Proposal Penelitian : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemalasan Bekerja.
A. Latar belakang masalah
Keluarga merupakan wadah pendidikan
yang sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan anak. Oleh karena itu
pendidikan anak tidak dapat dipisahkan dari keluarganya karena keluarga
merupakan tempat pertama kali anak belajar menyatakan diri sebagai makhluk
dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Keluarga
mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan
perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Selain keluarga, secara khusus
orang tua juga mempunyai peranan sangat berpengaruh dalam perkembangan seorang
anak. Terutama akan kemana seorang anak akan menentukan masa depannya. Mengasuh,
membesarkan dan mendidik merupakan tugas mulia orang tua.
Orang
tua dan guru mempunyai peranan yang besa dalam pembntukan karakter dan sekaligus
kesuksesan seorang anak, karena sekolah merupakan rumah kedua bagi sang anak
dalam bergaul. Sehingga sebagai orang tua dan guru akan sangat bangga jika
mempunyai anak yang sopan, pandai bergaul, cerdas dan sukses.
Pola
asuh orang tua dalam keluarga juga sangat menentukan kepribadian dan kesuksesan
seorang anak. Menurut Chabib Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh
orang tua adalah suatu cara terbaik yang
dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa
tanggung jawab kepada anak.
Apakah jenis pola asuh yang
digunakan oleh orang tua untuk masa depan dari seorang anak agar seorang anak
menjadi mandiri dan menghhilangkan rasa malasnya, terutama rasa malas ketika
menginjak masa dewasa saat mereka dituntut untuk bekerja dan hidup secara
mandiri. Dewasa ini semakin banyaknya jumlah pengagguran yang ditunjang sulitnya
mencari lapangan pekerjaan. Peranan orang tua dalam menentukan jenis pola asuh
menjadi sangat penting untuk menghindarkan seorang anak dari rasa malas bekerja
saat mereka lulus dari SMK atau SMA.
Untuk menghindarkan seorang anak
dari rasa malas, dorongan dan dukungan dari keluarga khususnya pola asuh orang
tua serta lingkungan sekitarnya, agar mencapai kemandirian atas dirinya sendiri
dan menghindarkan seorang anak dari rasa malas. Menurut (Edy Zaqeus: 2008) rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam
keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun,
rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll.
Orang
tua memegang peranan pertama dan utama dalam pendidikan anak dan dalam
menghindarkan mereka dari rasa malas akibat dari pengaruh teman ataupun
lingkungan tempat seorang anak tinggal.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang diatas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh pola asuh perhatian orang
tua terhadap kemalasan bekerja?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemalasan bekerja.
D. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling
yang khususnya dapat dimanfaatkan sebagai kajian bersama mengenai pengaruh pola
asuh orang tua sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi
dunia pendidikan.
2.
Secara praktis
Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan
gambaran realitas bagi orang tua dalm menerapkan pola asuh.
E. Kajian Pustaka
Pengertian
Pola Asuh Orang Tua
Keluarga
merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang anak memperoleh pendidikan dan
mengenal nilai-nilai maupun peraturan-peraturan yang harus diikutinya yang
mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungan yang lebih
luas. Namun dengan adanya perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan dan
kepentingan dari orang tua maka terjadilah cara mendidik anak. Menurut Chabib
Thoha (1996:109) yang mengemukakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat
ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung
jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik
dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan
individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki
sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi
jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pola asuh orang tua adalah cara mengasuh dan metode disiplin orang tua
dalam berhubungan dengan anaknya dengan tujuan membentuk watak, kepribadian,
dan memberikan nilai-nilai bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Dalam memberikan aturan-aturan atau nilai terhadap
anak-anaknya tiap orang tua akan memberikan bentuk pola asuh yang berbeda
berdasarkan latar belakang pengasuhan orang tua sendiri sehingga akan
menghasilkan bermacam-macam pola asuh yang berbeda dari orang tua yang berbeda
pula.
Jenis Pola Asuh Orang tua
Agus
Dariyo (2004:97) membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi empat, yaitu :
a. Pola
Asuh Otoriter (parent oriented)
Ciri-cri
dari pola asuh ini, menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak.
Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus
menurut dan tidak boleh membantah
terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini, anak
seolah-olah mejadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak
percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan tetapi disisi lain,
anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan, misalnya
dengan menggunakan narkoba. Dari segi positifnya, anak yang dididik dalam pola
asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin
yakni mentaati peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan
kedisiplinan di hadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain,
sehingga ketika di belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal
itu tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung memiliki
kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
b. Pola
Asuh Permisif (children centered)
Sifat
pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa
yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala
kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena , tanpa pengawasan orang
tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak
kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan
kebebasan tersebut secara bertanggung jawab , maka anak akan menjadi seorang
yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
c. Pola
Asuh Demokratis
Kedudukan
antara orang tua dan anak sejajar. Suatu
keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak.
Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan
orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua dan anak
tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk
mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini,
anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung
jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat
negatif, anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau
segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua.
d. Pola
Asuh Situasional
Pada
pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tertentu.
Tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
Pola
asuh orang tua menurut Gunarsa (2003: 82-84) terdiri dari pola asuh otoriter,
pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Orang tua yang menerapkan pola asuh
otoriter yaitu pola asuh yang menitikberatkan aturan-aturan dan batasan-batasan
yang mutlak harus ditaati oleh anak. Anak
harus patuh dan tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan
atau pendapatnya sendiri. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi, yang
mengakibatkan anak cenderung untuk memiliki sikap yang acuh, pasif, takut, dan
mudah cemas. Cara otoriter menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak,
inisiatif dan aktivitas-aktivitasnya menjadi “tumpul” secara umum kepribadianya
lemah demikian pula kepercayaan dirinya. Orang tua yang menerapkan pola asuh
demokratis yang ditandai oleh sikap orang tua yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak,
namun kebebasan yang tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian
antara kedua belah pihak, anak dan orang tua. Dengan cara demokratis ini pada
anak tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkahlaku dan
selanjutnya memupuk kepercayaan dirinya.
Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya
untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan
diri dan kalau tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain ia mampu
menunda dan menghargai tuntutan pada lingkungannya.
Kemalasan
kerja
Rasa
malas sejatinya merupakan sejenis
penyakit mental. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan
ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan
umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Rasa malas juga
menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa
yang sesungguhnya dia inginkan.
Menurut
(Edy Zaqeus: 2008) rasa malas diartikan
sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau
sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak
tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu,
mengalihkan diri dari kewajiban,dll.
Pendapat
lain menyebutkan bahwa malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif
yang merugikan. Pasalnya pengaruh malas ini cukup besar terhadap produktivitas.
Karena
malas, seseorang seringkali tidak produktif bahkan mengalami stag. Badan terasa
lesu, semangat dan gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya tidak ada
kekuatan apapun yang membuat Anda bisa bekerja. Kalau dibiarkan saja, penyakit
malas ini akan semakin ‘kronis’.
Pada
era globalisasi, perilaku malas sangat merugikan. Sebab, pada era ini berlaku
nilai siapa yang mampu dan produktif, dialah yang akan berhasil. Tapi tentu
saja, perilaku ini bukanlah kartu mati yang tidak bisa diubah.
Menurut
pakar
psikologi, seseorang berperilaku malas terhadap pekerjaan atau suatu
kegiatan disebabkan karena dia tidak memiliki motivasi yang kuat setiap kali
mengerjakan sesuatu. Seorang yang malas bekerja, motivasinya terhadap pekerjaan
tersebut sangat rendah. Sikapnya terhadap pekerjaan itu cenderung negatif
akibat persepsi yang diberikannya terhadap pekerjaan itu kurang baik. Ini
lantaran sistem nilai yang ada dalam dirinya membuat dia berperilaku malas
untuk melakukan pekerjaan itu. Sementara terhadap pekerjaan lainnya mungkin
tidak begitu.
Jadi,
perilaku malas merupakan hasil dari bentukan yang artinya, perilaku itu bisa
dibentuk kembali menjadi baik atau tidak malas. Pembentukan kembali perilaku
seseorang tadi sebetulnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bisa
pola asuh orang tua, teman, atau orang lain di sekitarnya. So, dalam mengubah
perilaku seseorang, yang paling mendasar adalah mengubah persepsinya. Untuk
itu, perlu mempelajari dan mengambil sistem nilai yang bisa mengubah
persepsinya atau memberikan sistem nilai lain yang baru baginya.
Menurut
Dollard & Miller, psikolog asal AS, perilaku manusia terbentuk karena
faktor ‘kebiasaan’. Jika seseorang terbiasa bersikap rajin dan bersemangat maka
ia akan selalu rajin dan bersemangat, begitu juga sebaliknya. Sehingga jika
Anda tergolong pemalas, jalan untuk merubahnya adalah dengan membiasakan diri
untuk melawan sikap malas. Dollard & Miller menambahkan, ‘teori belajar’
juga cocok untuk merubah sikap malas.
