Psikologi : GEJALA – GEJALA PERASAAN

BAB I

PEMBAHASAN

A. Perasaan Dan Emosi

Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya orang merasa sedih, senang, -terharu dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan sebagainya. Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang hanya corak dan tingkatannya yang tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal walaupun perasaan sering berhubungan dengan gejala pengenalan.

Lalu apa yang dimaksud dengan perasaan itu ? Perasaan ialah keadaan kerokhanian atau peristiwa kejiwaan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif. Dengan perkataan lain perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada individu yang bersangkutan.

Reaksi dari masing-masing orang terhadap keadaan itu tidak sama benar satu dengan yang lain. Karena itu dalam perasaan adanya beberapa sifat yang tertentu yaitu:

1. Bersangkut paut dengan gejala pengenalan. Perasaan yang berhubungan dengan peristiwa persepsi, merupakan reaksi kejiwaan terhadap stimulus yang mengenainya. Ada yang mengalami keadaan sangat menyenangkan, tetapi sebaliknya juga ada yang biasa saja, dan bahkan mungkin ada yang mengalami perasaan yang kurang senang. Dengan demikian, sekalipun stimulusnya sama, tetapi perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus tersebut dapat berlain-lainan.

2. Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif bila dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan yang lain. Sekalipun stimulusnya sama, perasaan yang ditimbulkan dapat bermacam-macam sifatnya sesuai dengan keadaan masing-masing individu.

3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang yang tingkatannya tidak sama. Walaupun demikian ada sementara ahli yang mengemukakan bahwa perasaan senang dan tidak senang hanyalah merupakan salah satu demensi saja dari perasaan.



Seperti telah dikemukakan di atas perasaan itu timbul sebagai akibat atau reaksi terhadap stimulus yang mengenai individu, tetapi ini tidak berarti bahwa keadaan perasaan itu semata-mata hanya bergantung kepada stimulus dari luar, sebab ada kalanya sesuatu keadaan tidak menimbulkan perasaan sama sekali. Karena itu perasaan selain tergantung kepada stimulus yang datang dari luar, juga bergantung kepada:

a. keadaan jasmani individu. Kalau keadaan jasmani kurang sehat dapat mempengaruhi soal perasaan yang ada pada individu. Pada umumnya orang yang dalam keadaan sakit, sifatnya lebih perasa bila dibandingkan dengan keadaan jasmani yang sehat.

b. Pembawaan (keadaan dasar individu). Hal ini erat hubungannya dengan struktur pribadi individu. Misalnya ada orang yang mudah marah, sebaliknya ada orang yang sukar. Sehingga dengan demikian struktur pribadi individu akan turut menentukan mudah tidaknya seseorang mengalami sesuatu perasaan.

c. Keadaan individu pada sesuatu waktu, atau keadaan yang temporer seseorang. Misalnya orang yang pada suatu waktu sedang kalut pikirannya, akan mudah sekali terkena perasaan bila dibandingkan individu itu dalam keadaan normal.

B. Tiga Demensi Perasaan Menurut Wundt

Seperti telah diketahui bahwa perasaan itu dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang. Namun demikian ada yang memandang bahwa soal senang atau tidak senang bukannya satu-satunya demensi dari perasaan. Menurut W. Wundt perasaan tidak hanya dapat dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang, tetapi masih dapat dilihat dari demensi lain. Perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dinyatakan oleh Wundt sebagai demensi yang pertama. Disamping itu masih terdapat demensi lain yaitu excited atau innert feeling; hal ini oleh Wundt digunakan sebagai demensi yang kedua. Sesuatu perasaan yang dialami oleh individu itu dapat disertai tingkah laku perbuatan yang menampak, misalnya orang menari-nari karena gembira sekali sehabis menerima uang banyak atau lulus ujian, tetapi ada pula sekali pun ia menerima uang banyak atau lulus ujian dan mengalami sesuatu perasaan, tetapi ia tetap tenang saja tanpa adanya perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang menampak seperti pada orang yang pertama. Demensi lain yang digunakan sebagai demensi yang ketiga yaitu expectancy dan release feeling. Sesuatu perasaan dapat dialami oleh individu sebagai sesuatu yang masih dalam pengharapan, tetapi ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah release. (Woodworth & Marquis, 1957).

