komunikasi intrapersnonal dalam dakwah

Sebagai makhluk yang berpikir dan berbicara karenanya komunikasi bagi manusia merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Komunikasi baginya adalah sarana untuk berinteraksi dengan ”yang diluar dirinya”. Terlebih saat ini, dengan percepatan teknologi tanpa henti, utamanya teknologi informasi, komunikasi adalah sebuah keniscayaan. Dalam pengertian sederhana, komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian ”sesuatu yang sama” dari ”satu pihak” kepada ”pihak lain”. Dari sini, setidaknya, ada empat hal yang dibutuhkan dalam komunikasi; penyampaian atau yang dapat dipahami sebagai proses komunikasi; sesuatu yang sama atau pesan yang ingin disampaikan; pihak pertama (komunikator) yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan dimaksud; dan pihak kedua (komunikan) yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Dengan analisis yang lebih mendalam dapat diketahui bahwa pesan yang merupakan inti komunikasi terdiri dari dua aspek; isi pesan yang ingin disampaikan (the content of the message) dan lambang yang dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan tersebut (symbol). Lebih jauh lagi, bahkan dalam tataran individu, manusia tidaklah lepas dari komunikasi. Didalam dirinya, manusia mengalami komunikasi dengan dirinya yang disebut dengan komunikasi intrapersonal.

A. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian komunikasi intrapersonal ?

2. Bagaimana hubungan komunikasi intrapersnonal dengan dakwah ?


BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Komunikasi Intrapersonal

Menurut Rakhmat (2000:49) komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia. Proses ini melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

Ø Sensasi

Sensasi yang berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk menyerap segala hal yang diinformasikan oleh pancaindera. Informasi yang diserap oleh pancaindera disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses sensasi. Kata Dennis Coon (1997:79), sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptualo, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.” Tulis Benyamin B. Wolman (1973:343). Apapun definisi sensasi, fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungannya sangat penting. Melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Sumber informasi boleh berasal dari luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri (internal).

Ketajaman sensasi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor situasional saja tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor personal. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau ligkungan budaya, di samping kapasitas alat indra yang berbeda. Sebagaimana kacamata menunjukkan berbagai ukuran, sepert itu pula alat indra yang lain. Perbedaan alat indra menyebabkan perbedaan dalam memilih jogih atau pekerjaan. Yang jelas, sensasi mempengaruhi persepsi.[1]

Ø Persepsi

Persepsi adalah penagalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi. Hubungan persepsi dengan indrawi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976:129). Persepsi, seperti juga, ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977: 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Antara kejadian stimulus dengan penafsiran terhadap stimulus tersebut. Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian.

· Perhatian (Attention). Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah demikian definisi yang diberikan oleh Kenneth E. Andersen (1972;46). Perhatian terjadi bila kita mengonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal.

Ø Memori

Memori adalah sistem yang sanagt berstruktur, yang meneybabkan organisme sanggup merekan fakta tentang dunia dan menggunakan penegtahuannya untuk membimbing perilakunya, Schlessinger dan Groves(1976:352). Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif, terutama sekali pada model mansuia sebagai pengolah informasi.

Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan, proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan, secara pasif terjadi tanpa ada penambahan. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:

1. Pengingatan (Recall), pemanggilan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.

2. Pengenalan (Recognition), agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta, lebih mudah mengenalnya kembali.

3. Belajar lagi (Relearning), menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.

4. Redintegrasi (Reditingration), merekontruksi semua masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.

Ø Berfikir

Proses yang keempat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimulus adalah berfikir. Dalam berfikir kita melihat semua proses yang kita sebut sebagai sensasi, persepsi, dan memori. Berfikir melibatkan penggunaan lambang, visual atau grafis. Berfikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil kpeutusan (decsision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Berfikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), ialah berfkir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L. Ruch mnyebutkan tiga macam birfikir realitik: deduktif, induktif, evaluatif.

Berfikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan yang pertpertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika, ini disebut silogisme. Contoh yang klasik ialah:

Semua manusia bakal mati.

Socrates manusia.

Jadi, socrates bakal mati.

Berfikir deduktif dapat dirumuskan, “Jika A benar, dan B benar, maka akan terjadi C.” Dalam berfikir deduktif, kita mulai dari hal-hal yang umum pada hal-hal yang khusus.

Berfikir induktif sebaliknya, dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi




[1] H. Syaiful Rohim, M.si. Teori Komunikasi. Rineka Cipta, 2009. Jakarta, hal: 59

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki