Berfikir dan Belajar

Seorang anak mendapat sepeda dari ayahnya. Anak tersebut akan mencoba sepeda tersebut dan mengadakan reaksi-reaksi atas rangsangan-rangsangan yang ditimbulakn oleh sepeda itu. Lama kelamaan reaksi-reaksinya makin teratur dan pada suatu saat nanti dapat menguasai sepeda itu, dan anak itu yang tadinya belum bisa naik sepeda, sekarang bisa. Ini adalah contoh proses belajar. Kesimpulannya belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku yang ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (rangsangan) yang terjadi.

Pada manusia proses belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berfikir. Dalam hubungan ini, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar :

1. Waktu istirahat : Khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Dalam waktu istirahat sebaiknya tidak tidak banyak kegiatan yang menggangu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengendap dalam ingatan.

2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh : Dalam mempelajari sesuatu, lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari dulu materi atu bahan yang ada secara keseluruhan dan baru setelah itu dipelajari dengan lebih seksama bagian-bagiannya.

3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari : Kalau kita mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan, Misalnya, ada dua orang disuruh menghafalkan sajak bahasa inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang ke dua tidak dapat berbahasa inggris, maka bahan yang sama akan dihafal jauh lebih cepat dari orang yang pertama.

4. Pengetahuan akan prestasi sendiri : Kalau tiap kali kita bisa mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui mana perbuatan-perbuatan kita yang masih salah, maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan itu.

5. Transfer : Pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut Transfer.

Sudah dikatakan di atas, bahwa belajar pada manusia erat sekali hubungannya dengan proses berfikir. Berfikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu simbolis. Kalau kita makan, maka kita bukan berfikir. Tetapi kalau kita membayangkan mengenai sesuatu makanan yang tidak ada, maka kita menggunakan ide atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku inilah yang disebut Berfikir.



Macam-macam kegiatan berfikir dapat kita golongkan sebagai berikut :

1. Berfikir Asosiatif, yaitu proses berfikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain, jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah :

a) Asosiasi Bebas : Satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran, dapur,nasi atau anak yang belum sempat diberi makan atau apa saja.

b) Asosiasi Terkontol : Satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang “membeli mobil,” akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, mereknya, modelnya atau pajaknya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain diluar itu seperti peraturan lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang, piutang yang belum di tagih dll.

c) Melamun : Yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.

d) Mimpi : Ide-ide tentang berbagi hal, yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi kadang-kadang terlupakan saat kita bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.

e) Berpikir Artistik : Yaitu proses berpikir yang sangat subyektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.

2. Berpikir Terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu :

a) Berpikir Kritis : yaitu membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu keadaan.

b) Berpikir Kreatif : yaitu berpikir untuk menemukan hubungan-hubungan baru dalam berbagai hal.

Dalam berpikir selalu menggunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan “buku” adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilit dan dicetaki huruf-huruf. Disamping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara lain adalah angka-angka dan simbol-simbol matematika, simbol-simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas dan sebagainya.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan :

1. Strategi Menyeluruh : di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu.

2. Strategi Detailistis : di sini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian kemudian dicoba dipecahkan bagian demi bagian.



Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat dilihat hal-hal yang sama pada beberapa bagian sehingga dapat diatasi sekaligus. Dengan demikian, cara ini lebih efisien dan lebih cepat, dan terutama berguna kalau waktunya terbatas.

Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh :

1. Set : Cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cendrung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul : set). Padahal belum tentu persoalan yang berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang demikian itu. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.

2. Sempitnya Pandangan : Sering dalam memecahkan persoalan seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan ke luar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karna dia tidak melihat jalan ke luar yang lain. Tentu saja ia akan menemui kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya pandangan orang tersebut, sehingga ia tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan ke luar.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Sejarah logika di indonesia