dakwah via transmigrasi atau dakwah bil hijrah

Iqomatuddien (menegakkan dien) adalah perintah dari Allah SWT selain kita menyampaikan dakwah (Risalatuddakwah). Kebanyakan umat Islam sekarang ini lebih mementingkan diri sendiri yaitu mereka merasa cukup apabila telah beribadah dan amal sholeh yang berkaitan dengan fardu saja, tetapi mereka tidak berusaha untuk dakwah. Sedangkan mereka yang berdakwah pun tidak sempurna berdakwah, mereka hanya hanya menyebarkan Islam di masjid tetapi tidak berusaha untuk menegakkan dien itu sendiri. Kehadiran dakwah dalam kehidupan mereka sebagai sesuatu yang asing dan aneh.

Disebagian da’i yang berdakwah nampak tidak menunjukkan hasil yang dapat dibanggakan. Masalah ini mungkin juga disebabkan oleh dakwah yang tidak mengikuti bagaimana Nabi SAW berdakwah. Satu-satunya rujukan dan model dakwah agar berkesan dan berjaya adalah dakwah yang mengikuti model Nabi SAW secara minhaj, sedangkan wasail dakwah dan uslub perlu mempertimbangkan keadaan semasa dan tempat dimana dakwah dijalankan.

Dakwah Nabi SAW dalam menegakkan dien (mendaulat syariat) dibagi dalam dua Marhalah (Marhalah Taksis dan Marhalah Tamkin) dan diselingi dengan satu noktah yaitu hijrah. Pendekatan-pendekatan marhalah taksis dapat dijadikan sebagai minhaj dan contoh ketika dakwah Islam belum lagi kuat dan kukuh. Ketika Islam belum tegak dan masih dalam proses pembinaan dan pengembangan maka marhalah taksis ini dapat dijadikan sebagai rujukan. Beberapa minhaj dalam marhalah taksis adalah menyebarkan prinsip Islam dan mengajarkan Islam, membina pribadi Islam dan da’i.

Pada noktah hijrah (titik perpindahan) di zaman nabi ada yang bersifat maknawiyah berarti perpindahan yang bersifat maknawiyah seperti dari jahiliyah kepada Islam, dari kafif berubah kepada istiqomah, dari maksiyat berubah kepada taat, dari haram berubah kepada halal, dari sendiri berubah menjadi berjamaah Islamiyah. Hijrah maknawiyah ini harus dilakukan oleh setiap muslim tanpa terkecuali, karena hijrah maknawiyah adalah suatu ciri perubahan seorang bukan muslim menjadi muslim dan seorang jahiliyah kepada Nurul Islam dan usaha perpindahan ke arah yang lebih baik. Namun demikian hijrah maknawiyah tidak mesti dilakukan oleh setiap muslim, hal ini sangat bergantung kepada keadaan yang berlaku di tempat. Hijrah maknawiyah berarti berpindah secara tempat dengan tujuan, 1; mencari perlindungan sementara, dan 2; untuk menyediakan basis masyarakat dan basis tempat.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses dakwah via transmigrasi atau dakwah bil hijrah?



BAB II

PEMBAHASAN

1. Dakwah Via Transmigrasi (Dakwah bil Hijrah)

Berdakwah, melaksanakan tarbiyah adalah usaha untuk mencari potensi kekuatan bagi jama’ah. Individu yang berpotensi kita kumpulkan atau kita bina sehingga muncul hasil berupa individu yang baik dan dapat menyumbang tenaganya ke dalam jama’ah. Potensi ini sudah dididik dan dibina kemudian disalurkan kepada pos yang sesuai, dengan cara ini potensi ini diarahkan kepada matlamat untuk menegakkan agama. Semua potensi yang dikembangkan ini mesti diikat dengan tarbiyah dan jamaah memberikan arahan kepada pelaksanaan misi dan visi jamaah.

Potensi yang ada diarahkan kepada mencari basis tempat yang boleh melindungi. Pada zaman Nabi, Madinah sebagai alternatif setelah dibandingkan dengan berbagai tempat pada masa itu seperti Habasyah dan sebagainya. Tempat ini tidak lah mesti melalui pindah, karena di zaman sekarang ini yang terpenting adalah bagaimana potensi jamaah ini mendapatkan penerimaan dari umat dan masyarakat Islam sesuai dengan kepakaran, potensi dan ketokohan indivu tersebut. Penerimaan individu jamaah atau orang yang dikendalikan oleh jamaah dari masyarakat ini merupakan suatu bukti atas penerimaan tempat itu kepada Islam.

Pada noktah hijrah (titik perpindahan) di zaman Nabi ada yang bersifat maknawiyah berarti perpindahan yang bersifat maknawiyah seperti dari jahiliyah kepada Islam, dari kafif berubah kepada istiqomah, dari maksiyat berubah kepada taat, dari haram berubah kepada halal, dari sendiri berubah menjadi berjamaah Islamiyah. Hijrah maknawiyah ini harus dilakukan oleh setiap muslim tanpa terkecuali, karena hijrah maknawiyah adalah suatu ciri perubahan seorang bukan muslim menjadi muslim dan seorang jahiliyah kepada Nurul Islam dan usaha perpindahan ke arah yang lebih baik. Namun demikian hijrah maknawiyah tidak mesti dilakukan oleh setiap muslim, hal ini sangat bergantung kepada keadaan yang berlaku di tempat. Hijrah maknawiyah berarti berpindah secara tempat dengan tujuan, 1; mencari perlindungan sementara, dan 2; untuk menyediakan basis masyarakat dan basis tempat.

Merujuk kepada marhalah-marhalah yang dilalui Nabi dalam menegakkan agama terdapat beberapa minhaj yang perlu diikuti sedangkan uslub yang dibawa Nabi dapat dirubah dan disesuaikan dengan keadaan kita. Hijrah maknawiyah mungkin tidak diperlukan oleh sebagian tempat sedangkan marhalah taksis dan tamkin adalah sesuatu yang perlu kita capai. Marhalah taksis lebih kepada persiapan individu dan masyarakat dengan pendekatan tarbiyah kepada ahli dan dakwah kepada masyarakat umum. Pembinaan jamaah dan ukhuwah ditingkatkan agar dapat menjalankan segala aktifitas dakwah secara berkesan. Untuk memperlancar proses persiapan ini maka kita perlu sabar dan mengalah untuk sementara. Kemudian persiapan yang matang sebagai hasil marhalah taksisi ini akan dibawa kepada marhalah tamkin sebagai suatu marhalah yang memposisikan individu tadi kepada masyarakat dan berperanan di dalam menjalankan syariat. Proses hijrah maknawiyah adalah suatu keharusan tetapi hijrah maknawiyah bergantung keperluan. Mungkin suatu tempat menegakkan agama ini melalui pilihan raya atau demokrasi atau cara jihad angkat senjata dan sebagainya. Hijrah lebih kepada uslub Nabi yang pada masa itu sangat ditekan dan banyaknya penyiksaan. Uslub boleh dijalankan atau tidak dijalankan sedangkan minhaj semestinya diikuti. Peranan situasi, keadaan, tempat, peristiwa, kondisi, sikap masyarakat dan sebagainya adalah pertimbangan penting di dalam menjalankan usaha menegakkan dien ini.

Minhaj yang penting ketika akan menegakkan agama adalah ketika masyaraka mengenal kita dan menerima kita sehingga cadangan dan misi visi kita diterima dan kemudian dibelanya. Ketika pembelaan dan penerimaan inilah maka Islam akan dapat tegak, apakah melalui pilihan raya atau yang lainnya. Yang terpenting adalah penerimaan masyarakat ini kita perlu untuk memposisikan diri kita dengan keahlian yang kita miliki dan ketokohan kita.

Hijrah itu sendiri merupakan uslub yang perlu dipertimbangkan sehingga kita dapat menjayakan tegaknya dien. Hijrah atau titik perubahan dan perpindahan ini mempunyai makna makaniyah dan maknawiyah. Melalui proses tarbiyah yang sudah dimulai di masa taksis diharapkan pribadi ini melaksanakan hijrah dari segi maknawiyah yaitu perubahan dari jahiliyah kepada Islam, dari kafir berubah kepada iman, dari syirik berubah kepada tauhid, dari batil berubah kepada hak, dari nifak berubah kepada istikomah, dari maksiyat berubah kepada taat, dari haram berubah kepada halal, dari bersendirian berubah kepada jamaah Islamiyah.

Manakala perpindahan makaniyah sangat bergantung kepada keperluan keadaan dan objektif. Makaniyah berarti berpindah secara tempat dibagi kepada dua yang pertama untuk mencari perlindungan sementara dan untuk menyediakan basis masyarakat dan basis tempat. Pada zaman Nabi terdapat sahabat yang tidak pindah ke Madinah, ada yang pindah ke tempat lain untuk mencari perlindungan dan ada juga ke Madinah sebagai pembentukan asas masyarakat madani.[1]

Hijrah sebagai salah satu peristiwa sejarah lslam yang aktual untuk dibicarakan, ternyata tidak hanya bermakna berpindah tempat, jihad, pengorbanan, hijrah mental dan sebagainya yang dapat memberikan keteladanan dalam banyak aspek kehidupan, akan tetapi juga bermakna "strategi", yaitu bentuk pencegahan terhadap kemungkaran, karena umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri dan keluarganya terancam dalam mempertahankan akidah dan syari’ah Islam. Perintah berhijrah terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-Baqarah 2:218).

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Tentang Hijrah juga tertulis dalam ayat Al-Qur’an antara lain: QS. al-Anfal, 8:72 ).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Manifestasi hijrah dalam aktifitas dakwah meliputi strategi-strategi sebagai berikut:

1. Bertaubat: kembali kepada aqidah Islam.

Sejalan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini juga berkonsekuensi pada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh umat lslam. Setiap individu dalam kapasitas sebagai pribadi muslim dihadapkan pada beragam pola ideologi keyakinan dan kepercayaan, bahkan "tuhan-tuhan baru" yang mewakili materi kesenangan, kekuasaan, kemajuan yang sering kali membawa manusia pada jalan kemungkaran dan semakin jauh dari nilai-nilai ideal Islam. Keadaan yang demikian telah pernah diingatkan Allah dalam Al-Qur'an yang maksudnya : Wahai Nabi, bertaqwalah kepada Allah, dan janganlah engkau menuruti keinginan orang-orang kafir dan orang-orang munafiq. Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa hendaklah bertobat lalu bertaqwa kepada Allah dan tidak menurut hawa nafsu, hendaklah selalu mengikuti petunjuk Allah dan hendaklah berserah diri dan bertawakal kepada Allah karena hanya Allahlah yang mempunyai jaminan pertolongan dan bantuan serta memberikan pertolongan kepada hambaNya.j6 Dan sebagai bentuk penghambaan manusia kepada Allah, haruslah selalu bertaqwa dengan memegang teguh pada aqidah yang benar, yaitu tauhid.

2. Rela berkorban untuk kemuliaan lslam

Perjuangan untuk mengangkat dan memuliakan Islam dan urnatNya menuntut pengorbanan yang sangat besar dari setiap muslim. Tuntutan untuk membuktikan keimanan harus mampu menegakkan arnar makruf nahi mungkar yang rnerupakan kewajiban bagi setiap muslim.

3. Membangun peradaban lslam

Substansi hijrah telah mengajar peradaban lslam, yang bertitik tolak kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.



BAB III

PENUTUP



A. Kesimpulan

Manifestasi hijrah dalam aktifitas dakwah meliputi strategi-strategi sebagai berikut:

1. Bertaubat: kembali kepada aqidah Islam.

Sejalan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini juga berkonsekuensi pada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh umat lslam.

2. Rela berkorban untuk kemuliaan lslam

Perjuangan untuk mengangkat dan memuliakan Islam dan urnatNya menuntut pengorbanan yang sangat besar dari setiap muslim. Tuntutan untuk membuktikan keimanan harus mampu menegakkan arnar makruf nahi mungkar yang rnerupakan kewajiban bagi setiap muslim.

3. Membangun peradaban lslam

Substansi hijrah telah mengajar peradaban lslam, yang bertitik tolak kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki