Review Teori Etnografi

Etnografi berasal dari kata etnos yang boleh didefinisikan sebagai suku bangsa dan graphein yang berarti gambaran. Jadi pengertian dari etnografi adalah gambaran tentang suku-suku bangsa. Menurut J.A. Cliffton, kesatuan social dalam etnografi ditandai oleh:

1. Dibatasi oleh 1 desa atau lebih

2. Bahasa dan loghat

3. Political Administracion

4. Identitas bersama

5. Wilayah geografi

6. Kesatuan ekologi

7. Ilmu penetahuan dan sejarah yang sama

8. Frekuensi interaksi yang tinggi

9. Susunan social mempunyai kecenderungan yang seragam

Sejak lima dekade yang lalu, para antropolog telah memanfaatkan etnografi sebagai wahana untuk menuangkan pengalaman dan kajian mereka. Etnografi menjadi sebuah cara yang dianggap paling tepat untuk menggambarkan realitas masyarakat yang diteliti. Dalam tradisi kajian antropologi klasik, etnografi menjadi “jembatan” antara pemikiran teoritis dan realitas kehidupan sehari-hari tangkapan sang antropolog. Tradisi semacam ini meletakkan etnografi sebagai “realitas ketiga”, yakni realitas tulis yang berada di luar realitas subyektif penulis dan realitas obyektif yang dituliskan.

Namun saat ini, etnografi, sebagai sebuah metode dan tulisan, mulai sering dimanfaatkan oleh kajian budaya (cultural studies), kritik sastra, sastra bandingan, sejarah, dan berbagai disiplin lainnya. Bahkan, etnografi tak lagi menjadi sebuah metode asing di kalangan para pembuat film, terutama mereka yang bergerak di bidang film dokumenter atau mereka yang sekedar ingin menonjolkan corak realisme dalam karya mereka.

Tetapi, pemanfaatan metode dan tulisan etnografi yang semakin meluas itu telah memunculkan kegamangan sangat dalam di kalangan para penganut gaya etnografi klasik, yaitu para antropolog yang berpendapat bahwa etnografi bukan sekedar karya tulisan, tetapi juga yang harus mematuhi kaidah “ilmiah”. Jika plot dan struktur menjadi prinsip baku penulisan sebuah novel, obyektifitas dan pembenaran empiris menjadi tulang punggung yang menentukan apakah sebuah tulisan dapat dikategorikan sebagai “etnografis.”

Maka ketika etnografi dipakai sebagai alat kajian dan representasi hal-hal yang dianggap bersifat “tidak obyektif” dan “tidak empiris” — misalnya bila metode etnografi dipakai untuk mengkaji dan menulis sebuah fiksi atau novel — para etnograf klasik mengatakan bahwa telah terjadi sebuah krisis representasi dalam seluruh bangunan antropologi sebagai ilmu sosial. Antropologi kini telah “disastrakan”

Jenis karangan yang terpenting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisa. Antropologi adalah kerangka etnografi. Isi dari sebuah kerangka etnografi adalah suatu deskripsi mengenai keberdayaan suatu suku bangsa, tetapi dikarenakan diduni ini terdapat suku-suku bangsa yang kecil yang hanya terdiri dari beberapa ratus pendidik tetapi ada juga yang besar yang mungkin terdiri dari jutaan penduduk, maka seorang antropolog yang menulis sebuah etnografi tentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa itu dalam deskripsinya. Hanya suku-suku bangsa yang sangat kecil jumlah penduduknya dapat dideskripsi dalam keseluruhan. Karena kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa yang kecil kini sudah jarang maka para antropolog zaman sekarang biasanya harus membuat deskripsi mengenai suku-suku bangsa besar. Dengan demikian mereka terpaksa harus membatasi deskripsi mereka kepada deskripsi dari suatu suku bangsa di suatu lokasi tertentu.

Seorang ahli antropologi Ameirka R. Noll pernah menyusun suatu daftar prinsip-prinsip yang biasa yang digunakan para ahli antropologi yang untuk menentukan batas-batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi yang nyata dari deskripsi etnografi mereka.
Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa / lebih.
Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa / satu logat bahasa.
Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politikal administratif.
Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik.
Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejarah yang sama.
Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan yang lain merata tinggi.
Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

Seorang ahli antropologi yang mencari suatu kesatuan etnografi untuk menjadi pokok penelitian dan pokok deskripsi etnografi sudah tentu ia juga menghadapi permasalahan yang kompleks yang berbeda-beda mengenai unsur-unsur kebudayaan yang dihadapinya.

Bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu daerah geografi ekologi, atau di suatu wilayah administratif tertentu yang menjadi pokok deskripsi sebuah buku etnografi, biasanya dibagi ke dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata-urut yang sudah baku. Susunan tata-urut itu kita sebut saja “Kerangka Etnografi”.

Walaupun demikian, setiap ahli antropologi mempunyai fokus perhatian tertentu. Misalnya ahli antropologi yang memperhatikan sistem ekonomi sebagai pokok utama dari deskripsinya. Lainnya memfokus kepada kehidupan kekerabatan, kepada sistem pelapisan masyarakat, atau kepada sistem kepemimpinan. Ada lagi ahli antropologi lain yang memfokus kepada sistem religi. Pengarang etnografi dengan suatu fokus perhatian seperti itu biasanya mulai dengan unsur pokoknya itu, dan memandang unsur-unsur tadi. Bisa juga ia mempergunakan cara susunan etnografi yang lain dan mulai dengan unsur-unsur lainnya sebagai pengantar kebudayaan (cultural introduction) terhadap unsur pokoknya yang diuraikan pada akhir karangan etnografinya, yang seolah-olah merupakan klimaks dari deskripsinya.

Meringkas kembali apa yang terutai di atas maka sebuah karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka etnografi akan terdiri dari bab-bab seperti dibawah ini :
Lokasi, lingkungan alam dan demografi
Asal mula dan sejarah suku bangsa
Bahasa
Sistem teknologi
Sistem mata pencaharian
Organisasi sosial
Sistem pengetahuan
Kesenian
Sistem religi

Ø Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi

Dalam menguraikan lokasi / tempat tinggal dan penyebaran suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dijelaskan ciri-ciri geografinya, sifat daerahnya, suku dan curah hujannya, ada baiknya juga kalau penulis etnografi dapat melukiskan ciri-ciri geologi dan geomorfologi dari lokasi dan penyebaran suku bangsanya.

Dari keterangan tersebut perlu untuk para ahli lain yang hendak mempelajari masalah hubungan serta timbal balik antara alam dan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat, suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai jumlah penduduk yang diperinci dalam jumlah wanita dan jumlah pria, dan sedapat mungkin juga menurut tingkat-tingkat umur dengan interval 5 tahun, data mengenai laju kelahiran dan laju kematian serta data mengenai orang yang pindah keluar-masuk desa.

Ø Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa

Sebuah etnografi ada baiknya juga dilengkapi dengan keterangan mengenai asal mula dan sejarah suku bangsa yang menjadi pokok deskripsinya, keterangan mengenai asal mula suku bangsa yang bersangkutan biasanya harus dicari dengan mempergunakan tulisan para ahli prehistori (prasejarah) yang pernah melakukan penggalian dan analisa benda-benda kebudayaan prehistori yang mereka temuka di daerah sekitar lokasi penelitian ahali antropologi tadi untuk mencari keterangan mengenai zaman prehistori suatu suku bangsa maka seorang ahli antropologi cukup membaca laporan-laporan hasil penggalian dan penelitian para ahli prehistori tentang daerah umum yang menjadi tempat tinggal suku bangsa yang bersangkutan.

Ø Bahasa

Bahasa / sistem perlambangan manusia yang lisan maupun yang tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya, dalam sebuah karang etnografi memberi deskripsi tentang ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan tapi dalam karangan etnografi tidak perlu sama dalamnya seperti suatu deskripsi khusus yang dilakukan oleh seorang ahli bahasa tentang bahasa yang bersangkutan.

Ø Sistem Teknologi

Dikatakan sistem teknologi / cara-cara memproduksi, memakai dan memelihara segala peralatan hidup dari suku bangsa dalam karangan etnografi, cukup membatasinya terhadap teknologi yang tradisional yaitu teknologi dari peralatan kehidupannya yang tidak hanya secara terbatas dipengaruhi oleh teknologi yang berasal dari barat. Dalam buku-buku etnografi dari zaman sesudah kira-kira 1930, terutama yang ditulis oleh para ahli antropologi Inggris / Amerika, tampak bahwa hal yang mengenai sistem teknologi menjadi kurang penting, perhatian para ahli antropologi terhadap unsur kebudayaan fisik berkurang dan banyak buku etnografi tulisan para ahli antropologi Inggris dan Amerika, keterangan mengenai sistem teknologi dan kebudayaan fisik dalam buku itu hanya diuraikan dalam bab lain tentang unsur-unsur kebudayaan yang lain.

Ø Sistem mata pencaharian

Perhatian pada ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencaharian / sistem ekonomi hanya terbatas kepada sistem yang bersifat tradisional saja, terutama dalam rangka perhatian terhadap kebudayaan suatu suku bangsa berbagai sistem tersebut ialah: berburu dan meramu, berternak; bercocok tanam di ladang; menangkap ikan; bercocok tanam menetap dengan irigasi. Dari kelima sistem ini seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sistem produksi lokalnya, termasuk sumber alam, cara mengumpulkan modal, cara penyerahan dan pengaturan tenaga kerja dan teknologi produksi, sistem distribusinya di pasar-pasar yang dekat saja dan proses konsumsinya, tapi sistem distribusi dan pemasaran tidak lagi mendapat perhatian dari seorang ahli antropologi melainkan diserahkan kepada ahli ekonomi.

Ø Organisasi sosial

Unsur-unsur organisasi sosial, di dalam tiap masyarakat, kehidupan masyarakat ada di organisasi / diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan yang mengatur berbagai macam tindak-tanduk, baik untuk diri sendiri, individu dengan individu, individu dengan kelompok atau yang lain sebagainya dalam kesatuan di dalam lingkungan dimana suatu suku bangsa hidup dan bergaul dari hari ke hari.

Dalam deskripsi-deskripsi etnografi mengenai berbagai macam suku bangsa di seluruh dunia para ahli antropologi juga banyak menaruh perhatian terhadap organisasi dan susunan / strata masyarakat komunitas desa dan komunitas kecil. Di dalam hal ini, hal yang telah banyak mendapat perhatian adalah hal tentang pembagian kerja dalam komunitas, berbagai aktifitas kerja sama / gotong-royong dalam komunitas, hubungan dan sikap antara pemimpin dan pengikut dalam komunitas, cara-cara penggantian pemimpin dan juga wewenang kepemimpinan dan kekuasaan pemimpin.

Tidak hanya di dalam masyarakat pedesaan saja, di dalam masyarakat perkotaan di negara-negara yang sedang berkembang, dimana industri masih terbatas dan karena masih mengandung sifat-sifat suatu kota sebelum industri yang kuno, pelapisan masyarakat tradisional itu masih hidup / sedang dikacaukan karena pergeseran akibat pengaruh unsur-unsur baru melalui pendidikan dan ekonomi masa kini.

Ø Sistem Pengetahuan

Dalam suatu etnografi biasanya ada berbagai bahan keterangan mengenai sistem pengetahuan dalam kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan. Bahan itu biasanya yang meliputi pengetahuan mengenai teknologi, dan seringkali juga ada keterangan mengenai pengetahuan yang menyolok yang dianggap aneh oleh para ahli antropologi, seperti pengetahuan mengenai obat-obatan asli dari suku-suku bangsa penduduk Sumatera Barat / pengetahuan dan teknologi suku-suku bangsa penduduk polinesia dan mikronesia tentang pembuatan perahu dan mengenai kepandaian berlayar dengan semua sistem navigasinya. Walau demikian, bahan itu seringkali kurang menjadi objek analisa para ahli antropologi dalam kalangan ilmu antropologi bahan itu hanya merupakan bahan istimewa saja.

Perhatian yang seringkali kurang itu disebabkan karena antara para ahli antropologi di Eropa dulu ada suatu pendirian bahwa dalam kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa tidak ada sistem pengetahuan, walaupun ada, hal itu tidak penting atau terkecualian / suatu keadaan istimewa, malahan pernah suatu masa ketika para ahli antropologi bangsa Eropa mencoba membuktikan dengan menggunakan metode-metode ilmiah bahwa manusia yang hidup dalam masyarakat yang berada diluar lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa tidak mungkin dapat memiliki sistem pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

Sekarang para ahli antropologi sudha sar bahwa pendirian seperti itu tidak sesuai dengan kenyataan, mereka sudah yakin bahwa suatu masyarakat, meskipun kecilpun masyarakat tersebut, tidak mungkin dapat hidup tanpa pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan sifat-sifat dari peralatan yang dipakainya.

Ø Sistem Religi

Sejak lama ketika ilmu antropologi belum ada dan hanya merupakan tulisan kumpulan mengenai adat istiadat, religi telah menjadi suatu hal yang penting dalam buku-buku para pengarangan tulisan-tulisan etnografi mengenai suatu suku bangsa. Sebenarnya ada dua hal yang menyebabkan perhatian itu sangat besar:
Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling lahir.
Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori tentang asal mula religi.

Masalah asal mula dari suatu unsur universal seperti religi, artinya masalah mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi daripada dia, dan mengapa manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tadi telah lama menjadi pusat perhatian para ahli etnografi dan juga dari dunia ilmiah pada umumnya.

Semua aktifitas manusia yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa yang biasanya disebut emosi keagamaan, emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa detik saja, emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi, mengenai apa emosi itu tidak dibahas dalam hal ini intinya adalah emosi keagamaan menyebabkan suatu benda, suatu tindakan / suatu gagasan mendapat suatu nilai keramat dan dianggap keramat.

Ø Kesenian

Perhatian terhadap kesenian / segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan dalam kebudayaan suku-suku bangsa, mula-mula bersifat deskriptif. Para pengarang etnografi masa akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 dalam karangan-karang mereka seringkali memuat suatu deskripsi mengenai benda-benda hasil seni, seni rupa, terutama seni patung, seni ukir / seni hias pada benda alat-alat sehari-hari. Deskripsi-deskripsi itu terutama memperhatikan bentuk, teknik pembuatan, motif perhiasan dan gaya dari benda-benda kesenian tadi. Lapangan lain yang juga sering mendapat tempat dalam sebuah karangan etnografi adalah seni musik, seni tari dan drama.

Apabila seorang ahli antropologi ingin mendeskripsikan tentang kesenian dalam buku etnografinya, maka ia berpedoman kepada suatu kerangka buku mengenai lapangan-lapangan khusus dalam kesenian. Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada 2 pandangan besar yaitu:
Seni rupa / kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata.
Seni suara / kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga.

Suatu lapangan yang meliputi kedua bagian tersebut di atas adalah seni gerak atau seni tari akhirnya ada suatu lapangan kesenian yang meliputi keseluruhannya yaitu seni drama, karena kesenian ini mengandung unsur-unsur dari seni lukis, seni rias, seni musik, seni sastra dan seni tari yang kesemuanya dipadukan menjadi satu kebulatan.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Sejarah logika di indonesia