Sastra
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah apresiasi berasal dari
bahasa Latin apreciatio yang berarti ‘mengindahkan’ atau ‘menghargai’. Secara
terminologi, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai penghargaan, penilaian,
dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berupa prosa fiksi, drama, maupun puisi (Dola, 2007). Dalam
konteks yang lebih luas, istilah
apresiasi menurut Gove mengandung makna; pengenalan melalui perasaan atau
kepekaan batin dan pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.
Sejalan dengan rumusan pengertian
di atas, Effendi dalam (Aminuddin, 2002) mengemukakan bahwa apresiasi sastra
adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap karya sastra.Juga disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat
tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks
sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta
melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu
kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya.
Belajar apresiasi sastra pada
hakikatnya adalah belajar tentang hidup dan kehidupan. Melalui karya sastra,
manusia akan memperoleh gizi batin, sehingga sisi-sisi gelap dalam hidup dan
kehidupannya bisa tercerahkan lewat kristalisasi nilai yang terkandung dalam
karya sastra. Teks sastra tak ubahnya sebagai layar tempat diproyeksikan
pengalaman psikis manusia.
Seiring dengan dinamika peradaban
yang terus bergerak menuju proses globalisasi, sastra menjadi makin penting dan
urgen untuk disosialisasikan dan “dibumikan” melalui institusi pendidikan.
Karya sastra memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk watak dan
kepribadian seseorang.Dengan bekal apresiasi sastra yang memadai, diharapkan
mampu bersaing pada era global dengan sikap arif, matang, dan dewasa.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah
dari Sastra itu sendiri ?
2. Apa sajakah
unsur-unsur dari Karya Sastra ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Sastra
Karya sastra
Melayu dianggap sebagai salah satu cikal bakal sastra Indonesia.Sastra Melayu
berkembang pesat di daerah Riau.Dari sanalah muncul para sastrawan terkenal
seperti raja Ali Haji.[1]Tidak
ada ukuran pasti mengenai tahun kapan pergeseran antara kedua jenis karya
sastra lama dan baru.Karya sastra lama adalah jenis sastra yang berkembang pada
masyarakat tradisional.Sedangkan karya sastra modern adalah jenis karya sastra
yang dihasilkan dan berkembang dalam kehidupan masyarakat modern.Untuk
membedakannya tidak menggunakan urutan waktu (periode perkembanganya), tetapi
dengan melihat ciri-ciri yang ada didalamnya.[2]
Ciri-ciri
Karya Sastra Lama dan Modern.
No
|
Aspek
|
Karya Sastra Lama
|
Karya Sastra Modern
|
1.
|
Bentuk
|
Puisi
terikat : pantun, syair, hikayat, legenda, mite, dongeng
|
Pui
Si bebas dan kontemporer, cerpen, novel drama
|
2.
|
Bahasa
|
Melayu
tradisional, arab, daerah
|
Indonesia,
masuk kosakata asing (Eropa)
|
3.
|
Tema
|
Kaku,
istana sentris, mistis
|
Kreatifitas,
kemasyarakatan, Kemanusiaan, modernisasi
|
4.
|
Latar
Belakang Penciptaan
|
Pengaruh
Kesustraan Hindu, Islam, budaya tradisional, anonym milik masyarakat
|
Pengaruh
kesustraan Barat, Budaya industry (modern), hak cipta pengarang (individu)
|
5.
|
Perkembangan
|
Statis,
disampaikan secara lisan
|
Dinamis,
media cetak dan audiovisual
|
B.
Unsur-unsur
Karya Sastra
1.
Puisi
A. Pengertian
Puisi
Puisi (dari
bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di
mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain
arti semantiknya.
Penekanan pada
segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa.Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan.Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan
puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia,
yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan
isi hati seseorang yang membawa orang lain kedalam keaadaan hatinya.
Baris-baris pada
puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi
kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang,
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin
indah.Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu
sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa
daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun.Mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
B. Unsur-Unsur
Puisi
a. Nada
Nada atau
suasana merupakan unsur batin puisi yang tergambar dalam baris-baris puisi,
misalnya suasana sedih, menyesal, berani akan dapat diketahui dari kata-kata
pembentuk puisi.[3]
Contoh:
Puisi bernada sepi
Hampa
Kepada Sri
Sepi
di luar. Sepi menekan mendesak
Lurus
kaku pepohonan.Tak bergerak.
Sampai
ke puncak. Sepi memagut
Tak
satu melepas renggut
Segala
menanti.Menanti.Menanti.
Sepi.
…………….
(Chairil
Anwar)
b. Latar
Yang dimaksud di
sini adalah latar waktu, tempat, dan sosial budaya yang mempengaruhi penciptaan
karya puisi.Contoh : Puisi dengan latar tempat
Perpisahan
Akhirnya
peluitpun dibunyikan
Buat
penghabisan kali kugenggam jarimu
Lewat
celah kaca jendela
Lalu
perlahan-lahan jarak antara kita mengembang jua
Dan
tinggalah rel-rel, peron dan lampu
Yang
menggigil di angina senja
(Elha)
c. Tema
Karena puisi itu pada dasarnya
merupakan pengkristalan konsep yang besar, tema yang terkandung di dalamnya
biasanya juga tersampaikan secara tersirat.Contoh : Puisi dengan tema ketuhanan
Doa
Kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam
termangu
Aku
masih menyambut nama-Mu
…………..
Tuhanku
Dipintumu
aku mengetuk
Aku
tak bisa berpaling
(Chairil
Anwar)
d. Amanat
Amanat atau pesan penyair dapat diketahui
kalau sudah di baca secara utuh. Jika sudah demikian, pembaca akan mengetahui
amanat yang termaktub dalam puisi. Akan tetapi perlu diingat bahwa, puisi itu
bersifat multi interpretative sehingga memungkinkan munculnya penafsiran amanat
yang bermacam-macam.Contoh : Puisi dengan amanat protes sosial
Jalan segara
Di
sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan
C.
Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan
atas puisi lama dan puisi baru
·
Puisi
Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama
·
Ciri
puisi lama:
1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama
pengarangnya.
2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan
sastra lisan.
3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah
baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
·
Puisi
Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama
baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
·
Ciri-ciri
Puisi Baru:
Bentuknya rapi, simetris
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair
meskipun ada pola yang lain
Sebagian besar puisi empat seuntai
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan
sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar)
: 4-5 suku kata.
2.
Prosa
A.
Pengertian Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan
yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya
lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya.Kata
prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus
terang".Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu
fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah,
novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.prosa juga
dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa
bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat,dan prosa baru ialah
prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.[4]
B.
Unsur-unsur Prosa
Secara umum, karya sastra prosa,
terdiri atas dua unsur pokok, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik :[5]
a. Unsur
instrinsik adalah unsur karya sastra yang mendukung dari dalam karya sastra itu
sendiri. Yang termasuk didalamnya :
1) Tema :
pokok pikiran pengarang, inti cerita karya sastra itu.
2) Alur/plot : sambung-sambunganya
suatu cerita dari suatu peristiwa ke peristiwa lainnya sehingga menimbulkan
ceritayang utuh.
3) Penokohan/karakteristik : perwatakan tokoh atau pelaku
4) Latar/setting : tempat terjadinya
cerita atau latar belakang cerita.
5) Sudut
pandang/point of view : dengan cara
bagaimana pengarang menceritakan tokoh-tokohnya.
6) Bahasa :
bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit.
b. Unsur
Ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar karya itu sendiri. Yang
termasuk didalamnya :
1) Riwayat
pribadi pengarang.
2) Kehidupan
masyarakat tempat karya sastra itu diciptakan.
C.
Bentuk-bentuk prosa baru
Prosa
baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau
budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut :[6]
a. Roman
Roman
adalah bentuk prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan
segala suka dukanya.Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari
masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia.Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan
menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan).Roman terbentuk
dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan
kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai
berikut:
Roman
transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung
pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar
Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah
Muda oleh Adinegoro.
Roman
sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan
masyarakat.Biasanya yang dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat
yang bersangkutan. Contoh: Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka
Dunia oleh Adinegoro.
Roman
sejarah yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis,
peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah.
Contoh: Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani,
Surapati oleh Abdul Muis.
Roman
psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari
segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat
Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh
Armijn Pane.
Roman
detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas.Dalam roman
ini yang sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya
membongkar berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh
Suman HS, Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
b. Novel
Novel
berasal dari Italia.yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk prosa baru yang
melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik,
dan yang mengandung konflik.Konflik atau pergulatan jiwa tersebut mengakibatkan
perobahan nasib pelaku.lika roman condong pada idealisme, novel pada realisme.
Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan lebih panjang dari cerpen.
Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer,
Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya
oleh Idrus.
c. Cerpen
Cerpen
adalah bentuk prosa baru yang menceritakam sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik
atau pertikaian, akan telapi hat itu tidak menyebabkan perubahan nasib
pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul
Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
d. Riwayat
Riwayat
(biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup
pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang lain
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto
Anak Desa, Prof. Dr. B.I Habibie, Ki Hajar Dewantara.
e. Kritik
Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan
memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yang
sifatnya objektif dan menghakimi.
f. Resensi
Resensi
adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama,
dll.).Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari
ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga
disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.
g. Esai
Esai
adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya.Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll.menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat
sangat subjektif atau sangat pribadi.Artikel ini adalah sebuah rintisan.
D.
Jenis-jenis prosa
· Prosa
naratif
· Prosa
deskriptif
· Prosa
eksposisi
·
Prosa argumentative
A. Pengertian
Drama
Drama (Yunani Kuno: δρᾶμα) adalah
satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi",
"perbuatan".Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas
panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan
musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.[7]
Di Indonesia, pertunjukan sejenis
drama mempunyai istilah yang bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak,
ludruk (di Jawa Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (minang), reog
(Jawa Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
B. Sejarah
Drama diDunia
B.1. Drama Klasik
Yang disebut drama klasik adalah
drama yang hidup pada zaman Yunani dan Romawi.Pada masa kejayaan kebudayaan
Yunani maupun Romawi banyak sekali karya drama yang bersifat abadi, terkenal
sampai kini.
a. Zaman Yunani.
Asal mula drama adalah Kulrus
Dyonisius.Pada waktu itu drama dikaitkan dengan upacara penyembahan kepada Dewa
Domba/Lembu.Sebelum pementasan drama, dilakukan upacara korban domba/lembu
kepada Dyonisius dan nyanyian yang disebut “tragedi”.Dalam perkembangannya,
Dyonisius yang tadinya berupa dewa berwujud binatang, berubah menjadi manusia,
dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan.Komedi sebagai lawan dari kata
tragedi, pada zaman Yunani Kuno merupakan karikatur terhadap cerita duka dengan
tujuan menyindir penderitaan hidup manusia.
Ada 3 tokoh Yunani yang terkenal,
yaitu: Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat
relatif. Karya karya seni dipandanganya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari
kehidupan jasmaniah manusia.Imitasi itu menurut Plato bukan demi kepentingan
imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan.Karya Plato yang
terkenal adalah The Republic.
Aristoteles juga tokoh Yunani yang
terkenal.Ia memandang karya seni bukan hanya sebagai imitasi kehidupan fisik,
tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebijakan dalam
dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak yang menentu.
Sophocles adalah tokoh drama
terbesar zaman Yunani.Tiga karya yang merupakan tragedi, bersifat abadi, dan
temanya Relevan sampai saat ini. Dramanya itu adalah: “Oedipus Sang Raja”,
“Oedipus di Kolonus”, dan “Antigone”
Bentuk Komedi, dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Komedi tidak mengikuti satire
individu maupun satire politis.
2. Peranan aktor dalam komedi tidak
begitu menonjol;
3. Kisah lakon dititikberatkan pada
kisah cinta, yaitu pengejaran gadis oleh pria yang
cintanya ditolak orang tua/famili
sang gadis.
4. Tidak digunakan Stock character,
yang biasanya memberikan kejutan.
5. Lakon menunjukan ciri
kebijaksanaan, karena pengarangnya melarat dan menderita, tetapi kadang-kadang
juga berisi sindiran dan sikap yang pasrah.
b. Zaman Romawi
Terdapat tiga tokoh drama Romawi
Kuno, Yaitu: Plutus, Terence atau Publius Terence Afer, dan Lucius Senece.
Teater Romawi mengambil alih gaya teater Yunani. Mula-mula bersifat religius,
lama-kelamaan bersifat mencari uang (show biz). Bentuk pentas lebih megah dari
zaman Yunani.
B.2. Teater Abad Pertengahan
Pengaruh Gereja Khatolik atas drama
sangat besar pada zaman Pertengahan ini.Dalam pementasan ada nyanyian yang
dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan Koor.Kemudian ada pelanggan
“Pasio” seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah
sampai saat ini.’
Ciri-ciri khas theater abad
Pertengahan, adalah sebagai berikut :
1. Pentas Kereta.
2. Dekor bersifat sederhana dan
simbolik.
3. Pementasan simultan bersifat
berbeda dengan pementasan simultan drama modern.
B.3. Zaman Italia
Istilah yang populer dalam zaman
Italia adalah Comedia Del’arie yang bersumber dari komedi Yunani.
Tokoh-tokohnya antara lain: Date, dengan karya-karyanya: The Divina Comedy
Torquato Tasso dengan karyanya drama-drama liturgis dan pastoral dan Niccolo
Machiavelli dengan karya-karyanya Mandrake.
Ciri-ciri drama pada zaman ini,
adalah sebagai berikut :
a. Improvitoris atau tanpa naskah.
b. Gayanya dapat dibandingkan
dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru
kemudian pemain berimprovisasi
(bandingkan teater tradisional di Indonesia).
c. Cerita berdasarkan dongeng dan
fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan.
d. Gejala akting pantomime,
gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan.
B.4. Zaman Elizabeth
Pada awal pemerintahan Ratu
Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama berkembang dengan sangat pesatnya.
Teater-teater didirikan sendiri atas prakarsa sang ratu. Shakespeare, tokoh
drama abadi adalah tokoh yang hidup pada zaman Elizabeth.
Ciri-ciri naskah zaman Elizabeth,
adalah:
a. Naskah Puitis.
b. Dialognya panjang-panjang.
c. Penyusunan naskah lebih bebas,
tidak mengikuti hukum yang sudah ada.
d. Lakon bersifat simultan,
berganda dan rangkap.
e. Campuran antara drama dengan
humor.
B.5. Perancis : Molere dan
Neoklasikisme
Tokoh-tokoh drama di Prancis antara
lain Pierre Corneile (1606-1684, dengan karya-karya: Melite, Le Cid), Jean
Racine (1639-1699, dengan karya: Phedra).
B.6. Jerman: Zaman Romantik
Tokoh-tokoh antara lain: Gotthold
Ephrairn Lessing (1729-1781, dengan karya Emilla Galott, Miss Sara Sampson, dan
Nathan der Weise), Wolfg Von Goethe (1749-1832, dengan karya: Faust, yang
difilmkan menjadi Faust and the Devil), Christhoper Frederich von Schiller
(1759-1805, dengan karya: The Robbers, Love and Intrigue, Wallenstein, dan
beberapa adaptasi dan Shakespeare).
B.7. Drama Modern
a. Norwegia : Ibsen
Tokoh paling terkemuka dalam
perkembangan drama di Norwegia adalah Henrik Ibsen (1828-1906).Karya Ibsen yang
paling terkenal dan banyak dipentaskan di Indonesia adalah “Nova”, saduran dari
terjemahan Armyn Pane “Ratna”. Karya-karya Ibsen adalah Love’s Comedy, The
Pretenders, Brand dan Peer Gynt (drama puitis), A Doll House, An Emeyn of the
people, The Wild Duck, Hedda Gabler, dan Rosmersholm.
b. Swedia : August Strinberg
Tokoh drama paling terkenal di
swedia adalah Strindberg (1849-1912).Karya-karya drama yang bersifat historis
dari Strindberg di antaranya adalah Saga of the Folkum dan The Pretenders, Miss
Julia dan The Father adalah drama naturalis.Drama penting yang bersifat
ekspresionitis adalah A Dream Play, The Dance of Death, dan The Spook Sonata.
c. Inggris : Bernard Shaw dan Drama
Modern.
