Anak ngompol ; LAPORAN WAWANCARA ISI, JAWABAN GUIDANCE ORTU


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
            Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti setelah melalui berbagai rintangan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai juru kunci menuju ridha-Mu.
Terselesaikannya laporan ini merupakan hasil kerja keras penulis dengan berkat bantuan dari beberapa pihak yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.      Bapak Prof. Muhammad A’la, M. Ag selaku rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya
2.      Bapak Drs. Aswadi, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas dakwah
3.      Ibu dr. Hj. Nur Asiyah, M. Kes selaku ketua Program studi Psikologi
4.      Ibu Soffy Balgies, M.Psi, Psikolog selaku Dosen Pembimbing dan Dosen pengampu mata kuliah Psikodiagnostik 3 (wawancara)
5.      Bapak M. Sai dan Ibu Mujayana selaku wali murid Moch. Daffa Baihaqi
6.      Kedua orang tua dan adikku yang senantiasa memberikan dorongan baik secara materi, spiritual dan doa
7.      Teman-teman kelas 5/G1 yang telah membantu hingga terselesainya laporan ini








Tiada imbalan yang dapat penulis berikan, kecuali hanya doa semoga Allah SWT memberikan imbalan yang lebih baik kepada pihak yang bersangkutan yang telah memberikan jasanya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Hal ini tidak lain karena keterbatasan kemampuan penulis oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar laporan ini menjadi lebih sempurna. Demikian semoga dapat memberi manfaat.





Surabaya 25 Desember 2012
 

 Interviewer    












DAFTAR ISI LAPORAN

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................... 1
DAFTAR ISI  ......................................................................................... 3
BAB I: PEMBAHASAN
A.    Latar belakang .............................................................................. 4
B.     Teori     ......................................................................................... 5
C.     Laporan wawancara isi, jawaban guidance orang tua................... 9
D.    Analisis kasus................................................................................ 12
BAB II: PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................... 13
B.     Saran untuk orang tua, anak, guru................................................ 14
C.     Daftar Pustaka ............................................................................. 15
D.    Daftar  Lampiran: verbatim (data mentah)................................... 16

















BAB I
PEMBAHASAN
1.      Latar Belakang
Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak.
Namun yang namanya anak pasti mengalami permasalahan yang dapat meresahkan orang tua bahkan perdampak juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Masalah yang dihadapi oleh anak ini masih merupakan hal yang wajar, karena kenakalan anak juga dapat menumbuhkan kreativitas anak dan menambah pengalamannya. Asalkan kenakalan tersebut tidak terlalu berbahaya. Masa-masa anak yang seperti ini harus selalu dalam pengawasan orang tua.  Karena sebagai orang tua yang berperan untuk mendidik dan membesarkan anak mampu membimbing dan dapat mengarahkan kepada perbuatan yang baik. Berikut ini akan diberikan sedikit gambaran tentang permasalahan anak.



2.      TEORI
Masalah anak
Dalam kasus ini, subyek mengalami masalah yaitu masih mengompol atau enuresis. Pada umumnya anak mulai berhenti ngompol sejak usia 2,5 tahun, dimulai dengan berhenti ngompol siang hari, berangsur berhenti di malam hari. Pada usia 5 tahun, sekitar 10-15% anak ngompol paling tidak satu kali dalam seminggu. Usia 6-7 tahun diperkirakan ada 5-10%, dan masih ada yang ngompol hingga usia 15 tahun. Anak laki-laki lebih lama berhenti ngompol daripada anak perempuan. Kebanyakan anak ngompol di malam hari (enuresis nokturnal), hanya sedikit yang siang hari atau siang dan malam.
Enureis terjadi pada 20 % anak berusia 5 sampai 6 tahun dan sekitar 1 % remaja. Enuresis bisa terjadi sebagai efek dari berbagai faktor organis dan psikologis, tetapi faktor psikologis relatif lebih dominan sebagai penyebabnya, terutama pada penderita enuresis remaja. Masih banyak lagi masalah emosional yang bisa menyertai perilaku mengompol yang disebabkan kondisi medis seperti infeksi saluran air seni atau penyakit kencing manis. Diantara anak – anak dan remaja, enuresis ditandai oleh pola dinamika psikologis, antara lain sebagai berikut :
a.       Ekpresi tidak langsung dari kecemasan psikologis oleh berbagai sebab, misalnya tertekan di sekolah karena kurang mampu mengikuti pelajaran.
b.      Suatu upaya mendapatkan perhatian dan pertolongan dari orang tua misalnya dalam persaingan dengan adik atau saudara sekandung lain.
c.       Ekpresi kemarahan yang tidak disadari yang tertuju kepada orang tua, misalnya kemarahan yang tidak berani diungkapkan karena perlakuan orang tua yang tidak adil.