Dengan demikian dapat diketahui bagaimana pendapat dari Wundt mengenai perasaan. Menurut Woodworth dan Marquis apa yang diajukan Wundt itu memang berharga, tetapi tidak adanya suatu alasan mengapa hanya tiga demensi saja, tidak lebih dan tidak kurang. Sehubungan soal waktu dan perasaan, stern juga membedakan perasaan dalam tiga golongan yaitu:

1) Perasaan-perasaan presens, yaitu yang bersangkutan dengan keadaan-keadaan sekarang yang dihadapi. Hal ini berhubungan dengan situasi yang aktual.

2) Perasaan-perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan ke depan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.

3) Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan waktu-waktu yang telah lalu, atau melihat kebelakang yang telah terjadi. Misalnya orang merasa sedih, karena teringat pada waktu jaman ke-emasannya beberapa tahun yang lampau.(Bigot dkk., 1950).

C. Perasaan dan gejala kejasmanian

Perasaan juga berkaitan erat dengan keadaan tubuh atau gejala jasmani seperti misalnya kala ada orang bercakap-cakap umumnya disertai dengan gerakan mimik muka, gerakan tangan dan gerakan lain untuk memperjelas apa yang dikatakan. Contoh lain gerakan orang yang sedang memeberikan penghormatan akan berbeda dengan geraklan orang yang sedang marah.

Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara keadaan tubuh dengan perasaan. Keadaan tubuh akan mempengaruhi perasaan namun perasaan akan mempengaruhi gerakan tubuh. Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud :

a. mimik muka

b. pantomimik ; gerakan-gerakan anggota badan

c. Gejala pada tubuh seperti denyut nadi, wajah yang berubah menjadi pucat



D. Macam-Macam Perasaan

Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah. Keadaan ini menunjukan adanya suatu klasifikasi dari perasaan.

Max Scheler mengajukan pendapat bahwa ada 4 macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:

1) Perasaan tingkat sensoris

Perasaan ini merupakan perasaan yang berdasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misalnya rasa sakit, panas, dingin.

2) Perasaan kehidupan vital

Perasaan ini bergantung kepada jasmani seluruhnya, misalnya rasa segar, lelah dan sebagainya.

3) Perasaan kejiwaan

Perasaan ini merupakan perasaan seperti rasa gembira, susah, takut.

4) Perasaan kepribadian

Perasaan ini merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas.



Disamping itu Kohnstamm memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:

1) Perasaan keindraan

Perasaan ini adalah perasaan yang berhubungan dengan alat-alat indera, misalnya perasaan yang berhubungan dengan pencecapan, umpamanya asam, asin, pahit, manis; yang berhubungan dengan bau dan sebagainya. Juga termasuk dalam hal ini perasaan-perasaan lapar, haus, sakit, lelah dan sebagainya.

2) perasaan kejiwaan

Dalam golongan ini perasaan masih dibedakan lagi atas:

a. Perasaan Intelektual

Perasaan ini merupakan jenis perasaan yang timbul atau menyertai perasaan intelektual, yaitu perasaan yang timbul bila orang dapat memecahkan suatu soal, atau mendapatkan hal-hal yang baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya.Perasaan ini juga dapat merupakan suatu pendorong atau dapat memotivikasi individu dalam berbuat; dan perasaan ini juga dapat merupakan motivasi dalam lapangan ilmu. Orang akan merasa senang dan puas bila dapat mendapatkan suatu pendapat atau teori yang baru dalam lapangan ilmu. Anak juga akan merasa senang dan puas, misalnya bila ia dapat memecahkan soal hitungan yang menurut ukurannya merupakan suatu soal yang cukup berat. Perasaan yang timbul ini adalah yang berhubungan dengan segi intelektualnya.

