Jika Para Pahlawan Melihat Indonesia Hari Ini


Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa para pahlawannya.


"Right or Wrong, this is my country. lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu lah kita wajib memperbaikinya"
(Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso)

"Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama"

(Pesan Pahlawan Nasioanl Teuku Nyak Arif yang Disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arif menjadi Wakil Ketua DPR Seluruh Sumatra)


"Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi"

(Pesan Pahlawan Nasional Supriyadi, Disampaikan pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota Peta untuk melakukan pemberontakan melawan pemerintah Jepang)



Seandainya para pahlawan mau bersuara, pasti mereka akan berkata : Tuan Presiden, Tahukah tuan bahwa dilapangan golf hijau dengan karpet merah di kakimu, baju bersih yang wangi itu dan senyum sumringah anak, isteri serta orang disekelilingmu itu mungkin dulunya adalah hutan tempat kami berperang, mungkin di tempat kau duduk itu dulunya ada satu atau dua kawan kami yang gugur dengan tubuh berlumur darah,. lapangan itu tak mungkin kau nikmati jika kami para veteran tidak berjuang memerdekakan negeri ini.

Tuan Presiden, kami tak meminta balas jasa, tak meminta puja-puji, tak minta penghargaan, tak minta gedung mewah seperti para anggota DPR itu, kami tak minta mobil mewah seperti yang diminta para menteri, kami tak meminta fasilitas atau kemudahan apapun seperti yang dituntut para cukong, kami juga tak minta hiburan dan jalan-jalan di tempat perbelanjaan dengan artis cantik seperti yang dinikmati anakmu, atau makan mewah di istana dikelilingi isteri para menteri yang tentunya berlumur minyak wangi dengan gemirincing dan kilau gelang serta kalung emas. kami juga tak minta pesta megah seperti yang kau hadiri di pesta ibu Ayin si ratu suap yang melindungi koruptor BLBI.

Kami tak meminta itu semua, kami hanya ingin kau membiarkan kami menghabiskan sisa umur tidak dalam kelaparan, kami hanya ingin agar tubuh renta ini bisa berbaring di sehelai kasur tipis dirumah kecil kami yang kini telah kau gusur untuk keindahan kota dari republik yang kami merdekakan ini.

Tuan Presiden, semoga permintaan kami tidak berlebihan. dan semoga permintaan kami tidak membuat negara ini tercerai berai. Semoga permintaan kami ini tidak membuat rakyat semakin miskin. Semoga permintaan kami tidak membuat kedaulatan negara terancam. semoga permintaan kami ini tidak membuat bangsa kita kehilangan harga diri.

dan ketika kami wafat kelak, tak perlu kau buang mesiu untuk tembakan salvo, tak perlu kau kuburkan jasad tua kami di taman makam pahlwan atau pemakaman Sandiago Hills. cukup makamkan kami di pemakaman kecil dan sederhana. karena kemegahan, status, dan kemewahan tak penting bagi kami. Tuan Presiden, jika kami wafat nanti, jangan pura-pura menangis. karena air mata itu tak merubah apa-apa. karena anak cucu kami tak butuh air mata. mereka butuh kebijakan agar kemiskinan kami tak terwariskan pada mereka akibat setumpuk peraturan yang anti tujuan perjuangan kami. Sebab jika kemiskinan itu tetap dirasakan setiap hari, maka percayalah tuan presiden, kemiskinan itu akan berbuah pada kemarahan. dan dalam tubuh renta ini kami masih memiliki keyakinanbahwa generasi jauh di bawah kami pasti, pasti ada yang akan berjuang seperti perjuangan kami memerdekakan negeri ini. akan ada anak-anak muda yang rela meninggalkan keluarga, ayah dan ibunya, untuk cita-cita yang sama yang pernah menggelora dalam dada kami, yaitu KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK TANPA PENINDASAN ATAS NAMA APAPUN.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki