ilmu dakwah : akhlak bertetangga
Abstraksi
Umat Islam dalam bermasyarakat telah memiliki tuntunan tersendiri, termasuk dalam hidup bertetangga. Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama dalam masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat, keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama. Masalah akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya menjadi masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga mengabaikan akhlak inimaka wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat akhirnya tidak terwujud rasa damai, nyaman, aman yang mereka harapkan bersama.
Dalam beberapa hadist Nabi sering diutarakan bahwa akhlak merupakan ukuran keimananan seseorang. Tetapi dalam setiap sesi majlis taklim-majlis taklim yang sementara penulis temui sering disampaikan bahwa seakan yang berkaitan dengan iman hanyalah masalah keyakinan (theologi), tanpa pembahasan lebih lanjut tentang masalah konsekwensi orang yang beriman, atau aspek perilaku seorang mukmin (jawarih). Kalau pembahasan iman ditinjau dari konsekwensi perilaku, maka ukuran keimanan seorang terletak pada tingkat kehadirannya: apakah membawa keamanan bagi tetangganya, atau malah kehadirannya meresahkan bagi tetangganya. Itulah ukuran keimanan seseorang
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konserpsi dan prinsip-prinsip yang dapat memberikan solusi yang konkret dalmam memecahkan problem hidup betetangga ini. Konsepsi dan prinsip-prinsip Islam tertuang dalam ajaran akhlaknya. Akhlak merupakan institusi yang dapat digunakan mendorong manusia bagaimana berbuat baik kepada Khaliq (Allah) dan makhluk (sesame manusia). Dalam hubungan ini termasuk pula bagaimana berbuat baik kepada tetangga.
Oleh sebab itulah akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya. Masalah akhlak bertetangga bagi seorang muslim sudah seharusnya menjadi tuntunan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosisal.
B. Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatar belakangi akhlak bertetangga, kami menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
v Kurangya perhatian dari masyarakat islam kebanyakan pada akhlak betetangga. Sehingga kurangya pengetahuan masyarakat tentang akhlak bertetangga.
C. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana ahklak bertetangga yang baik dalam islam serta hak dan kewjiban bertetangga?”
Pembahasan
A. Kategori tetangga
Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan tetangga jauh. Adapun yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada yang mengaitkannya dengan tempat hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan muslim dan bukan muslim. Yang dikaitkan dengan tempat, artinya tentang di mana keberadaan tetangga itu. Keberadaanya bisa di dekat rumah, satu rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kompleks dan kampung. Namun yang dekat rumah pun jika harus memilih kepada tetangga mana yang harus di dahulukan, lalu dikaitkandengan hub kekeluargaan artinya tetangga yang dekat itu adalah saudara atau keluarga sendiri. Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga. Sebab, bisa terjadi dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan keluaraga atau besan dan ada pula orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat adalah yang ada hubungan keluarga daripada orang lain.[1]
Adapun yang dikaitkan dengan orang muslim dan bukan muslim, artinya, yang dimaksud dengan tetangga yang dekat adalahb sesame muslim. Sedangkan tetangga jauh adalah orang- orang yang bukan (non) muslim. Sebab bisa saja terjadi, dalam satu lingkungan tetangga ada yang seagama, sama-sama muslim dan berlainan agama.
B.Kedudukan tetangga
Tetangga dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang mulia sebagaimana halnya tamu yang datang ke rumah. Rosulullah saw.bersabda,
“siapa yang percaya kepada hari kemudian, maka jangan mengganggu tetangganya, dan siapa yang percaya kepada Alloh dan hari kemudian, maka harus menghormati tamunya….” (HR Bukhori dan Muslim)
Kemuliaan tetangga yang disebutkan dalam sabda Rasulallah saw. ini adalah, mereka tidak boleh di ganggu, dan berbuat baik kepada mereka sama seperti halnya menghormati tamu. Semuanya itu menjadi ukuran keimanan seseorang. Beberapa kemuliaan tetangga antara lain sebagai berikut.[2]
v Sebagai saudara dan keluarga
Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apa lagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itulah, sebagai sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat hubungan persaudaraannya.
v Sebagai mitra usaha
Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dan pekerjaan sebagai upaya meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka selalu melakukan kerja sama dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan.
C. Hak dan Kewajiban Bertetangga
Tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar rumah kita, tentunya adalah orang, yang disamping punya kedekatan phisik juga punya kedekatan secara psikhis. Seorang muslim yang benar-benar sadar dan berada di bawah bimbingan agamanya serta senantiasa berpegang teguh pada talinya, dia akan selalu berbuat baik dan memberikan perhatian kepada tetangganya.