b. Perasaan Kesusilaan

Perasaan ini timbul kalau orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma kesusilaan. Hal-hal yang baik akan menimbulkan perasaan yang positif, sedangkan hal-hal yang buruk akan menimbulkan perasaan yang negatif. Jadi orang akan mengalami perasaan yang positif kalau ia berbuat baik, demikian sebaliknya ia akan mengalami perasaan yang negatif kalau berbuat jelek.

c. Perasaan Keindahan

Perasaan ini timbul kalau orang mengamati sesuatu yang indah atau jelek. Yang indah menimbulkan perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan negatif.

d. Perasaan Kemasyarakatan

Perasaan ini timbul dengan hubungan dengan orang lain. Kalau orang mengikuti keadaan orang lain, adanya perasaan yang menyertainya. Perasaan dapat bermacam-macam coraknya, misalnya benci atau antipati, senang atau simpati. Perasaan senang adalah merupakan perasaan yang positif, kebencian merupakan perasaan yang negatif. Perasaan kebangsaan merupakan perasaan kemasyarakatan juga.

e. Perasaan Harga Diri

Perasaan ini merupakan perasaan yang menyertai harga diri seseorang. Perasaan ini dapat positif, yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat kepada perasaan harga diri lebih. Tetapi perasaan ini juga dapat bersifat negatif yaitu bila orang mendapatkan kekecewaan. Ini dapat menimbulkan rasa harga diri kurang. Perasaan harga diri lebih jauh dikupas oleh Alfred Adler, sebagai seorang tokoh dalam psikologi individual.

f. Perasaan Ke Tuhanan.

Perasaan ini menyertai kepercayaan kepada Tuhan yang mempunyai sifat-sifat yang serba sempurna. Perasaan percaya ini akan membawa seseorang untuk berbuat baik, berbuat soleh. Perasaan ke Tuhanan merupakan perasaan yang tertinggi atau terdalam. Perbuatan manusia yang luhur dan suci adalah berpusat pada perasaan ke Tuhanan ini. Dalam dan tingginya perasaan ke Tuhanan tidak bergantung kepada kepandaian atau kecakapan seseorang. Dengan perasaan ke Tuhanan segala sesuatu akan tertuju kepada-Nya.



E. Affek dan Steming (suasana hati)

Affek merupakan peristiwa psikis yang dapat diartikan sebagai rasa ketegangan yang hebat dan kuat yang timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya pribadi yang dihinggapi affek tadi tidak mengenal atau tidak menyadari lagi sesuatu yang diperbuatnya, misalnya : ketakutan, kemurkaan, kemuakan, ledakan dendam kesumat, cinta birahi dan sebagainya

Sedangkan stemming adalah suasana hati yang berlangsung agak lama, lebih tenang, lebih berkesinambungan dan ditandai dengan perasaan senang atau tidak senang dan diterima sebagai keadaan sadar.



KESIMPULAN



Perasaan ialah keadaan kerokhanian atau peristiwa kejiwaan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif. Sekalipun stimulusnya sama, perasaan yang ditimbulkan dapat bermacam-macam sifatnya sesuai dengan keadaan masing-masing individu. perasaan itu timbul sebagai akibat atau reaksi terhadap stimulus yang mengenai individu, tetapi ini tidak berarti bahwa keadaan perasaan itu semata-mata hanya bergantung kepada stimulus dari luar, sebab ada kalanya sesuatu keadaan tidak menimbulkan perasaan sama sekali. perasaan dan gejala kejasmanian, ada hubungan timbal balik antara keadaan tubuh dengan perasaan. Keadaan tubuh akan mempengaruhi perasaan namun perasaan akan mempengaruhi gerakan tubuh. Dan dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya perasaan yang tinggi dan perasaan yang rendah.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Sejarah logika di indonesia