanya. Istilah motivasi,
seperti halnya kata emosi, berasal dari kata latin, yang berarti “bergerak”.
Ilmu psikologi tentu saja mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari
penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan apa yang kita lakukan.
Motivasi merujuk pada pada proses yang menyebabkan organisme tersebut bergerak
menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak
menyenangkan.
Motivasi memiliki penekanan pada tujuan (goals).
Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang kita miliki untuk mengejar
tujuan tersebut akan menetapkan pencapaian (prestasi) yang kita dapatkan,
meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada prestasi yang nyata. Tujuan
dapat meningkatkan motivasi apabila kondisi berikut ini:
Ø Tujuan
bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang
terbaik”, bukalah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda
dengan tidak memiliki tujuan sama sekali. Kita perlu lebih spesifik menentukan
tujuan, termasuk menentukan waktu pengerjaan.
Ø Tujuan
harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk
mencapai tujuan yang sulit namun realistis. Semakin tinggi dan semakin sulit
suatu tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita,
kecuali kita memilih suatu tujuan yang mustahil dicapai.
Ø Tujuan
kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya apa yang tidak
kita inginkan. Tujuan mendekat (approach goal) merupakan
penglaman positif yang kita harapkan secara langsung, seperti mendapatkan nilai
yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan menghindar (avoidance
goal) melibatkan usaha menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan,
seperti berusaha tidak mempermalukan diri sendiri.
Mendefiniskan tujuan yang kita miliki akan semakin mendekatkan kita
dengan keberhasilan. Namun apa yang terjadi bila kita menemukan rintangan?
Beberapa orang akan menyerah saat menghadapi kesulitan atau mundur, sedangkan
beberapa orang lainnya justru termotivasi saat menghadapi tantangan. Sebuah
pertanyaan penelitian: Factor apakah yang dapat memprediksi bahwa bakat,
ambisi, dan IQ dapat memprediksi orang akan terus berusaha atau akan menyerah?
Pendapat umumnya menyatakan bahwa eksistensi motivasi bersifat dikotomi
(seseorang memiliki motivasi atau sebaliknya tidak memiliki motivasi, tidak ada
motivasi antar keduanya). Hal lain yang mempengaruhi kekuatan motivasi seorang
adalah jenis sasaran yang akan diusahakan (apakah untuk menunjukkan kemampuan
atau untuk mendapatkan kepuasan dari proses tersebut).
BAB III
KESIMPULAN
Minat
adalah sumber hasrat belajar. Demikian di dalam jiwa seseorang yang
memperhatikan sesuatu ia mulai dengan menaruh minat terhadap hal itu. Minat itu
erat hubungannya dengan kepribadian seseorang; ketiga fungsi jiwa: kognisi,
emosi dan konasi terdapat dalam minat kadang minat itu timbul dengan
sendirinya, dan kadang-kadang perlu diusahakan.
Dari
beberapa definisi di atas maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa minat
adalah kecenderungan jiwa terhadap suatu yang terdiri dari perasaan senang,
memperhatikan, kesungguhan, adanya motif dan tujuan dalam mencapai suatu
tujuan. Maka dapat dipahami pula bahwa dalam minat terdapat unsur perasaan
senang, perhatian, kesungguhan dan adanya motif dan tujuan. Dan minat sangat
mempengaruhi perasaan tingkah laku individu dalam menentukan tujuan, sehingga
pengaruh minat sangat besar dalam kehidupan, dan sebuah kecenderungan siswa
merupakan pengaruh dari minat individu.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ahmad, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
· Baharuddin.
2007. Psikologi Pendidikan Refleksi
Teoritis Terhadap Fenomena. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.
·
DAkir.
1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Comments