Allah SWT secara tegas telah memerintahkan supaya kita berbuat baik kepada tetangga, seperti yang telah difirmankan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 36 : "Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian.........”
v Hak dan kewajiban yang sama
Hak dan kewajiban yang sama dalam bertetangga ada beberapa hal yang terutama yang selama ini sudah berjalan, antara lain sebagai berikut.
1. Saling menjaga kehormatan diri dan keluarganya
2. Saling menjaga rasa aman dari gangguan apapun
3. Saling melibatkan dalam musyawarah
4. Saling membantu dalam berbagai kebajikan dan kebaikan lainnya[3]
v Hak dan kewajiban yang berbeda
Hak dan kewajiban yang berbeda dalam bertetangga, khususnya antara yang seiman dan sesamamuslim dengan yang bukan muslim, yakni berkaitan dengan masalh akidah dan ibadah, antara lain sebagai berikut.
1. Saling mendoakan
2. Menjadi saksi
3. Mengurus jenazah
4. Menikah
5. Saling memberi salam[4]
D. Problematika Hidup Bertetangga
Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup bertetangga berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau di perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam lingkungan masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat homogeny yang umumnya masih diikat oleh hubungan kekeluargaan. Namun dari sekian banyak itu, sekurang-kurangnya dapatt ditemukan lima hal, yang umumnya terjadi dalam hidup bertetangga selama ini, terlebih dalam zaman modern seperti yang tengah berlangsung. Kelima hal ini khususnya jika ditinjau dari hal sikap dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebgai berikut.
1. Kehidupan individualistis.
2. Persaingan tidak sehat.
3. Persengketaan.
4. Keamanan.
E. Akhlak Kepada Tetangga
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara
fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan
hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah
tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan,
hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial.
Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari
masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat
pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan
agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.[5]
Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga
salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu,
mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup
efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi
sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran,
lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar
tetangga.
Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas
tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih
tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa yang
akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga
itu hams didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.
Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik
seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari
gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas
pembagian zakat.
(c) Memberi salam jika berjumpa.
(d) Menghadiri undangannya.
(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g) berempati kepada tetangga.
Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena manusia tidak dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai dari sisi lahirnya saja. Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi menerangkan:
Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku, maka ia juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia sama juga menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza, Wajalla.
Penutup
kesimpulan
. Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama dalam masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat, keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama. Masalah akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya menjadi masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga mengabaikan akhlak inimaka wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat akhirnya tidak terwujud rasa damai, nya
Saking pentingnya tetangga dalam kedudukan dalam ajaran Islam, Nabi sampai menggambarkan seandainya seseorang berzina kepada satu perempuan tetangganya sungguh itu lebih besar dosanya dibandingkan dengan zina dengan sepuluh wanita yang bukan tetangganya. Juga seorang pencuri yang mencuri di satu rumah tetangganya, itu dianggap dosanya lebih besar dibandingkan dengan mencuri di sepuluh rumah yang bukan tetangganya. Sebagaimana sabda beliau:man, aman yang mereka harapkan bersama.
Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang zina?” para sahabat menjawab: “Haram, sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasulnya, maka sampai hari kiamat tetap haram.” Maka Nabi bersabda: “Sesungguhnya seorang laki-laki berzina kepada sepuluh orang perempuan itu lebih ringan (dosanya) dibandingan berzina dengan satu wanita tetangganya.”. kemudian Nabi bertanya kepada sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang mencuri?” sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya telah mengharamkan perbuatan mencuri, maka haram. Nabi bersabda: “sesungguhnya seorang laki-laki yang mencuri di sepuluh rumah itu lebih ringan (dosanya) dibandingkan dengan mencuri di satu rumah tetangganya.”
Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari unsur tetangga sebagai saudaraterdekat keluarga dan kerabat sendiri. Tetangga sebagai saudara terdekat
mempunyai tempat dan perhatian khusus dalamIslam, sehingga baik buruknya bertetangga merupakan ukuran iman seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrahmengatakan: “
Memelihara hubungan dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman”
Daftar pustaka
Muhsin.2004.bertetangga dan bermasyarakat dalam islam. Jakarta: AL QALAM.
http://id.shvoong.com/humanities/1784216-ahlak-kepada-tetangga/#ixzz1hgSxt0xz
[1] Muhsin.2004.bertetangga dan bermasyarakat dalam islam. Jakarta: AL QALAM. Hlm.5
[2] Ibid. hlm.7
[3]Ibid. hlm.10
[4] Ibid. hlm.13
[5] http://id.shvoong.com/humanities/1784216-ahlak-kepada-tetangga/#ixzz1hgSxt0xz
Umat Islam dalam bermasyarakat telah memiliki tuntunan tersendiri, termasuk dalam hidup bertetangga. Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan Islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama dalam masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat, keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama. Masalah akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya menjadi masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga mengabaikan akhlak inimaka wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat akhirnya tidak terwujud rasa damai, nyaman, aman yang mereka harapkan bersama.
Dalam beberapa hadist Nabi sering diutarakan bahwa akhlak merupakan ukuran keimananan seseorang. Tetapi dalam setiap sesi majlis taklim-majlis taklim yang sementara penulis temui sering disampaikan bahwa seakan yang berkaitan dengan iman hanyalah masalah keyakinan (theologi), tanpa pembahasan lebih lanjut tentang masalah konsekwensi orang yang beriman, atau aspek perilaku seorang mukmin (jawarih). Kalau pembahasan iman ditinjau dari konsekwensi perilaku, maka ukuran keimanan seorang terletak pada tingkat kehadirannya: apakah membawa keamanan bagi tetangganya, atau malah kehadirannya meresahkan bagi tetangganya. Itulah ukuran keimanan seseorang
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konserpsi dan prinsip-prinsip yang dapat memberikan solusi yang konkret dalmam memecahkan problem hidup betetangga ini. Konsepsi dan prinsip-prinsip Islam tertuang dalam ajaran akhlaknya. Akhlak merupakan institusi yang dapat digunakan mendorong manusia bagaimana berbuat baik kepada Khaliq (Allah) dan makhluk (sesame manusia). Dalam hubungan ini termasuk pula bagaimana berbuat baik kepada tetangga.
Oleh sebab itulah akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya. Masalah akhlak bertetangga bagi seorang muslim sudah seharusnya menjadi tuntunan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosisal.
B. Identifikasi Masalah
Melihat semua hal yang melatar belakangi akhlak bertetangga, kami menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
v Kurangya perhatian dari masyarakat islam kebanyakan pada akhlak betetangga. Sehingga kurangya pengetahuan masyarakat tentang akhlak bertetangga.
C. Perumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana ahklak bertetangga yang baik dalam islam serta hak dan kewjiban bertetangga?”
Pembahasan
A. Kategori tetangga
Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan tetangga jauh. Adapun yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada yang mengaitkannya dengan tempat hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan muslim dan bukan muslim. Yang dikaitkan dengan tempat, artinya tentang di mana keberadaan tetangga itu. Keberadaanya bisa di dekat rumah, satu rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kompleks dan kampung. Namun yang dekat rumah pun jika harus memilih kepada tetangga mana yang harus di dahulukan, lalu dikaitkandengan hub kekeluargaan artinya tetangga yang dekat itu adalah saudara atau keluarga sendiri. Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga. Sebab, bisa terjadi dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan keluaraga atau besan dan ada pula orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat adalah yang ada hubungan keluarga daripada orang lain.[1]
Adapun yang dikaitkan dengan orang muslim dan bukan muslim, artinya, yang dimaksud dengan tetangga yang dekat adalahb sesame muslim. Sedangkan tetangga jauh adalah orang- orang yang bukan (non) muslim. Sebab bisa saja terjadi, dalam satu lingkungan tetangga ada yang seagama, sama-sama muslim dan berlainan agama.
B.Kedudukan tetangga
Tetangga dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang mulia sebagaimana halnya tamu yang datang ke rumah. Rosulullah saw.bersabda,
“siapa yang percaya kepada hari kemudian, maka jangan mengganggu tetangganya, dan siapa yang percaya kepada Alloh dan hari kemudian, maka harus menghormati tamunya….” (HR Bukhori dan Muslim)
Kemuliaan tetangga yang disebutkan dalam sabda Rasulallah saw. ini adalah, mereka tidak boleh di ganggu, dan berbuat baik kepada mereka sama seperti halnya menghormati tamu. Semuanya itu menjadi ukuran keimanan seseorang. Beberapa kemuliaan tetangga antara lain sebagai berikut.[2]
v Sebagai saudara dan keluarga
Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apa lagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itulah, sebagai sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat hubungan persaudaraannya.
v Sebagai mitra usaha
Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dan pekerjaan sebagai upaya meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka selalu melakukan kerja sama dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan.
C. Hak dan Kewajiban Bertetangga
Tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar rumah kita, tentunya adalah orang, yang disamping punya kedekatan phisik juga punya kedekatan secara psikhis. Seorang muslim yang benar-benar sadar dan berada di bawah bimbingan agamanya serta senantiasa berpegang teguh pada talinya, dia akan selalu berbuat baik dan memberikan perhatian kepada tetangganya.
Allah SWT secara tegas telah memerintahkan supaya kita berbuat baik kepada tetangga, seperti yang telah difirmankan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 36 : "Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian.........”
v Hak dan kewajiban yang sama
Hak dan kewajiban yang sama dalam bertetangga ada beberapa hal yang terutama yang selama ini sudah berjalan, antara lain sebagai berikut.
1. Saling menjaga kehormatan diri dan keluarganya
2. Saling menjaga rasa aman dari gangguan apapun
3. Saling melibatkan dalam musyawarah
4. Saling membantu dalam berbagai kebajikan dan kebaikan lainnya[3]
v Hak dan kewajiban yang berbeda
Hak dan kewajiban yang berbeda dalam bertetangga, khususnya antara yang seiman dan sesamamuslim dengan yang bukan muslim, yakni berkaitan dengan masalh akidah dan ibadah, antara lain sebagai berikut.
1. Saling mendoakan
2. Menjadi saksi
3. Mengurus jenazah
4. Menikah
5. Saling memberi salam[4]
D. Problematika Hidup Bertetangga
Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup bertetangga berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau di perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam lingkungan masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat homogeny yang umumnya masih diikat oleh hubungan kekeluargaan. Namun dari sekian banyak itu, sekurang-kurangnya dapatt ditemukan lima hal, yang umumnya terjadi dalam hidup bertetangga selama ini, terlebih dalam zaman modern seperti yang tengah berlangsung. Kelima hal ini khususnya jika ditinjau dari hal sikap dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebgai berikut.
1. Kehidupan individualistis.
2. Persaingan tidak sehat.
3. Persengketaan.
4. Keamanan.
E. Akhlak Kepada Tetangga
Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara
fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan
hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah
tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan,
hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial.
Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari
masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat
pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan
agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.[5]
Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga
salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu,
mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup
efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi
sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran,
lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar
tetangga.
Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas
tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih
tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa yang
akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga
itu hams didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.
Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik
seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari
gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas
pembagian zakat.
(c) Memberi salam jika berjumpa.
(d) Menghadiri undangannya.
(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g) berempati kepada tetangga.
Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena manusia tidak dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai dari sisi lahirnya saja. Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi menerangkan:
Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku, maka ia juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia sama juga menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza, Wajalla.
Penutup
kesimpulan
. Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama dalam masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat, keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama. Masalah akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya menjadi masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga mengabaikan akhlak inimaka wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat akhirnya tidak terwujud rasa damai, nya
Saking pentingnya tetangga dalam kedudukan dalam ajaran Islam, Nabi sampai menggambarkan seandainya seseorang berzina kepada satu perempuan tetangganya sungguh itu lebih besar dosanya dibandingkan dengan zina dengan sepuluh wanita yang bukan tetangganya. Juga seorang pencuri yang mencuri di satu rumah tetangganya, itu dianggap dosanya lebih besar dibandingkan dengan mencuri di sepuluh rumah yang bukan tetangganya. Sebagaimana sabda beliau:man, aman yang mereka harapkan bersama.
Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang zina?” para sahabat menjawab: “Haram, sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasulnya, maka sampai hari kiamat tetap haram.” Maka Nabi bersabda: “Sesungguhnya seorang laki-laki berzina kepada sepuluh orang perempuan itu lebih ringan (dosanya) dibandingan berzina dengan satu wanita tetangganya.”. kemudian Nabi bertanya kepada sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang mencuri?” sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya telah mengharamkan perbuatan mencuri, maka haram. Nabi bersabda: “sesungguhnya seorang laki-laki yang mencuri di sepuluh rumah itu lebih ringan (dosanya) dibandingkan dengan mencuri di satu rumah tetangganya.”
Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari unsur tetangga sebagai saudaraterdekat keluarga dan kerabat sendiri. Tetangga sebagai saudara terdekat
mempunyai tempat dan perhatian khusus dalamIslam, sehingga baik buruknya bertetangga merupakan ukuran iman seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrahmengatakan: “
Memelihara hubungan dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman”
Daftar pustaka
Muhsin.2004.bertetangga dan bermasyarakat dalam islam. Jakarta: AL QALAM.
http://id.shvoong.com/humanities/1784216-ahlak-kepada-tetangga/#ixzz1hgSxt0xz
[1] Muhsin.2004.bertetangga dan bermasyarakat dalam islam. Jakarta: AL QALAM. Hlm.5
[2] Ibid. hlm.7
[3]Ibid. hlm.10
[4] Ibid. hlm.13
[5] http://id.shvoong.com/humanities/1784216-ahlak-kepada-tetangga/#ixzz1hgSxt0xz
Comments