d.      Neurotisme, kecenderungan anak untuk memiliki potensi predisposisi mental yang rentan terhadap tekanan.
e.       Ketidakmatangan biologis dan emosional oleh karena pemanjaan yang eksesif dan perlindungan berlebihan dari keluarga.
Dalam teori psikoanalisa, Freud mengatakan bahwa represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling umum dan kuat. Menurut Freud, impuls yang tidak dapat diterima di dorong keluar dari kesadaran dan kembali ke pikiran yang tidak disadari. Represi merupakan dasar dari semua mekanisme pertahanan bekerja. Tujuan dari mekanisme ini adalah menekan atau mendorong impuls yang mengancam keluar dari kesadaran.
Etiologi / penyebab enuresis yaitu keterlambatan pematangan sistem saraf ini masih pro dan kontra, biasanya berhubungan dengan faktor genetik. Keterlambatan perkembangan oleh kurangnya latihan pola buang air yang baik (toilet training). Hormon antidiuretik (ADH), faktor urodinamik, faktor tidur yang dalam dan faktor psikologis.

f.       Faktor Penyebab Permasalahan Anak
Terdapat beberapa faktor penyebab permasalahan pada anak, menurut hasil wawancara dengan orang tua subyek, beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah keturunan atau genetik. Hal ini juga diperkuat dengan pengakuan kedua kakak kandungnya yang dahulu waktu kecil juga masih sering mengompol. Dan juga faktor Ketidakmatangan biologis dan emosional oleh karena pemanjaan yang eksesif dan perlindungan berlebihan dari keluarga. Hal ini juga dikuatkan oleh pengakuan orang tua pada saat wawancara.





g.      Teknik Penanganan Masalah
Pada dasarnya, tidak ada satu pun teknik yang efektif untuk menangani permasalahan anak yang berbeda-beda. Penggunaan suatu teknik akan bergantung kepada karakteristik anak, jenis permasalahannya. Terapi ngompol memerlukan kerjasama, motivasi kuat, dan waktu yang tidak sebentar. Respon awal dinilai selama minimal dua minggu.
  • Dengan meningkatkan motivasi anak Buatlah kartu dry bed chart dengan stiker untuk memotivasi anak menghentikan kebiasaan mengompolnya. Misalnya, 1 hari tidak ngompol beri stiker dan bila 3 hari berturut-turut beri bonus stiker yang lebih menarik. Bila lebih dari 90% chart tersebut bersih dari ngompol maka respon komplet. Respon baru sebagian bila hanya 50-90% dan dikatakan tidak respon bila kurang dari 50%. Respon komplit dinyatakan setelah enam bulan atau lebih. Minum dan berkemih teratur. Anak usia sekolah sering menunda makan dan minum sampai sekolah usai, terutama perempuan. Akibatnya, anak tidak berkemih dari pagi hingga siang. Bila kandung kemih tidak dikosongkan dalam waktu 8 jam pada siang hari, risiko ngompol akan meningkat pada malam harinya. Cukup banyak kasus sembuh atau membaik hanya dengan pola minum teratur dan berkemih berkala di siang hari.
  • lifting dan night awakening. Lifting adalah prosedur mengangkat anak ke toilet untuk berkemih pada malam hari tanpa membangunkan anak secara penuh, sedangkan night awakening memerlukan upaya membangunkan. Cara kedua lebih bermanfaat. Cara ini akan mengurangi frekuensi mengompol.
  • Retention control training. Anak minum banyak agar produksi urin meningkat lalu anak diminta menahan kencing dalam periode tertentu dan berangsur-angsur ditingkatkan sekitar 3 menit per periode. Bila anak mampu menahan kencing sampai 45 menit maka latihan dihentikan. Sistem reward and punishment dapat diterapkan tetapi tak boleh berlebihan. Bila terapi ini disertai alarm enuresis, hasilnya akan lebih baik.
  • Dry bed training. Latihan ini meliputi paket menggunakan alarm membangunkan anak, pelatihan bangun berkala, membenahi tempat tidur dan pakaian basah serta memasang alarm kembali. Jadwal bangun berkala dilakukan dengan menyetel alarm tiap satu jam, disuruh berkemih, lalu memberi minuman dan tidur. Malam berikutnya alarm disetel tiap tiga jam. Setiap hari jadwal bangun diperpanjang 30 menit atau diperpendek bila anak mengompol sebelum periode 3 jam. Tak lupa motivasi anak untuk melakukan pelatihan ini dan tambahlah asupan air minum. Konon, keberhasilannya 80% tetapi metode ini cukup rumit dan memakan waktu banyak.
  • Hipnoterapi. Anak disugesti untuk bangun bila ingin berkemih, tempat tidurnya akan kering dipagi harinya, dan kandung kemihnya akan mampu menahan kencing. Keberhasilan 60-70%
  • Akupunktur. Beberapa penelitian terutama dari negeri Cina menyarankan akupunktur dengan keberhasilan sampai 73% dengan 10-40 sesi.