Tokoh drama modern Inggris yang
terpenting (setelah Shakespeare) adalah George Bernard Shaw (1856-1950).Ia
dipandang sebagai penulis lakon terbesar dan penulis terbesar pada abad Modern.
d. Irlandia : Yeats sampai O’Casey
Tokoh penting drama Irlandia Modern
adalah William Butler Yeats yang merupakan pemimpin kelompok sandiwara
terkemuka di Irlandia dan Sean O’Casey (1884) dengan karyanya: The Shadow of a
Gunman, Juno and the Paycock, The Plough and the Start, The Silver Tassie,
Withim the Gates, dan The Start Turns Red. Tokoh lainya adalah John Millington
Synge (1871-1909) dengan karya-karya: Riders to the Sea, dan The Playboy of the
Western World. Synge merupakan pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater
menjadi penting disana.
Dan masih banyak lagi
dinegara-negara lain.
C. Jenis
Drama
a. Drama
tragedi, drama yang penuh kesedihan.
b. Drama
komedi, drama berisi sindiran atau keceman terhadapan orang atau keadaan yang
dilebih-lebihkan (didramatisir).
c. Drama
tragedi-komedi, drama penuh kesedihan tetapi ada juga hal-hal yang
menggembirakan.
d. Dagelan
atau lelucun, drama yang menyebabkan penonton tertawa dari awal sampai akhir.
e. Opera,
drama yang berisi nyanyian dan musik.
f. Operet,
opera yang lebih pendek
g. Pantomin,
drama yang disampaikan melalui gerak-gerik atau isyarat saja.[8]
D. Unsur-unsur
drama
·
Naskah drama (tema) Drama Script
·
Alur
·
Pemain (aktris atau Aktor)
·
Tempat pertunjukan (teater)
·
Amanat
·
Penonton
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Karya sastra Melayu
dianggap sebagai salah satu cikal bakal sastra Indonesia.Sastra Melayu
berkembang pesat di daerah Riau.Dari sanalah muncul para sastrawan terkenal
seperti raja Ali Haji.Tidak ada ukuran pasti mengenai tahun kapan pergeseran
antara kedua jenis karya sastra lama dan baru.Karya sastra lama adalah jenis
sastra yang berkembang pada masyarakat tradisional.Sedangkan karya sastra
modern adalah jenis karya sastra yang dihasilkan dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat modern.
Dalam Karya sastra
terdapat 3 unsur karya sastra yakni
prosa, puisi dan drama dengan memiliki pengertian, unsur dan jenis-jenisnya
masing-masing.
B. SARAN
Harapan penulis semoga
para pemuda bangsa dapat mengetahui karya sastra yang dimiliki oleh negara
mereka sendiri.Jadi mereka tidak hanya mengetahui budaya dan keunikan Negara
tetangga namun mereka dapat mengetahui bahkan jika bisa melestarikan budaya dan
karya sastra yang dimiliki Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
·
Sukoyono, Edi dan Rustamaji.2007,Panduan Belajar Kelas 9 SMP. Yogyakarta
: Primagama Yogyakarta
· Susilowati,
Yuni.2007, Bahasa Indonesia. Solo :
Kharisma
[1]Yuni Susilowati,S.Pd, Bahasa Indonesia, (Solo :
Kharisma,2007), hal : 26
[2]Drs.
Edi Sukoyono dan Drs. H. Rustamaji, M.Pd., Panduan Belajar Kelas 9 SMP, (Yogyakarta : Primagama
Yogyakarta,2007), hal : 46
[3]ibid
[4]http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
(diakses pada tanggal 9-12-2011 pukul 01.15)
[5]Drs.
Edi Sukoyono dan Drs. H. Rustamaji, M.Pd., Panduan Belajar Kelas 9 SMP, (Yogyakarta : Primagama
Yogyakarta,2007), hal : 47
[6]http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa#Jenis-jenis_prosa
(diakses pada tanggal 9-12-2011 pukul 01.30)
[7]http://teater35.blogspot.com/2009/04/sejarah-drama-didunia.html
(diakses pada tanggal 9-12-2011 pukul 02.00)
[8]Drs.
Edi Sukoyono dan Drs. H. Rustamaji, M.Pd., Panduan Belajar Kelas 9 SMP, (Yogyakarta : Primagama
Yogyakarta,2007), hal : 49
Comments