Belajar
disini dijabarkan ‘memberikan stimulus (rangsangan) agar terbentuk respons
sehingga menimbulkan drive atau dorongan untuk berperilaku. Dan kalau berhasil,
Anda akan mendapatkan reward atau imbalan.
Rasa malas jelas sangat merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan
kebiasaan disiplin diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun
seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah
muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian.
Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.
F. Kerangka Teoritik
Dari
beberapa uraian pendapat para ahli di atas mengenai bentuk pola asuh orang tua
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pola asuh yang diterapkan
orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh bebas
(permisif). Dari ketiga bentuk pola asuh orang tua tersebut, ada kecenderungan bahwa
pola asuh demokratis dinilai paling baik dibandingkan bentuk pola suh yang
lain. Meskipun yang digunakan bukan murni dari pola asuh demokratis. Sebab
bagaimanapun juga ada hal yang bersifat situasional seperti yang dikemukakan
oleh Agus Dariyo (2003), bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh anaknya hanya
menggunakan satu pola asuh dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Dengan
demikian, ada kecenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh yang murni diterapkan oleh orang tua tetapi orang
tua dapat menggunakan ketiga bentuk pola asuh tersebut disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. Dalam penelitian ini penulis mengacu
pada tiga bentuk pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan
permisif yang akan mempengaruhi kemalasan seorang anak ketika dia sudah berada
dalam fase bekerja secara mandiri. Perilaku malas merupakan hasil dari bentukan yang artinya,
perilaku itu bisa dibentuk kembali menjadi baik atau tidak malas. Pembentukan
kembali perilaku seseorang tadi sebetulnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya, bisa pola asuh orang tua, teman, atau orang lain di sekitarnya.
Disinilah peran dan jenis dari dari pola asuh orang tua yang digunakan juga
sangat berpengaruh terhadap kemalasan kerja seorang anak.
G.
Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis untuk penelitian ini adalah.
“Ada pengaruh yang signifikan antara jenis
pola asuh orang tua secara demokratis terhadap kemalasan kerja”.
H.
Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian
ini mengarah pada hasil dari pola asuh orang tua secara demokratis terhadap
kemalasan kerja. Penilitian ini bersifat ex post facto yang digunakan untuk mengetahui
gejala-gejala yang terjadi pada diri responden. Sugiyono dalam Riduwan (1999 :
50) mengemukakan bahwa “penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian melihat
kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian
tersebut”.
Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas yang disimbolkan dengan X adalah pola asuh Orang Tua
sedangkan variabel terikat yang disimbolkan dengan Y adalah perilaku kemalasan
kerja. Desain penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kedua
variabel tersebut, dan dapat dituliskan sebagai berikut :
X Y.
X Y.
Untuk memudahkan pemahaman memahami
variabel dalam penelitian ini, maka perlu didefenisikan secara operasional.
a.Orang tua adalah interaksi individu terhadap individu sehingga hasilnya ada dua malas
a.Orang tua adalah interaksi individu terhadap individu sehingga hasilnya ada dua malas
dalam
bekerja atau aktif dalam bekerja.
b.Kemalasan kerja adalah hasil dari tindakan yang dilakukan oleh
individu sebagai akibat
dari
aktualisasi seseorang atau orang tua terhadap suatu situasi dan kondisi
lingkungan.
2. Subyek Penelitian
Dalam
subyek penelitian ini adalah Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan jumlah 38
orang. Kelas G1 semester 3. Dalam Penarikan sampel pada penelitian ini mengacu pada pendapat Arikunto
(1998 : 120) yang mengatakan bahwa jika jumlah subjek kurang dari 100 maka
sebaiknya diambil semuanya, dan jika jumlah subjeknya lebih dari 100, maka
sampel penelitian diambil 10 – 15 % atau 20 – 25.Berdasarkan teori ini maka
saya mengambil keseluruhan populasi sebagai sampel.
3. Instrumen Penelitian
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.Angket
a.Angket
Angket
yaitu pemberian sejumlah pertanyaan
kepada responden (mahasiswa) untuk
mengetahui
pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemalasan kerja dari seorang anak.
b.Observasi
Observasi digunakan untuk mengamati
secara langsung kegiatan-kegiatan pola asuh orang tua sehubungan dengan
pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemalasan kerja seorang anak.
Daftar Pustaka
Suryabrata,Sumadi.1993.Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Saifuddin
Azwar. 1998. Tes Prestasi Fungsi dan
Pengembangan Pengukuran
Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset.
http//www.google.com/jenis pola asuh orang tua
Comments