h.        Tips stop mengompol
1.    Pastikan anak didiagnosis enuresis nokturnal
2.    Motivasi si anak untuk mengikuti terapi
3.    Konsisten pada terapi karena memakan waktu cukup panjang, kepatuhan, dan kontrol teratur
4.    Sesuaikan metode dengan kondisi anak. Alternatif pertama disarankan metode alarm atau obat.
5.    Beberapa kombinasi terapi dapat dilakukan bila satu terapi tidak memadai
6.    Bila terapi kurang berhasil dan anak mulai putus asa, beri waktu sekitar 3-6 bulan sebelum memulai lagi
7.    Bila belum berhasil juga, lakukan pemeriksaan saluran kemih lebih lanjut
8.    Jangan menyerah



3.      LAPORAN WAWANCARA ISI, JAWABAN GUIDANCE ORTU
Pedoman Wawancara Siswa Tk An-Nur
Nama siswa                 : moch. Daffa Baihaqi
Nama orang tua           -     ayah : M. Sai
-          Ibu    : Mujayana
Alamat                        :  Wonocolo gg. Moden 27 c
Telepon                       : 03177040655
Pekerjaan orang tua     -    ayah : sopir / swasta          
-          Ibu  : rumah tangga
Penghasilan dan pendidikan   -     ayah: UMR                                                           
-           Ibu  : -
TTL orang tua             -    ayah : Surabaya, 12 Desember 1965                                
-          Ibu  : Sidoarjo, 1 maret 1968
Bahasa sehari-hari       :    Bahasa jawa
Data anak
Anak no/dr                  : Anak ketiga dari tiga bersaudara
TTL anak                     : Surabaya, 13 april 2007
Pendidikan                 : TK. An Nur,


Masalah anak
a.       Deskripsi permasalahan : masih mengompol
b.      Onset pertama kali : sejak balita
c.       Trekuensi/intensitas/durasi : waktu tidur malam hari, sering
d.      Penyebab : genetik / keturunan , terlalu dimanja orang tua karena anak terakhir.
e.       Akibat : menjadi agak pemalas dan banyak menggantungkan orang tua dalam melakukan sesuatu karena terlalu dimanja.
Sikap orang tua pada masalah anak
a.       Pendapat orang tua pada masalah anak : wajar, tidak terlalu khawatir karena merupakan sifat bawaan atau genetik.
b.      Perhatian orang tua pada masalah anak : ingin tidak ngompol lagi
c.       Kesulitan orang tua menghadapi masalah anak : kadang – kadang jika tidak dituruti kemauannya bisa menangis tetapi tidak terlalu berlebihan.
d.      Upaya yang sudah dilakukan (treatmen apa, bagaimana, oleh siapa)  : ibu melakukan teori toilet klinik dan alarm bed.
e.       Hasil : subyek cukup jarang mengompol dan intensitasnya berkurang dari setiap hari menjadi kadang – kadang 4 hari sekali.








Situasi di rumah
a.       Komposisi keluarga : ayah, ibu, kakak perempuan, kakak laki – laki dan subyek.
b.      Suasana dirumah : tenang, sunyi, sempit, tidak panas, karena kurangnya pencahayaan dari sinar matahari yang masuk ke rumah.
c.       Orang signifikan di rumah : ibu
d.      Penetapan aturan di rumah : ayah dan ibu menentukan kapan jam tidur siang, mengaji, dan main.
e.       Pola pengasuh : memberikan kebebasan pada anak, namun tetap harus menjalankan aturan yang dibuat oleh orang tua.
f.       Kondisi lingkungan rumah yang kondusif  : siang hari karena sunyi, dan waktu istirahat siang.
g.      Kondisi lingkungan rumah yang negative : waktu dan  malam, karena sekitar rumah banyak anak-anak yang main dan menjadi ramai.
Relasi orang tua dengan pasangan : baik-baik saja (harmonis), dan setiap hari bertemu.
Kesulitan orang tua mengasuh anak : jika orang tua sedang menasehati si anak, perilakunya tetap tidak berubah, hanya berubah beberapa saat saja, dan yang menjadi kendalanya orang tua sering tidak tegah jika tidak menuruti kemauan anak.karena anak terakhir jadi lebih memanjakannya.








4.      ANALISIS KASUS
Pada kasus diatas yang dialami oleh Daffa adalah masih mengompol. Dan sikap kedua orang tua yang terlalu memanjakannya karena subyek merupakan anak terakhir. Intensitasnya pun cukup sering yaitu setiap malam hari waktu tidur. Penyebabnya adalah keturunan atau genetik yang kedua kakak kandungnya pun mengalami hal yang sama waktu masih kecil.
Setelah diberi treatment toilet klinik dan alarm bed hasilnya cukup memuaskan, intensitas enuresisnya berkurang menjadi 4 hari sekali kadang – kadang. Awalnya memang tak mudah untuk melakukan treatment setelah agak dipaksa akhirnya kini subyek terbiasa melakukan treatment itu dan dibantu oleh ibunya. Dan harapannya pun segra hilang masalah enurosisnya.

















BAB II
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Setiap permasalahan tentu memiliki solusi. Demikian pula permasalahan yang dihadapi anak, hal tersebut merupakan suatu cara bagi orang tua dan guru untuk belajar memberikan solusi yang terbaik bagi proses tumbuh kembang anak. Masalah enurosis yang dialami subyek yang penyebabnya adalah keturunan atau genetik sekarang sudah menemukan solusi dengan cara treatment teori toilet klinik dan alarm bed daan hasil yang diperoleh pun cukup memuaskan. Intensitasnya berkurang dari setiap malam hari menjadi 4 hari sekali. Awalnya orang tua menganggap wajar dengan permasalahan subyek tetapi setelah ada treatment dan menarik untuk diterapkan akhirnya mencoba walaupun subyek agak susah untuk dibangunkan tengah malam untuk melakukan teori alarm bed. Tetapi setelah merasakan hasilnya orang tua dan subyek pun senang dengan perubahan sikap dan menurunnya intensitas enurosisnya. Semoga paparan dalam laporan interview  ini memberikan manfaat bagi banyak pihak.












2.      SARAN UNTUK ORANG TUA, ANAK, GURU
Sebagai orang tua seharusnya tidak selalu menuruti segala permintaan anak yang berlebihan dan tidak terlalu memanjakannya.  Dalam mendidik anak terkadang tidak perlu memanjakan anak. Jadi ada kalanya orang tua bersikap tegas kepada anak agar seolah-olah kita tidak terlalu mendukung perilaku anak. Jika tidak begitu kebiasaan buruk anak ini akan berkelanjutan hingga ia tumbuh dewasa nanti.
Sedangkan untuk si anak sebetulnya ia adalah anak yang penurut kepada orang tua. Sebenarnya anak menginginkan ketegasan dari orang tua dan penasaran untuk mencari alasan kenapa harus menuruti aturan orang tua.
Dan untuk guru Ada 3 cara untuk orang tua dan guru dalam memperlakukan anak-anak bisa mengembangkan motivasi belajar mereka. Cara pertama adalah meningkatkan pengenalan anak terhadap nilai-nilai orang tuanya (ketika nilai-nilai keluarga memberi penghormatan dan mencintai belajar, secara alamiah anak akan tertarik dengan hal itu). Cara kedua membantu mengembangkan sikap dan kebiasaan  mengarahkan diri sendiri. Cara ketiga bahwa anak-anak belajar untuk mencari di dalam diri mereka sendiri apa yang terjadi padanya.








DAFTAR PUSTAKA
Aas saomah, 2004, permasalahan-permasalahan anak upaya penanganannya, Makalah    Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
           
Soffy Balgies,2011, wawancara teori & aplikasi dalam Psikodiagnostik, Surabaya: IAIN Sunan Ampel PRESS.
Hjalmas K. Enuresis in children. Brazilian J Urol 2002; 28(3):232-49
Welch T. Nocturnal enuresis – Nothing to be alarmed about. J Pediatr 2004; 144
Blum N J. Nocturnal enuresis: Behavioral treatments. Urol Clin N Amer 2004; 31: 5-12

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki