Burrhusm Frederic Skinner


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pendekatan perilaku ( behavior ) sepertinya digambarkan sangat mekanistis dan menganggap manusia sebagai binatang coba. Akhir –akhir ini pendekatan perilaku justru menjadi populer dan mulai dilakukan praktisi. Pendekatan perilakuan menunjukkan pandangan positif dan optmis terhadap perilaku manusia yang ianggap tidak umum alias abnormal perilaku normal atau abnormal berasal dari cara belajar yang sama. Dengan sendirinya apabila ada perilaku abnormal maka perilaku tersebut dapat dikembalikan pada status semula.

Behaviorisme yang awalnya dikemukakan oleh John B. Watson merupakan salah satu aliran dalam psikologi setara dengan psikoanalisa, psikologi humanistik dan psikologi transpersonal. Dalam pendekatan perilakuan, bermacam – macam teknik tindakan tersedia meskipun paradigmanya sama. Perilaku baik normal maupun abnormal berasal dari cara klasik, operant, dan pencontohan. Pendekatan behaviorisme terkait dengan John B. Watson, Ivan Pavlov dan B. F. Skinner yang difokuskan pada bagaimana cara belajar dan beradaptasi memengaruhi perkembangan psikopatologi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kehidupan Skinner?

2. Bagaimanakah latar belakang teori Skinner?

3. Bagaimana penerapan teori behavioristik?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui kehidupan dari Skinner

2. Untuk mengetahui teori Skinner

3. Untuk mengetahui penerapan teori behavioristik


BAB II

PEMBAHASAN


A. Biografi BF. Skinner

Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan "cara kerja yang menentukan" (operant conditioning). Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses bersinggungan dengan lingkungannya Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima rangsangan atau stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu. Rangsangan itu disebut stimulan yang menggugah. Stimulan tertentu menyebabkan manusia melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu. [1]

Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Tempat dimana ayahnya bekerja sebagai seorang pengacara. Dia tertarik pada kesusastraanyang membawanya masuk Hamilton College jurusan sastra Inggris, Skinner menjadi sarjana muda pada tahun 1926. Pada tahun 1928, Skinner memasuki kuliah psikologi di Harvard University, dan meraih doktor pada tahun 1931. Dari tahun 1931 sampai 1936, Skinner menghabiskan waktunya dengan bekerja di laboratorium W. J. Crozier.

Dari tahun 1936, Skinner bersama istrinya yang bernama Eve Blue pindah ke Minneapolis untuk bergabung dengan fakultas psikologi di University of Minnesota. Selama sembilan tahun ini ditandai oleh produktifitas yang membawanya tampil sebagai salah seorang psikolog yang luar biasa. Pada tahun 1945, Skinner pindah ke University of Indiana sebagai dekan Fakultas Psikologi University of Indiana. Pada tahun 1948, Skinner kembali lagi ke fakultas psikologi di Harvard University. Meskipun pada tahun 1974 ia pensiun dari aktif mengajar, tetapi beliau tetap melanjutkan menulis dan memberikan kuliah.

Pada tahun 1967, Skinner berkata bahwa ia membuat sebuah pesawat luncur yang dapat terbang tanpa mendapatkan energi dari beberapa sumber eksternal, dan itu tidak berhasil. Karya-karya jenius Skinner tertuang dalam bukunya yang berjudul; The Behaviourof Organisms (1938) dan memulai menulis Verbal Behaviour (1957) selama ia tinggal di Minnesota, serta novel berjudul Walden Two (1948) selama ia menghabiskan waktu bertahun-tahun di Middle West. Skinner merancang “Baby Box” pada tahun 1948, ketika anak keduanya yang bernama Deborah lahir. Tanggal 18 agustus 1990, B. F Skinner meninggal dunia akibat leukimia. [2]

B. Teori Skinner

Para Psikolog yang bekerja dalam paradigma belajar atau behavioral memandang perilaku abnormal sebagai respon yang dipelajari dengan cara yang sama seperti perilaku lainnya dipelajari. Di permulaan abad 20, psikologi tidak didomonasi oleh belajar, namun oleh strukturalisme, yang beranggapan bahwa subjek penelitian yang tepat adalah fungsi mental. Tujuan psikologi, yang pada saat itu disiplin ilmu yang masih sangat baru, adalah mempelajari lebih jauh apa yang berlangsung dalam pikiran dengan menganalisis struktur dasar pembentukannya. Melalui introspeksi yang menyeluruh, pengamatan diri dan laporan tentang proses – proses mental, para psikolog berharap menemukan struktur kesadaran.[3]

Tingkah laku operant adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operant merupakan tingkah laku yang paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dan sebagainya. Menurut Skinner (1971), jika suatu tingkah laku diganjar, maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang akan tinggi. Prinsip perkuatan yang menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengkondisian operant.[4]

Skinner memperkenalkan konsep Operant Conditioning, disebut demikian karena diterapkan bagi perilaku yang dilakukan dalam lingkungan. Dia menyusun ulang hukum efek dengan mengubah fokus dari menghubungkan stimuli dan respon ® koneksi S – R ® kehubungan antara respon dan kosekuensi atau kemungkinannya. Perbedaannya tidak besar, namun mencerminkan argumen Skinner bahwa stimuli tidaklah sangat terkait dengan respon ketika stimuli menjadi penyebab munculnya respon, jika di masa lalu respon tersebut telah dikuatkan. Terus Skinner memperkenalkan konsep stimulus diskriminatif ( Discriminatif Stimulus ) untuk merujuk berbagai kejadian di luar diri yang memberi pesan pada organisme bahwa jika ia melakukan suatu perilaku, maka akan diikuti suatu konsekuensi tertentu.[5]

Operant Conditioning melibatkan perolehan perilaku, yang disebut perilaku operant ( operant behavior ) yang dilakukan oleh organisme dan yang beroperasi karena atau memanipulasi, lingkungan untuk melibatkan efek tertentu. Psikologi B. F. Skinner menunjukkan bahwa burung merpati yang kurang mendapat makanan akan belajar untuk menekan tombol apabila butiran – butiran makanan dijatuhkan pada kandang mereka sebagai suatu hasil. Butuh beberapa waktu bagi burung sampai akhirnya mereka dengan tidak sengaja menekan tombol untuk yang pertama kalinya, namun setelah beberapa kali pengulangan asosiasi antara penekanan tombol dengan makanan, perilaku menekan, suatu respon operant, menjadi cepat dan terarah hingga burung – burung merpati merasa kebutuhan makanan telah terpenuhi. [6]

Skinner sangat dipengaruhi oleh keyakinan Watson bahwa ilmu perilaku manusia harus didasarkan pada kejadian – kejadian yang dapat diobservasi dan hubungan – hubungan di antara kejadian – kejadian tersebut. Hasil karya psikolog Edward L. Thorndike juga mempengaruhi Skinner. Skinner melontarkan gagasan yang sangat mirip dengan gagasan Thorndike ini dan mengujinya dengan binatang – binatang percobaan, dengan menggunakan makanan sebagai reinforcer ( penguat ), dan mengembangkannya dengan berbagai macam cara yang kompleks agar dapat ditetapkan pada berbagai macam perilaku manusia.[7]

Pada operant conditioning, organisme membentuk respon atau ketrampilan yang menghasilkan reinforcement. Reinforcement berupa perubahan pada lingkungan (stimulus) yang meningkatkan frekuensi dari perilaku yang sebelumnya. Reward adalah stimulus yang meningkatkan frekuensi perilaku, sehingga menjadi salah satu jenis reinforcement. Skinner menemukan konsep reinforcement lebih disukai daripada konsep reward, karena reinforcement menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat diamati dan efek lingkungan.

Reinforcer positif (positive reinforcer) meningkatkan frekuensi perilaku apabila reinforcer positif tersebut ditampilkan. Makanan, uang, dukungan sosial dan kesempatan untuk berpasangan merupakan contoh-contoh dari reinforcer positif. Reinforcer negatif (negatif reinforcer) meningkatkan frekuensi perilaku apabila reinforcer negatif tersebut dihilangkan. Rasa takut, rasa sakit, rasa tidak nyaman dan ketidak setujuan sosial merupakan contoh-contoh dari reinforcer negatif.

Perilaku normal yang adaptif melibatkan pembelajaran respon-respon atau keterampilan - keterampilan yang memungkinkan kita untuk memperoleh reinforcer positif dan untuk menghindari atau menghilangkan reinforcer positif kemudian kita mempelajari perilaku adaptif yang memungkinkan untuk memperoleh reinforcer positif tersebut dan untuk menghindari atau menghilangkan reinforcer negatif. Namun apabila lingkungan belajar kita yang awal tidak menyediakan kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru, kita mungkin dilemahkan dalam usaha kita untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh reinforcement.

Hukuman ( punishment ) merupakan stimulus yang menyakitkan yang mengurangi atau menekan frekuensi perilaku yang telah terbentuk apabila hadir. Hukuman, terutama hukuman fisik, mungkin dapat menekan perilaku yang ada saat ini namun tidak menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Perilaku mungkin kembali apabila hukuman ditarik. Hal lain dari hukuman adalah bahwa hukuman mungkin juga mendorong orang untuk menarik diri dari suatu situasi belajar.[8]

Memberikan reward pada perilaku yang diinginkan secara umum kemudian lebih disukai dibandingkan menghukum perilaku yang salah. Beberapa anak yang mengalami masalah perilaku dapat memperoleh perhatian dari orang lain hanya dengan berperilaku salah. Mereka mempelajari bahwa apabila mereka menampilkan perilaku tersebut, orang lain akan memberikan perhatian pada mereka. Bagi mereka hukuman mungkin sebenarnya berlaku sebagai reinforcer positif, meningkatkan derajat respon dari perilaku yang diikutinya.

C. Penerapan Teori Behavioristik

Penerapan tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip - prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah cara - cara yang lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan - pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku.[9] Sebagai contoh bagaimana operant conditioning dapat mengakibatkan perilaku abnormal, yaitu Penderita Latah.

D. Aplikasi Dalam Teori Behavioristik



1. Judul Jurnal

“Terapi Penderita Latah Dengan Pendekatan Behavioristik”

2. Teori

Latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap secara tak terkendali setelah terjadinya reaksi kaget. Latah adalah ucapan atau perbuatan yang terungkap atau tidak terkendali, pascareaksi kaget (starled reaction). Saat latah muncul yang berkuasa alam bawah sadar (subconcious).

Latah adalah respon reflektif berupa perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali yang terjadi ketika seseorang merasa kaget. Latah bukanlah penyakit mental, tapi lebih merupakan kebiasaan yang tertanam di pikiran bawah sadar. Setiap orang latah punya respon yang berbeda-beda dalam bereaksi terhadap stimulus yang mengagetkan, diantarnya:

· Mengulangi perkataan orang lain

· Meniru gerakan orang lain

· Mengucapkan kata-kata tertentu berulang-ulang.

· Melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut, misalnya; ketika penderita dikejutkan dengan seruan perintah seperti ”jongkok” atau "loncat", dia akan melakukan perintah itu seketika.

Latah memang bukan gangguan psikologis yang serius dan malah banyak orang menganggapnya sebagai hiburan atau sesuatu yang lucu. Namun jika seseorang ingin tampil berwibawa atau tidak ingin lagi menjadi bahan godaan / tertawaan orang lain, maka harus menghilangkan kebiasaan latah tersebut.

3. Penyebaba Latah

Ada beberapa keadaan yang menyebabkan timbulnya gangguan tingkah laku latah, yaitu;

a. Pemberontakan. Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang tanpa merasa bersalah. Gejala ini semacam gangguan tingkah laku. Lebih kearah obsesif karena ada dorongan yang tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.

b. Kecemasan. Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah selalu terdapat tokoh otoriter, entah ayah atau ibu. Bisa jadi, latah merupakan jalan pemberontakannya terhadap dominan orang tua yang sangat menekan. Walau demikian tokoh otoriter tidak harus berasal dari lingkungan keluarga.

c. Teori Pengondisian. Inilah yang disebut latah gara-gara ketularan.

Seseorang mengidap latah karena dikondisikan oleh lingkungannya, misalnya gara-gara latah, seseorang merasa diperhatikan dan diperhatikan oleh lingkungan. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini disebut ”latah gaul”.

4. Terapi Behavior

Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptaif. Pendekatan ini, telah memberikan sumbangan-sumbangan yang berarti, baik pada bidang-bidang klinis maupun pendidikan.

Behavioristik adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkahlaku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkap hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behavioristik ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati.

Salah satu sumbangan terapi tingkah laku adalah pengembangan prosedur-prosedur terapeutik yang spesifik yang memiliki kemungkinan untuk diperbaiki melalui motode ilmiah. Teknik-teknik tingkah laku harus menunjukkan keefektifan melalui alat-alat yang objektif dan ada usaha yang konstan untuk memperbaikinya.

Teknik terapi behavioristik yang cocok untuk klien dengan perilaku latah adalah terapi Pengondisian Operan. Ada dua syarat yang harus penuhi klien agar kebiasaan latah bisa dihilangkan dengan cepat dan hasilnya permanen dilihat dari pendekatan behavioristik, yaitu:

· Klien harus sungguh-sungguh ingin berubah dan serius ingin menghilangkan kebiasaan latahnya. Melakukan penolakan dengan tingkah laku latah yang dialaminya, serta menjalani terapi secara intensif.

· Klien harus setuju untuk menganggap latah sebagai kebiasaan yang kurang baik dan merugikan diri sendiri. Kebiasaan latah akan sulit dihilangkan atau bisa saja kambuh sewaktu-waktu apabila klien menganggap menjadi latah itu lucu, menguntungkan dan menyenangkan. Karena itu tingkah laku latah, pemerkuat positif harus diberikan untuk tingkah laku yang positif.



BAB III

PENUTUP



A. Kesimpulan

· Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan "cara kerja yang menentukan" (operant conditioning).

· Tingkah laku operant merupakan tingkah laku yang paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dan sebagainya.

· Psikologi B. F. Skinner menggunakan burung merpati sebagai binatang percobaan dan menggunakan makanan sebagai reinforcer (penguat). Menunjukkan bahwa burung merpati yang kurang mendapat makanan akan belajar untuk menekan tombol apabila butiran – butiran makanan dijatuhkan pada kandang mereka sebagai suatu hasil. Setelah pengulangan asosiasi antara penekanan tombol dengan makanan, suatu respon operant menjadi cepat dan terarah.

· Pada operant conditioning, organisme membentuk respon atau ketrampilan yang menghasilkan reinforcement. Reinforcement berupa Reinforcer positif (positive reinforcer) meningkatkan frekuensi perilaku apabila reinforcer positif tersebut ditampilkan dan reinforcer negatif (negatif reinforcer) meningkatkan frekuensi perilaku apabila reinforcer negatif tersebut dihilangkan. Reward adalah stimulus yang meningkatkan frekuensi perilaku, sehingga menjadi salah satu jenis reinforcement.

· Aplikasi Dalam Teori Behavioristik yang dipakai adalah Terapi Penderita Latah Dengan Pendekatan Behavioristik Teknik terapi behavioristik yang cocok untuk klien dengan perilaku latah adalah terapi Pengondisian Operan.


DAFTAR PUSTAKA

Boeree, George, Personality theory, Prima Sophie, Yogyakarta : 2006



Davison, Gerald C., Konseling dan Psikoterapi, PT. Refika Aditama, Bandung : 2005



Durand, V. Mark dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2006



Nevid, Jefrey S., dkk, Psikologi Abnormal, Erlangga, Jakarta : 2003





[1] http://id.wikipedia.org/wiki/B.F._Skinner diunduh 11-10-12


[2] DR.C. George Boeree, Personality theory, ( Prima Sophie, Yogyakarta : 2006 ), hal. 249


[3] Gerald C. Davison, dkk, Psikologi Abnormal, ( PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2006 ), hal 58


[4] DR.C. George Boeree, Personality theory..........., hal 218


[5] Gerald C. Davison, dkk, Psikologi Abnormal......., hal 61


[6] Jefrey S.Nevid, dkk, Psikologi Abnormal, (Erlangga, Jakarta :2003 ), hal 52


[7] V. Mark Durand dan David H. Barlow, Intisari Psikologi Abnormal,(Pustaka Pelajar,Yogyakarta:2006), hal 33


[8] Ibid, hal 53


[9] Gerald C. Davison, Konseling dan Psikoterapi, ( PT. Refika Aditama, Bandung : 2005), hal 62

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki