Candi Tikus di Mojokerto
Cerita “ Munculnya Candi Tikus” di
Mojokerto
Nama Cerita : Munculnya Candi Tikus
Informan : Mbah Suwito, Bu
Slisyiawati, Adit dan Maria
Sifat cerita : Keresahan panduduk setempat
karena terserang hama tikus
Tempat : Dukuh Dinuk, Desa
Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto
Mojokerto terutama wilayah Kabupaten
Mojokerto termasuk dalam daerah strategis di Jawa Timur yaitu wilayah GERBANG KERTASUSILA. Sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Lamongan dan Gresik, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Malang dan Pasuruan, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Gresik, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jombang. Kabupaten
Mojokerto merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur yang kaya akan
berbagai obyek dan daya tarik wisata. Kabupaten Mojokerto memiliki obyek wisata
yang sangat banyak salah satunya adalah obyek wisata Candi Tikus. Candi Tikus
kalau dari pusat kota Mojokerto ke arah barat daya.
Keberadaan Candi Tikus memebuat saya
penasaran untuk mengungkap sejarah adanya Candi Tikus. Karena disamping
lokasinya yang mudah dijangkau keadaan lingkungannya masih nampak alamiSaya ingin
menggali lebih dalam lagi tentang kemunculan Candi tikus supaya saya tidak
hanya mendengar kisah munculnya Candi Tikus dari cerita orang-orang saja,selain
itu juga namanya yang unik. Sehingga saya memilih Candi Tikus sebagai bahan
obserfasi saya. Pada tanggal 03 April saya malakukan observasi, saya pergi se
daerah trawulan lebibh tepatnya di Dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan trawulan,
Kabupaten mojokerto. Setibanya disana bukan hanya saya yang mengunjungi Candi
Tikus tapi banyak wisatawan yang datang karena hari itu memang hari libur jadi
banyak pengunjung yang datang, untuk menyaksikan secara langsung Keberadaan
Candi Tikus.dan sayapun langsung masuk, untuk masukpun kita tidak dikenakan
biaya sama sekali alias grats, sungguh benar-benar indah pesona yang disuguhkan
walaupun tempatnya sedikit kotor karena ada sampah-sampah yang berserakan yang
di sebabkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yaitu pengunjung yang
kurang peka tehadap kebersiahan, tapi itu tidak membuat saya untuk berhenti memuji keindahaan dari Candi
Tikus ini. Pengunjungnya sangat berfariasai, ada yang datang bersama
keluarganya, ada yang rombongan anak-anak sekolah yang juga sedang melakukan
penelitian seperti saya, dan ada juga
anak yang mengajak pasangannya.
Setelah saya puas menikmat
keindahaanya dan juga tidak ketinggalan untuk mengabadikan panorama-panorama
yang begitu indah, saya langsung menghampiri Mbah Suwito, beliau adalah juru
kunci dari Candi Tikus ini, jadi beliau lebih tahu banyak tentang adanya Candi
Tikus ini, dan beliau juga lebih mengetahui seluk beluknya,setelah saya bertemu
dengan beliau terlebih dahulu kami berbincang-bincang tentang diri kita masing
sebelum saya menanyakan tentang informasi keberadaan candi tikus ini, setelsah
kita berbincang-bincang saya langsung mengajukan pertanyaan kepada beliau
tentang Candi Tikus ini..
Saya : Kenapa ya Mbah kok Candi ini dinamakan Candi Tikus?
Mbah
Suwito : Biyen niku Mbak ceritan’e di desa niki uwakeh hama tikus,,jadi kabeh
sawah’e poro warga desa iku si serang, wes di basmi tapi mboten entek-entek.
Akhir’e warga niku jengkel trus ditutke omahe tikus niku tenpundi trus mlebet
ten gundukane lemah, gundukan lemah niku di gali terus ditemok aken Candi niki,
ngerong mbak, trus benjeg’e di gali ambek warga ditemokaken Candi ini trus
akhire di laporaken ten bupati mojokerto.
Saya : Digalinya itu tahun berapa Mbah??
Mbah
Suwito : Tahun 1914, digali kalian Bupati mojokerto R.A.A Kromodjojo
Adinegoro
Saya : Jadi dinamakan Candi Tikus ini karena dulunya Candi ini dibuat
sarang tikus gitu ya Mbah??
Mbah Suwito : Inggih mbak…
Saya : Kira-kira dibuatnya Candi ini kapan ya Mbah?
Mbah
Suwito : Diperkirak aken abad ke-13 atau abad ke-14 (zaman majapahit)
Saya : Bangunannya ini melambangkan apa Mbah?
Mbah
Suwito : melambangkan kesucian Gunung Mahameru seng digawe persemayaman’e
poro dewo. Nganut kepercayaan Hindu,
Gunung Mahameru niku tempat sumber Tirta Amerta (air kehidupan) seng dipercoyo
nggadah kekuatan magis lan biso ngekek’i
kesejahteraan.
Saya : Ooo begi ya Mbah,,terus kenapa Mbah kok Candi ini dinamakan candi
pemandian atau petirthaan?
Mbah
Suwito : Soale wonten struktur kolam pemandian’e uthowo pertirthaan lan
pancurcan sing jadi siji kalian Candine.
Saya : Apa tujan membuat Candi ini Mbah?
Mbah
Suwito : Gawe ngelambang aken banyu seng metu teko gunung
Saya : Bahan baku dari Candi Tikus ini Apa Mbah, klao Mbah tau?
Mbah
Suwito : Candi Tikus niki di demel saking boto abang.
Saya : Biasanya yang datang atau pengunjungnya dari mana saja Mbah
Mbah
Suwito : Macem-macem nak seng akeh niku tiang mriki lan jawa tengan, wong turis nggeh wonten
biasane saka Belanda, Australia, jepang
Lama
saya berbincang-bincang mengenai Candi tikus ini, dari semua informasi yang
Mbah Suwito berikan mengenai asal mulanya cerit Candi ini mengapa disebut Candi
Tikus sudah menjawab pertanyaan saya bahwa diberi nama Candi Tikus karena ketika
dilakukan pembongkaran pada tahun 1914. oleh Bupati Mojokerto R.A.A Kromojoyo
Adinegoro, disekitar candi itu pernah menjadi sarang tikus, dan hama tikus ini
menyerang desa disekitarnya, setelah dilakukan pengejaran kawanan tikus itu
selalu masuk ke gundukan tanah, yang setelah dibongkar ditemukan sebuah
bangunan dan bangunan itu adalah Candi Tikus. secara pasti tidak diketahui
kapan candi Tikus ini didirikan karena tidak ada sumber sejarah yang
memberitakan tentang pendirian candi ini tapi Candi yang diperkirakan dibangun
pada abad ke-13 atau abad ke-14 (zaman Majapahit) ini merupakan salah satu
situs arkeologi di Trowulan. Candi ini baru dipugar pada tahun 1985-1989, berdasarkan
kajian arsitektural, diperoleh gambaran perbedaan dalam hal penggunaan bahan
baku candi yaitu bata merah. Adanya perbedaan penggunaan bata merah (baik
perbedaan kualitas maupun kuantitasnya), memberikan indikasi tentang tahapan
pembangunan candi Tikus. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terbukti
bahwa bata merah yang berukuran lebih besar berusia lebih tua dibandingkan
dengan bata merah yang berukuran lebih kecil. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa selama masa berdiri dan berfungsinya, candi Tikus mengalami dua tahap
pembangunan. Pembangunan tahap pertama dilakukan dengan mempergunakan batu bata
merah yang berukuran lebih besar sebagai bahan bakunya, sedangkan pembangunan
tahap kedua dilakukan dengan mempergunakan bata merah yang berukuran lebih
kecil.
Arsitektur bangunannya melambangkan
kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut
kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber Tirta Amerta (air
kehidupan) yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan
kesejahteraan. Dan, air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari
Gunung Mahameru.
Gunung meru merupakan
gunung suci yang dianggap sebagai pusat alam semesta yang mempunyai suatu
landasan kosmogoni, yaitu kepercayaan akan harus adanya suatu keserasian antara
mikrokosmos dan makrokosmos.Konsepsi Hindu, alam semesta terdiri atas suatu
benua pusat yang bernama Jambudwipa yang dikelilingi oleh tujuh lautan dan
tujuh daratan yang dibatasi oleh suatu pegunungan tinggi. Jadi,Candi Tikus
merupakan sebuah petirtaan yang disucikan oleh pemeluk Hindu dan Budha, dan
juga sebagai pengatur debit air di zaman Majapahit. Selain berfungsi sebagai
pengatur debit air di kota, letaknya yang diluar kota itu memberi pertanda bahwa
sebelum masuk kota, air harus disucikan terlebih dahulu di candi Tikus. Dalam
hal ini, jika bentuk bangunan candi Tikus adalah sebagai manifestasi dari
gunung Meru, maka setiap air yang keluar dari bangunan induk ini dipercaya
sebagai air suci (amerta). Tak heran, bila kemudian air yang keluar dari candi
Tikus juga dipercaya memiliki kekuatan magis untuk memenuhi harapan rakyat agar
hasil pertanian mereka berlipat ganda dan terhindar dari kesulitan-kesulitan
yang merugikan.
Saya tidak langsung puas dengan
Informasi yang telah Mbah Suwito berikan, namun saya mencari-cari lagi informasi tentang Candi
tikus melalau papan informasi yang ada di sana banyak informasi yang saya
dapatkan seperti saya mengetahui Secara umum Candi Tikus berdenah segi empat
dengan ukuran 22,50 x 22,50 meter dan tinggi (dari lantai sampai menara candi
induk) 5,20 meter. Sedangkan, arahnya menghadap ke utara. Adapun tangga
masuknya berada di sebelah utara. Bahan bangunannya berupa bata dengan ukuran
8x21x36 cm, sedangkan untuk jaladwara (pancuran air) dibuat dari batu andesit.
Jaladwara yang terdapat di Candi Tikus ini berjumlah 46 buah dengan bentuk
makara dan padma. Selain itu, juga terdapat saluran-saluran air, baik untuk air
masuk maupun untuk pembuangan air. Ditinjau dari sudut arsitekturnya, candi
terbagi menjadi enam bagian, yaitu bangunan induk, kolam, teras (tiga tingkat),
tangga utama, lantai dasar dan pagar. Bentuk bangunan ini makin ke atas makin
kecil dan dikelilingi oleh delapan candi yang lebih kecil bagaikan puncak
gunung yang dikelilingi delapan puncak yang lebih kecil. Bangunan ini luasnya
7,65x8,75 meter dan tinggi 5,20 meter. Secara horizontal bangunan induk dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu: kaki, tubuh dan atap. Kaki bangunan berbentuk segi empat
dengan profil berpelipit. Pada lantai atas kaki bangunan terdapat saluran air
dengan ukuran 17 cm dan tinggi 54 cm serta mengelilingi tubuh. Sedangkan, pada
sisi luar terdapat jaladwara. Selain itu, terdapat pula menara-menara yang
disebut menara kaki bangunan karena adanya bagian kaki bangunan. Ukurannya
80x80 cm. Pada lantai atas kaki bangunan ini berdiri tubuh bangunan dengan
denah segi empat, sedangkan di bawah susunan batanya terdapat pula kaki tubuh
tempat berdiri menara yang disebut menara tubuh. Selain itu, di setiap bagian
dinding tubuh terdapat bangunan menara yang lebih besar dan berukuran 100x140
cm, tinggi 2,78 meter.
Di sebelah timur laut dan barat laut
bangunan induk terletak dua bangunan yang berbentuk kolam dan disebut “kolam
barat” dan “kolam timur”. Kolam yang berada di kanan dan kiri tangga masuk ini
masing-masing berukuran panjang 3,50 meter, lebar 2 meter, tinggi, 1,50 meter
dan tebal dinding 0,80 meter. Pada sisi utara dinding kolam bagian dalam
terdapat tiga jaladwara dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai kolam.
Bagian luar kolam (sisi selatan) terdapat tangga masuk ke bilik kolam yang
lebar 1,20 meter. Di bagian dalamnya terdapat semacam pelipit setebal 3,50 cm.
Kemudian, di atas dan bawah tangga masuk sisi timur ada dua saluran air.
Bangunan dinding ini terdiri atas tiga
teras yang mengelilingi bangunan induk dan kolam. Fungsi teras sebagai penahan
desakan air dari sekitarnya, karena bangunan ada di bawah permukaan tanah.
Selain itu, juga sebagai penahan longsor. Dinding teras pertama berukuran 13,50
x 15,50 meter, sedangkan lebar lantai teras 1,89 meter. Pada kaki terasnya yang
berpelipit ada pancuran air yang berbentuk padma dan makara. Sedangkan, di
bawah lantai teras terdapat saluran air berukuran 0,20 meter dan tinggi 0,46
meter. Saluran ini berhubungan dengan saluran yang ada pada bangunan induk dan
diperkirakan saluran tersebut dipergunakan untuk mengalirkan air yang berasal
dari bangunan induk tersebut (keluar melalui pancuran yang terdapat di bagian
dalam dinding kolam sisi utara). Dinding teras tingkat dua berukuran
17,75x19,50 meter. Lebar lantai 1,50 meter dan tingginya 1,42 meter serta tebal
dinding teras tersebut sebanyak 17 lapis bata. Sementara, dinding teras tingkat
tiga mempunyai ukuran 21,25x 22,75 meter dengan lebar lantai 1,30 meter, tinggi
dinding 1,24 meter, dan tebal dinding 10 lapis bata.
Lantai dasar terdiri dari susunan bata
yang mempunyai permukaan atau bidang datar di bagian atasnya. Lantai tersebut
tersusun dari dua lapis bata yang luasnya kurang lebih 100 meter persegi.
Lantai ini berfungsi sebagai tempat berdirinya bangunan induk, kolam, dinding
teras, dan tangga utama.
Lantai dasar terdiri dari
susunan bata yang mempunyai permukaan atau bidang datar di bagian atasnya.
Lantai tersebut tersusun dari dua lapis bata yang luasnya kurang lebih 100
meter persegi. Lantai ini berfungsi sebagai tempat berdirinya bangunan induk,
kolam, dinding teras, dan tangga utama. Pagar tembok berada di sisi utara,
berjarak 0,80 meter dari dinding teras tiga, dan menjadi satu dengan pintu
gerbang yang terdapat di tangga masuk.
Setelah
saya mengatahui banyak informasi tentang Candi Tikus, sekarang saya ingin
mengetahui komentar atau tanggapan dari salah satu pengunjung, salah satu
pengunjung yang saya tanyain adalah bu silistiawati dari desa puri mojokerto
kebetulan beliau datang bersama rombongan keluarganya.
Saya : Mengapa kok Ibu sekeluarga
berlibur ke sini bu?
Bu
Sulistiawati : Soalnya di sini pemandanganya bagus, ada kolamnya juga jadi bisa
buat main anak-anak. Terus dekat dengan rumah gak terlalu jauh selain itu juga
geratis Mbak hehehe paling bayar parkir aja.
Saya : Apakah Ibu sering ke sini bersama keluarga?
Bu
Sulistiawati : Iya biasanya kalo liburan Mbak, trus kalo anak-anak ngajak ya main
ke sini, lagian juga di sini kan banyak tempat wisatanya juga.
Saya : Biasanya main di sini sampai berapa lama bu?
Bu
Sulistiawati : Gak nentu Mbak, terserah anak-anak kalo saya itu mbak, jadi ya saya
gak pernah nantuin berapa jam-jamnya.
Saya : Tapi Ibu merasa puas gak bu, kalo berkunjung ke sini ?
Bu
Sulistiawati : Puas Mbak soalnya pemandanganya bagus. Bisa buat maen anak-anak
juga.
Saya : Terimakasih atas waktunya Bu….
Bu
Sulistiawati : Iya sama-sama Mbak.
Selain rombongan keluarga yang saya
Tanya-tanya saya juga penasaran terhadap anak muda yang mengajak pasangannya
Datang ke Candi tikus ini, saya ingin tahu apa tujuan mereka datang kemari dan
mengapa memilih tempat ini sebagai tempat kencannya. Satu pasangan yang saya
tanyain adalah adit dan maria.
Saya : Apa se tujan kalian datang datang ke sini?
Adit : Ya refresing mbak masak ngapain, ini kan tempat umum hahaha
Saya : Mbak maria sendiri senang gak di ajak kesini?
Maria : Senang aja kan pemandangannya bagus trus udaranya juga sejuk.
Saya : Apakah kalian sering ke sini?
Adit : Gak juga mbak…
Maria : Paling kalo pengen ke sini aja….
Saya : Oke makasih atas waktunya
Maria
dan Adit : Sama-sama Mbak…
Dari
wawancara saya dengan pengunjung ntah itu pengunjung yang datang bersama
rombongan keluarga maupun yang datang bersama pasangannya, mereka merasa senang
berkunjung ke Candi Tikus ini karena pemandangan yang disuguhkan indah dan
tempatnya juga sejuk selain itu tempat Candi Tikus ini juga mudah untuk di
jangkau dengan kendaraan dan tempatnya yang strategis karena di dekatnya banyak
terdapat tempat-tempat wisata yang lain. Kita juga tidak perlu mengeluarkan
biaya yang mahal, karena untuk tiket masuknya tidak dipungut biaya seperserpun.
Ini merupakan gambaran dari candi tikus waktu sepi pengunjung.
Pengunjung
Candi Tikus Setiap bulannya tercatat 1.400-1.500 orang yang berkunjung pada
hari-hari biasa, sedangkan hari Sabtu, Minggu dan liburan sekolah mencapai
4.000-5.000 orang pada setiap bulannya. Jadi, setiap harinya rata-rata 50-an
orang pada hari-hari biasa dan rata-rata 170-an orang pada hari liburan dan
liburan sekolah, Wisatawan yang berkunjung banyak berasal dari sejumlah daerah
di Jatim dan Jateng. Turis asing pun juga banyak yang datang berkunjung. Mereka
berasal dari Belanda, Australia, Jepang dan sebagainya. Melihat semua keunikan
itu, pilihan berwisata ke situs peninggalan sejarah Majapahit ini sangat tepat
karena apa yang didapat bukan sekedar liburan, namun juga bisa menapaki sejarah
besar dari sebuah kerajaan yang menjadi inspirasi akan pentingnya “persatuan”
dari segala kemajemukan Indonesia selain itu sebagai referensi kita akan
informasi peninggalan –peninggalan kerajaan-kerajaan zaman dulu. Sebagai
kekayaan budaya masyarakat Mojokerto Candi Tikus diangkat dari bukti hasil
penelitian-penelitian sejarah. Candi Tikus yang merupakan hasil alkuturasi
budaya yang temukan sejak tahun 1914.
Dari beberapa situs peninggalan Majapahit Candi Tikus mempunyai nilai sejarah
yang tinggi juga merupakan daya tarik wisata yang sangat memikat. Karena Candi
Tikus Termasuk benda-benda peninggalan yang berupa Candi yang merupakan
bangunan khas jawa Majapahit yang didirikan di daerah Trawulan.
Comments