Khulafaur Rasyiddin
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Khulafaur
Rasyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat
sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad
Rasulullah saw. wafat. Keempat kholifah tersebut ialah:
a) Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;
b) Umar bin Kaththab ra.;
c) Utsman bin Affan ra.; dan
d) Ali bin Abi Thalib ra.
Keempat
kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw. menegakkan
ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam.
2) Rumusan Masalah
a) Khulafaur Rasyidin.
b) Ali Bin Abi Thalib
c) Umar Bin Khattab
d) Usman Bin Affan
e) Ali Bin Abi Thalib
3) Tujuan
·
Mengetahui sejarah
tentang;
a) Khulafaur Rasyidin.
b) Ali Bin Abi Thalib
c) Umar Bin Khattab
d) Usman Bin Affan
e) Ali Bin Abi Thalib
BAB II
PEMBAHASAN
Masa Khulafaur Rasyiddin
Sebagai pemimpin umat Islam setelah
Nabi, Abu Bakar bergelar “Khalifah Rasulillah” atau Khalifah saja (secara
harfiyah artinya; orang yang mengikuti, pengganti kedudukan Rasul). Mesikun
dalam hal ini perlu dijelaskan bahwa kedudukan Nabi sesungguhnya tidak akan
pernah tergantikan, karena tidak ada seorangpun yang menerima ajaran Allah
sesudah Nabi Muhammad. Sebagai saluran dari wahyu-wahyuyang diturunkan dan
sebagai utusan Allah tidak dapat diambil alih seseorang. Menggantikan Rasul
(khalifah) hanyalah berarti memiliki kekuasaan yang diperlukan untuk meneruskan
perjuangan Nabi.
Dalam sejarah Islam, empat orang
pengganti Nabi yang pertama adalah para pemimpin yang adil dan benar. Mereka
menyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar tradisi dari Sang Guru Agung bagi
kemajuan Islam dan umatnya. Karena itu gelar “Yang mendapat bimbingan di jalan
lurus” (al- khulafa ar-rasyidin) diberikan kepada mereka. Pedoman yang
dijadikan pegangan untuk memimpin Islam adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah.
1. Abu Bakar
As-Shidiq 11-13 H (632-634 M)
Nama aslinya
adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan Abdullah.
Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman
(Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku
Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat.[1]
Beliau termasuk salah seorang
sahabat yang utama. Beliau di beri kuniyah.
Abu bakar (pemagi ) karena dari
pagi-pagi betul ( orang yang paling awal
) memeluk agama islam. Gelarnya As. Siddiq diperolehnya karena amat segera
membnarkan rasul dalam berbagai peristiwa, terutama isra’ dan mi’raj.[2]
Nabi
seringkali menunjuknya untuk mendampinginya di saat-saat penting atau jika
berhalangan, Rasul mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas
keagamaan dan atau mengurusi persoalan-persoalan actual di Madinah.[3]
a)
Pembai’ahan Abu Bakar
Setelah
Rasulullah wafat kaum anshar menghendaki agar orang-orang yang akan menjadi
khalifah di pilih diantara mereka. Kaum muhajirin menuntut bahwa Abu bakar
adalah orang yang terbaik untuk menggantikan nabi. Denga mendasarkan atas
keabsahan, Bani hasyim mengemukakan alasan bahwa Allah dan nabi Muhammad tidak
akan menyerahkan masyarakat mukminin kepada kesempatan dan keinginan yang
sifatnya sesa’at dari badan pemilih, dan karena itu pasti telah membuat
ketetapan yang jelas bagi kepemimpinannya dengan menunjuk orang tertentu untuk
menggantikan nabi Muhammad yaitu ali bin abi tholib berdasarkan kedudukan
beliau dalam islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib nabi. Tetapi bagian
terbanyak dari kaum muslimin menghendaki abu bakar, maka dipilihlah beliau
menjadikhalifah.
Orang-orang
yang tadinya ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu bakar, di kala golongan
terbanyak dari kaum muslimin telah membaiahnya. Sesudah abu bakar diangkat
menjadi khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatotanya itu di jelaskan siasat
pemerintahan yang akan beliau jalankan. Pidato inagurasi yang diucapkan
sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen
Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan strategi meraih keberhasilan tertinggi
bagi umat sepeninggal Nabi. Inilah sebagian kutipan khutbah Abu Bakar yang
terkenal itu;
“Wahai
manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah
orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan
baik, ikutlah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang
kamu pandang kuat, saya pandang lemah, sedang orang yang kamu pandang lemah,
saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah
kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bilamana
aku tiada mentaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu mentaatiku.” [4]
b)
Kesulitan-kesulitan Yang Dihadapi Abu Bakar
·
Memerangi Orang Murtad
Bersamaan
dengan pengangkatan Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk dibawan
kepemimpinan pusat di Madinah. Sesudah Nabi wafat, mereka berpendapat bahwa
kekuasaan Quraisy memimpin Arab telah usai. Adapaun sebabnya mereka berlaku
demikian ialah karena sebagian tidak percaya akan mematian Nabi, setelah nyata
kebenaran meninggalnya Nabi, sebagian ragu akan kebenaran Islam. Mereka
menyangka bahwa kaum Quraisy takkan bangun lagi sesudah pemimpinnya meninggal
dunia. Mereka tidak akan tunduk dibawah kekuasaan Quraisy atas nama agama.
Apalagi sebagian besar bangsa Arab ketika itu, barus aja memeluk agama Islam
yang melarang mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang telah menjadi darah
daging mereka selama ini, seperti minum arak, berjudi dan sebagainya.
·
Enggan Membayar Zakat
Oleh karena
itu beberapa suku Arab tidak mau takluk lagi dibawah kepemimpinan Abu Bakar.
Mereka enggan mengeluarkan zakat yang mereka pandang hanya sebagai upeti yang
harus diberikan kepada Nabi saja.
Peristiwa yang
hebat ini diatasi Abu Bakar dengan kemauan dan perhatian keras membaja. Dengan
cepat disiapkannya sebelas pasukan untuk menaklukkan kaum yang murtad itu.
Masing-masing panglimanya diperintahkan menuju daerah yang telah ditentukan.
Sesungguhnya
beberapa orang sahabat menasehati kepada Abu Bakar agar dia tidak memerangi
orang yang tidak membayar zakat itu. Namun disinilai keteguhan hati khalifah.
Dia mengatakan: “Dengan sesungguhnya, walaupun mereka enggan membayar seutas
tali kecil yang telah pernah dibayarkan kepada Rasulullah dahulu, niscaya akan
kuperangi juga mereka selaipun aku akan binasa oleh karenanya.”
Setahun
lamanya Abu Bakar dapat menundukkan kaum yang murtad itu serta orang-orang yang
mengaku menjadi nabi serta orang-orang yang enggan membayar zakat, sehingga kalimat
Tuhan kembali menjulang tinggi. Dalam kemenangan kaum muslimin ini, kehormatan
besar harus diberikan kepada panglima Khalid bin Walid, Saifullah yang perkasa
itu. Dialah yang menghancurkan kekuatan Thulaihah dan Sajah serta memaksa
keduanya memeluk Islam. Dan dia pula yang membunuh Musailamah al-Kazzab dan
memporak-porandakan laskarnya.
·
Munculnya Nabi Palsu
Api perlawanan
dan pendurhakaan itu menjalar dengan cepat dari satu suku kepada yang lain,
sehingga hampir menggoyahkan sendi khilafah Islam yang masih muda itu. Kekuasah
khalifah ketika itu hanya meliputi Makkah, Madinah dan Taif saja. Sementara itu
banyak pula diantara orang Arab yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi. Yang
berbahaya sekali adlah Musailamah al-Kazzab, yang mendakwakan kenabiannya bersama
Nabi Muhammad ketika beliau masih hidup. Dia mengatakan, bahwa Allah telah
memberikan pangkat Nabi kepadanya bersama dengan Rasulullah. Oleh karena dia
berbuat dusta itu, dia mendapat gelar ‘al-Kazzab’ yang artinya ‘si pendusta’.
Bengikutnya banyak yang tersebar di Yamamah. Lain dari pada itu ada lagi
beberapa nabi palsu, seperti Thulaihah bin Khuwailid, Sjah Thamiyah seorang
perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.
Pengumpulan
al-Qur’an
Setelah
kemenangan yang diperoleh Khalifah Abu Bakar Sidik atas suku-suku yang murtad
dan durhaka itu, timbul kecemasan dari Umar bin Khattab akan kehilangan
beberapa ayat dari Qur’an, karena banyaknya Huffadz (penghafal al-Qur’an) yang
gugur sebagai Syuhada’ dalam pertempuran. Maka Umar memberi saran kepada Abu
Bakar agar ayat-ayat al-Qur’an dikumpulkan. Nasehat ini dituruti oleh Khalifah
Abu Bakar. Maka dikumpulkanlah lembaran-lembaran al-Qur’an itu yang semula
ditulis di atas batu, kulit hewan, tulang-belulang dan pelepah korma dalam
suatu mushaf. Empat penulis al-Qur’an yang terkenal ialah Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-‘Ash, Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.
Mushaf al-Qur’an ini semula disimpan di kekediaman Abu Bakar, kemudian kepada
Umar, dan kemudian Hafsah isteri Rasulullah s.a.w.[5]
·
Penakhlukan Persia Dan Syam
Semasa
pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah Islamiyah,
antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia,
dan ke Syam yang di bawah jajahan Romawi.
c)
Wafatnya Abu Bakar
Setelah
memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23
Jumadil Akhir 13H. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah
beliau dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah saw. Beliau
dikenal oleh para sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya serta berbudi luhur.
2. Umar bin khattab 13-25 H (634-644 M )
Umar ibnul Khattab putera
dari Nufail al Quraisy, dari suku Bani Adi. Sebelum Islam, suku Bani Adi ini
terkenal sebagai suku yang mulia, megah dan berkedudukan tinggi. Beliau di lahirkan di mekkah empat tahun sebelum kelahiran Nabi saw. Beliau
adalah seorang yang berbudi luhur, fasih dan adil serta pemberani. Beliau ikut
memelihara ternak ayahnya, dan berdagang hingga ke Syiria. Beliau juga dipercaya oleh suku
bangsanya, Quraisy untuk berunding dan mewakilinya bila ada persoalan dengan
suku suku yang lain. Umar masuk Islam pada tahun ke lima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat
terdekat Nabi SAW. beliau berkorban untuk melindungi Nabi SAW. dan Agama Islam, dan
ikut berperang dalam peperangan yang besar di masa Rasul SAW. Beliau juga dapat memecahkkan masalah yang rumit tentang siapa yang
berhak mengganti Rasulullah SAW. dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab mendapat penghormatan yang tinggi dan
di mintai nasihat serta menjadi tangan kanan Abu Bakar karena beliau memilih dan membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah Rasulullah. Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar ibn Khattab sebagai penerusnya. Penunjukkan itu
dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam.
a)
Umar diangkat
Menjadi Khalifah
Peristiwa di angkatnya Umar sebagai khalifah itu merupakan fenomena yang
baru, tetapi haruslah di catat bahwa proses peralihan kepemimpinan tetap dalam
bentuk musyawarah. Untuk menjajagi pendapat umum khalifah Abu Bakar melakukan serangkaian konsultasi terlebih dahulu dengan beberapa orang sahabat, antara
lain ialah Abdurrahman ibn `Auf dan Usman bin Affan. Akan tetapi pada awalnya terdapat berbagai keberatan mengenai rencana
pengangkatan Umar, sahabat Thalha misalnya segera menemui Abu Bakar untuk menyampaikan rasa kecewanya. Tetapi karena Umar adalah orang
yang paling tepat untuk menduduki kursi kekhalifahan, maka pengangkatan Umar
mendapat persetujuan dan baiat dari semua anggota masyarakat. Ketika Umar
diangkat menjadi khalifah, beliau telah berkata kepada umatnya: “Orang-orang
arab seprti halnya seekor unta yang keras kepala dan ini akan bertalian dengan
pengendara dimana jalan yang akan dilalui. Dengan nama Allah, begitulah aku
akan menunjukkan kepada kamu ke jalan yang harus engkau lalui“.
Umar bin Khattab menyebut dirinya “Khalifah Khalifati Rasulillah“ (pengganti dari
pengganti Rasul). Beliau juga mendapat gelar “Amirul Mukminin“ (Komandan Orang-orang
beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa
pemerintahannya. [6]
b)
Kesulitan-kesulitan Yang Dihadapi Abu Bakar
• Penaklukan siria
Pengepungan
Damaskus, salah satu pusat siria yang paling penting, sudah mulai sejak zaman Abu Bakar, tetapi
kota itu dapat direbut dalam masa pemerintahan Umar. Khalid bin Walid
mencurahkan perhatian yang lebih dari biasa terhadap pengepungan kota itu. Hebatnya
pengepungan itu memperkecil harapan orang-orang kristen. Namun, mereka merasa
agak lega karena Herclius siap membantu mereka, dan bala bantuan itu
diberangkatkan dari Hims dan sedang berada dalam perjalanan. Akan tetapi, bala
bantuan itu terhalang ditengah jalan dan tidak pernah sampai tujuan.
Keputusasaan itu menimpa penduduk Damaskus. Sementara itu, seorang anak
gubernur Damaskus di lahirkan. Peristiwa yang memberikan harapan itu disambut
meriah oleh seuran warga, dan sebelum
malam tiba mereka semuanya sudah mabuk. Dengan memnfaatkan kesempatan itu, Khalid bin Walid yang
disertai oleh beberapa orang perwira gagah berani, menaiki benteng dan turun
membuka pintu-pintu gerbang. Pasuakan islam pada waktu itu telah siap. Begitu
pintu-pintu gerbang terbuka, mereka menyerbu laksana air bah dan membantai para
penjaga. Akhirnya kota itu dengan mudah di taklukan, namun perampasan tidak di
perbolehkan. Khalid bin walid sangat adil di dalam syarat-syarat yang
diberikankepada yang dikalahkan. Dengan demikian beliau menetapkan pola yang
kemudian diikuti kaum muslimin yang menjadi penakluk di mana-mana.
Syarat-syarat itu disetujui oleh umar bin khattab.
Setelah penaklukan Damaskus, umat Islam mengalihkan perhatiannya ke arah
Yordania, dimana bangsa Romawi memulai mnghimpun kekuatan yang dikirim oleh
Heraclius untuk membebaskan Damaskus. Demikian lah suatu kesatuan tentara
berkekuatan kira-kira 40.000 dibentuk, dipimpin oleh siklar, seorang jendral
Romawi. Suatu pertempuran sengit berkobar di fihil, sebuah kota di sebelah
timur Yordania. Bangsa Romawi kalah dan melarikan diri dengan kacau balau.
Setelah pertempuran ini, kota-kota dan benteng
lainnya di provinsi Yordania dengan mudah ditundukkan, dan didalam
syarat-syarat perdamaiannya ditetapkan bahwa mereka yang hidup, barang-barang
dan harta kekayaan, tanah dan rumah-rumah, gereja-gereja, kuil-kuil orang-orang
yang ditaklukan akan dilindungi.
Setelah
jatuhnya Damaskus dan Yordania, tinggal tiga kota penting lainnya akan
ditaklukan yang berarti penaklukan seluruh siria. Ketiga kota ini adalah
Yerussalem, Hims (Amasia), dan Antiokia.
·
Penyerangan Yerussalem
Setelah perang yarmurk, Abu ubaidah panglima tertinggi yang baru, bersama
wakilnya, Khalid bin Walid yang gemilang berangkat menyerang Yerussalem, kota suci orang kristen.
Abu Ubaidah
memimpin serangan pada suatu sisi, dan Khalid menyerang dari sisi yang lain. Khalid memperoleh kemenangan.
Sementara itu, pendeta tinggi kristen menyerah kepada Abu Ubaidah. Pendeta tinggi itu meminta damai
dengan syarat bahwa khalifah Umar harus datang sendiri ke kota suci untuk
menyelesaikan syarat-syarat penyerahan. Khalifah Umar memutuskan untuk datang
dan memberi putusan secara langsung. Tujuan Umar ke Yerussalem tidak hanya
untuk menerima penyerahan kota suci itu, tetapi juga untuk mendirikan seluruh
pemerintahan negrinitu atas dasar yang kuat, untuk memperbaiki
perjanjian-perjanjian dan untuk mengatur pajak-pajak. Umar menetapkan bahwa
setengah bagian yang ditaklukan oleh tentara islam harus menjadi wilyah muslim,
dan setengah bagian yang diserahkan oleh pendeta tinggi akan tetap di dalam
kekuasaan kristen meskipu gubernur
muslim untuk kota ini memegang kekuasaan di atasnya. Semua orang merasa puas
dengan persetujuan ini.
Seluruh Siria dari selatan hingga utara ditaklukan
antara tahun633 dan 640 M, seadngkan menjelang akhir tahun 17 H, suatu wabah
penyakit yang berbahaya berjangkit di Siria, Mesir dan Irak, dan mengamuk dengan hebat selama beberapa bulan. Banyak tokoh tinggi
islam meninggal, termasuk orang-orang yang sangat menonjol dan mulia seperti
Abu ubaidah, mu`ad bin jabal, Yazid bin Abu Sufyan, Haris bin Hisyam, Suhail
bin Umar, Utbah bin Suhail. Kira-kira 25.000 orang islam meninggal dunia. Wabah
yang mengerikan ini tiba-tiba menghentikan kemajuan tentara Islam. Alih-alih
menyerang musuh, tentara islam terlibat dalam penderitaan sendiri.
·
Pertempuran Qadisia
Perang Qadisia berlangsung pada tahun 637 M, di mana perang tersebut menentukan
masa depan persia. Khalifah Ummar mengirim pasukan di bawah Sa`ad ibn Abi Waqash untuk menundukkan kota itu. Kemenangan yang diraih di daerah itu
membuka jalan bagi gerak maju tentara Muslim ke datran Euphrat dan Tigris. Ibu kota Persia, Ctesiphon (Madain) yang letaknya ditepi sungai Trigis. Setelah di kepung dua bulan, Yazdagrid III, raja persia itu melarikan diri.
Kemudian pasukan islam mengepung Nahawan dan menundukkan Ahwaz tahun 22 H. Tahun
641 M/22 H seluruh wilayah persia sempurna bertekuk lutut di bawah kaki Islam. Sesudah pertempuran sengit di Nahawan. Isphahan juga di
taklukan, demikian juga jurjan/Georgia dan Tabristan. Azarbaizan tidak luput
dari kepungan pasukan Muslim. Orang-orang persia yang jumlah nya jauh lebih besar dari pada
tentara Islam, yaitu 6:1 di kalahkan dengan menderita kerugian besar. Kaum Muslimin menyebut sukses ini dengan ”kemenangan
dari segala kemenangan” (fathul-futuh).
c)
Wafatnya Umar
bin Khattab
Khalifah Umar memerintah selam 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Wafatnya
sangat tragis, seorang budak bangsa Persia bernama Feroz atau Abu Lu`lu’ah seorang
budak milik Al-Mughiroh bin Syu’bah secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman
pisau tajam ke arah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah di
tunggu oleh jama`ahnya di masjid Nabawi di pagi itu. Khalifah yang terluka
parah dan pembaringannya mengangkat ”syura” (komisi pemilih) yang akan memilih
penerus tongkat kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat tiga hari setelah
peristiwa penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharram 23 H/644 M. Ia dimakamkan di
rumah Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai
pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil. Kata
katanya yang sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok, maka
hendaklah ia meluruskannya.
Jasa-jasa Umar
sewaktu menjadi Kholifah, antara lain :
1.
Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
2.
Bea cukai sebagai pendapatan negara;
3.
Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di
kalangan Yahudi dan Kristen;
4.
Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya;
5.
Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
6.
Penghapusan perbudakan;
7.
Pembangunan sekolah-sekolah;
8.
Kodifikasi Al-Quran;
9.
Tradisi sholat tarawih berjamaah;[7]
3. Usman Ibnu ‘Affan 23-35 H
(644-656 M)
Usman Ibnu ‘Affan ibnu Abil ibnu Umaiyah. Dilahirkan di waktu Rasulullah
berusia lima tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Sebelum agama Islam datang dan sesudahnya juga, beliau terhitung saudagar
besar dan kaya, dan sangat murah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan
agama Islam.
Beliau termasuk sahabat yang telah diberi kabar gembira oleh Rasulullah
akan masuk surga. Ada diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Tiap-tiap
Nabi mempunyai teman , temanku di surga adalah usman.”
Oleh karena pertalian beliau amat akrab dengan Rasulullah, maka Rasulullah
mengawinkannya dengan puterinya yang bernama Ruqaiyah. Setelah Ruqaiyah
meninggal waktu peperangan Badr, maka Nabi mengawinkannya dengan puterinya yang
kedua yakni Ummu Kultsum. Oleh karena ini Usman terkenal dengan nama julukan
“Dzun Nurain” (yang mempunyai dua cahaya). Ummu Kultsum meninggal dunia pula
pada tahun sembilan H. Setelah itu Rasulullah berkata kepada Usman: “Andaikata
ada puteri kami yang ketiga, tentu akan kami kawinkan pula dengan engkau”.
a) Usman di Angkat Menjadi Khalifah
Di waktu Umar kena tikam,
beliau tiada bermaksud mengangkat penggantinya. Beliau mencalonkan enam orang
sahabt Rasulullah yang telah diberi kabar gembira oleh Rasulullah akan masuk
surga, dan mereka adalah orang-orang yang paling baik, pun kalau ditinjau sifat
kedudukan mereka masing-masing pastilah orang yang akan menjadi khalifah itu harus
dipilih dari antara mereka. Oleh Umardicalonkan orang-orang yang berenam itu,
dan dimintanya kepada orang yang berenam itu agar memilih seseorang diantara
mereka jadi khalifah.
Orang berenam itu ialah;
Uman, ‘Ali Ibnu Abi
Tholib, Thalhah, Zubair Ibu ‘Awwam, Sa’ad Ibnu Abi Waqqash dan Abdur Rahman
Ibnu ‘Auf.
Salah seorang dari putera
beliau yaitu Abdullah ditambahkan beliau kepada sahabat-sahabat yang berenam
itu, tetapi dia hanyalah mempunyai hak untuk memilih dan tiada berhak untuk
dipilih.
Dalam pada itu oleh Umar
ditentukan jangka waktu memilih. Pemilihan itu haruslah selesai dalam jangka
waktu yang ditentukannya.
Umar berpulang
kerahmatullah, maka sahabat-sahabat yang berenam itu berkumpul untuk
bermusyawarah. Abdur Rahman ibnu ‘Auf mengusulkan agar dia diperkenankan
mengdurkan diri. Tetapi kepadanya ditugaskan bermusyawarah dengan kaum
Muslimin, dan memilih seorang untuk menjadi khalifah di antara sahabat-sahabat
yang telah ditunjuk oleh Umar.
Maka bemusyawarahlah Abdur
Rahman dengan segenap lapisan kaum Muslimin, begitu juga dengan para calon
(sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar). Dari permusyawarahan itu dapatlah
dia mengambil kesimpulan bahwa pendapat tertuju kepada Usman, karena usman
lebih tua dari Ali, dan perilakunya pun lunak.
Masa pemerintahannya adalah
terpanjang dari semua khalifah di zaman Khulafaur Rasyidin, yaitu 12 tahun,
tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang
terbaik dan sukses baginya. Para pencatat sejarah membagi zaman pemerintahan
Usman menjadi 2 periode, ialah 6 tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang
baik, dan 6 tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk.
b) Perluasan Islam di Masa Usman
·
Menumpas
Pendurhakaan dan Pemberontakan
Setelah Umar berpulang kerahmatullah ada daerah-daerah yang mendurhaka
kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-pendukung
pemerintahan yang lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke bawah
kekuasaan Islam) ingin hendak mengembalikan kekuasaannya. Antara lain daerah
Khurasan dan Iskandaria. Pemberontakan-pemberontakan ini dapat ditumpas oleh
Usman dengan mengirimkan bala tentara yang yang besarjumlahnya ke Khurusan dan
Iskandaria dengan perlengkapan yang cukup. Bala tentara ini dapat menghancurkan
kaum pemberontak, serta dapat mengembalikan keamanan dan ketentraman dalam
daerah tersebut.
·
Perluasan
Islam
Di masa Usman, negeri-negeri: Barqah, Tripoli Barat dan bagian selatan
negeri Nubah, telah masuk dalam wilayah Negara Islam. Kemudian negeri-negeri
Armenia dan beberapa bagian Thabaristan, bahkan kemajuan tentara Islam telah
melampaui sungai Jihun (Amu Daria). Jadi daerah “Ma waraan Nahri”
(negeri-negeri seberang sungai Jihun) telah masuk wilayah Negara Islam.
Negeri-negeri Balkh (Baktria) Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkistan telah
diduduki kaum Muslimin. Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh
Muawiyah ibnu Abi Sufyan tahun 28 H, pulau Cyhptus dapat pula dimasukkan ke
dalam wilayah Islam.[8]
·
Susunan Kitab Suci Al-Qur’an
Karya besar
Usman lainnya yang dipersembahkan pada umat Islam ialah susunan kitab suci
Al-Qur’an. Penyusunan Al-Qur’an dimaksudkan untuk mengakhiri
perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan Al-Qur’an. [9]
c. Akhir Riwayat Usman
Di waktu Umar berpulang kerahmatullah ada dua buah keluarga besar yang
mempunyai ambisi hendak menduduki kursi khalifah, yaitu keluarga Bani Hasyim
dan keluarga Bani Umaiyah.
Tetapi Bani Hasyim telah
lebih dahulu menduduki kursi khalifah daripada Bani Umaiyah.
Ali Ibnu Abi Thalib berpendapat bahwa
beliaulah yang berhak memegang jabatan khalifah. Pendapat ini dikemukakannya
waktu Rasulullah berpulang kerahmatullah. Tetapi kaum Muslimin tak mau
memberikan jabatan khalifah kepada beliau, karena kebanyakan kaum Muslim
berpendapat bahwa jika jabatan khalifahdiberikan kepada Bani Hasyim, akan
sukarlah menariknya dari mereka nanti.
Kemudian waktu Umar
berpulang kerahmatullah, dan sebagai hasil permusyawaratan yang disebutkan di
atas, bahwa jabatan khalifah itu akan diserahkan kepada salah seorang diantara
Usman dan Ali, dengan perkataan lain kapada Bani Umaiyah atau kepada Bani
Hasyim, ada kecenderungan hendak menyerahkan kepada Ali, yang berarti
kemenangan bagi Bani Hasyim. Tetapi timbullah dua fakta yang menyebabkan
jabatan khalifah diserahkan kepada Usman, yang berarti kemenangan bagi Bani
Umaiyah.
Fakta-fakta itu ialah:
1) Kemungkinan menarik kembali jabatan khalifah nanti dari Bani Umaiyah adalah
lebih besar, daripada menariknya dari Bani Hasyim.
2) Orang tak mau meneruskan cara-cara Umar memerintah yang sangat radikal,
keras dan disiplin. Mereka tak ingin menyerahkan jabatan khalifah kepada Ali,
dirasakan bahwa Ali akan melanjutkan cara Umar memerintah, yaitu radikal, keras
dan disiplin. Maka, diserahkan kepada Usman, karena Usman seorang yang lunak,
pemurah dan mempunyai sifat toleransi.
Sebagai diketahui, Usman berasal dari Bani Umaiyah suati keluarga yang
besar. Banyak diantara anggota-anggota keluarganya ini mempunyai kedudukan
tinggi dalam kehidupan bangsa Arab sebelum dan sesudah Islam.
Pergantian Umar dengan Usman dapat diartikan, pergantian keradikalan dan
kekerasan dengan kelonggaran, kelunakan dan sikap ragu-ragu. Akibatnya, banyak
kesempatan terbuka bagi para tahanan kabur, dan orang yang terpenjara untuk
melarikan diri, atau yang takut-takut datang meminta maaf.
Usman adalah orang yang kaya raya lagi pemurah dan berkehidupan makmur.
Kekayaannya cukup untuk memenuhi keperluan sendiri dan ada pula yang dapat
diberikannya kepada fakir dan miskin. Kekayaan pribadinya habis, dierlukannya
untuk keperluan derma dan kepentingan fi sabilillah. Perasaan yang suka memberi
yang tiada terbatas ini masih bersemi dalam jiwanya. Ketika inilah beliau
banyak mendapat kecaman dalam mempergunakan uang Baitulmal. Harta Batulmal itu
dipakainya untuk drinya, dan ada pula yang diberikannya kepada kaumm
kerabatnya. Seakan-akan beliau tak sadar bahwa harta Baitulmal itu adalah
kepunyaan kaum Muslimin.
Pada waktu Usman mendapatan pemberontakan dari kaum Muslim, kaum kerabat
Usman telah membiarkan Usman seorang diri menebus dan menerima akibat
kesalahan-kesalahan yang ditimpakan kepadanya. Mereka menjahkan diri dari Usman
yang semenak gejala-gejala pemberontakan sudah tampak, dan semenjak pemberontakan-pemberontakan
sudah mulai menecam Usman.
Ada orang berpendapat bahwa mereka sengaja menghindarkan diri, tidak ikut
mencampuri hal itu ialah untuk mengalihkan pandangan, supaya perselisihan ini
dipandang sebagai perselisihan khalifah dengan kaum Musimin, jadi bukan
dipandang sebagai perselisihan kaum Muslimin dengan Bani Umaiyah.
Bagaimanapun juga, nyata dan tak dapat dibantah bahwa orang-orang Umaiyah
tak sedikit juga memberikan sahamnya untuk membela Usman dalam keadaan yang
sangat gentig itu.
Hanya beberapa orang pemuda-pemuda Islam yang tampil mempertaruhkan
dirinya, berdiri di muka pintu Usman untuk melindungi dan membela beliau,
tetapi pemuda-pemuda itu akhirnya tiada berdaya menghalangi pemberontak.
Pemberontak dapat menerobos masuk dengan memanjat rumah khalifah, dan menyerang
beliau yang sedang membaca Al-Quran, lalu mereka bunuh. Isteri beliau yang
berusaha hendak menghambat serangan-serangan kaum pemberontak, tak luput pula
menerima akibat; jari-jari tangannya terputus-putus karena pukulan-pukulan kaum
pemberontak itu.
Maka gugurlah khalifah yang telah tua itu pada tahun 35H/17 Juni 656. Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12
tahun. Kematian beliau dengan cara yang disebutkan,
telah menyebabkan huru-hara dikalangan kaum Muslimin. Dalam huru-hara itu
beribu-ribu pemuda yang tiada berdosa telah menjadi korban.
4. Ali Ibnu Abi Thalib 35-40 H (656-661 M)
Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdil Mutthalib, putera dari paman Rasulullah dan
suami dari puteri beiau Fatimah. Fatimah adalah satu-satunya puteri Rasulullah
yang mempunyai keturunan. Dari pihak Fatimah
inilah Rasulullah mempunyai keturunan sampai sekarang.
Di waktu Muhammad di utus
menjadi Rasul, Ali termasuk orang pertama yang menyatakan Imannya dan waktu itu
ia masih kecil. Oleh karena itu Ali terkenal sebagai kanak-kanak yang mulai
beriman. Ketika Nabi menerima wahyu pertama, menurut Hasan, Ali berumur 13
tahun atau 9 tahun. Di malam Rasulullah
Hijrah ke Madinah, Ali tidur di tempat tidur Rasulullah, hal ini di lakukannya
dengan tenang. Ia tahu bahwa perbuatannya berbahaya, dan bahaya mati bagi siapa
yang tidur di tempat itu.
Pengetahuannya dalam agama
Islam amat luas. Dan mungkin, karena rapatnya dengan Rasulullah, beliau
termasuk orang yang paling banyak meriwayatkan Hadst Habi. Keberaniannya juga
masyhur dan hampir di seluruh
peperngan-peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah, Ali senantiasa berada di
barisan paling muka. Hampir pada setiap peperangan yang dipimpin oleh
Rasulullah, Ali tetap ada di dalamnya, bergulat atau perang tanding, dengan tak
takut mati. Sering Ali dapat merebut kemenangan bagi kaum Muslimin dengan mata
pedangnya yang tajam.
Adapun budi pekerti Ali,
kesalehan, keadilan, toleransi dan kebersihan jiwanya, sangat terkenal. Ali terhitung
seorang dari tiga tokoh-tokoh utama yangg telah mengambil pengetahuan, budi
pekerti dan kebersihan jiwa Rasulullah. Tokoh-tokoh utama yang tiga itu ialah
Abu Bakar, Umar dan Ali. Merea bertiga terpandang laksana mercu suar yang
memancarkan cahayanya ke segenap penjuru alam.
a) Pembai’ahan Ali
Dalam pemilihan calon yang
diajukan Umar dahulu hampir saja Ali terpilih menjadi khalifah; kenapa sesudah
Usman wafat dia akan terhalang menjabat jabatan itu?
Dulu dalam pemilihan, Ali ditinggalkan karena fakta-fakta umur. Ali lebih
mmuda. Tetapi, sekarang masalah umur tak ada lagi. Ali telah meningkat enam
puluhan dan telah melampaui penggal pertamanya. Maka keangkatan Ali menjadi
khalifah sudah sewajarnya.
Pembaiatan Ali adalah pembaitan dari rakyat terbanyak, yakni orang-orang
yang telah menjatuhkan Usman. Bersama dengan orang-orang yang meggabungkan diri
kepada mereka, mereka segeralah datang kepada Ali untuk membai’ah beliau.
Ali melihat bahwa yang datang membanjirinya itu ialah orang-orang
kebanyakan saja, tak kelihatan orang-orang besar yang berpengaruh. Ketika
mereka mengerumuni Ali memaksanya menjadi khalifah, Ali berseru: “Ini bukanlah
uruan kamu. Ini adalah urusan orang-orang yang ikut bertenpur di Badr. Mana
Thalhah, mana Zubair, mana Sa’ad?”
Tak ada di antara sahabat-sahabat terkemuka yang dapat menolak untuk
membai’ah Ali, karena tidak seorang juga di antara mereka yang sanggup
menghadapi pancaroba. Oleh karena itu mau tak mau mereka membai’ah Ali,
kemudian para Muhajirin dan Anshar yang mengikuti tindakan mereka. Ali dibai’ah
oleh rakyat terbanyak.
Dengan memperhatikan pembai’ahan Ali, dapat diambil kesimpulan bahwa
pembai’ahan itu bukanlah dengan sepenuh hati kaum Muslim. Terutama Bani
Umaiyah, merekalah yang melopori orang-orang yang tidak menyetujui Ali.
b) Politik
Dalam Pemerintahan
Politik yang dijalankan seseorang
adalah gambaran pribadi orang itu, yang akan mencerminkan akhlak dan budi
pekertinya. Ali mempunyai watak dan pribadi sendiri, suka berterus terang,
tegas bertindak dan tak suka berminyak air. Ia tak takut akan celaan siapapun
dalam menjalankan kebenaran. Disebabkan oleh kpribadian yang dimilikinya itu,
maka sesudah Ia dibid’ah menjadi khalifah, dikeluarkannya du buah ketetapan;
1)
Memecat kepala-kepala daerah angkatan Usman.
2)
Mengambil kembali tanah-tanah yang
dibagi-bagikan Usman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya.
Banyak
pendukung-pendukung dan kaum kerabat Ali yang menasihatinya supaya mengukuhkan
tindakan-tindakan radikal seperti itu, sampai keadaan stabil. Tetapi Ali kurang
mengindahkan. Pertama-tama Ali mendapakan tantangan dari keluarga Bani Umaiyah.
Mereka membulatkan tenaga dan bangunlah Mu’awiyah melancarkan pemberontakan
memerangi Ali.
Pengankatan
Ali sebagai khalifah merupakan suatu hal yang wajar, dan pertentangan
kepadanyapun merupakan suatu hal yang wajar pula, sebagai akibat dari
perkembangan-perkembangan dan peristiwa-peristiwa sebelumnya; atau dengan
perkataan lain, penantangan itu adalah karena “memperebutkan kekuasaan”, lalu
dibungkusi dengan sebab-sebab yang lahir, yaitu untuk menuntutkan bela Usman
mati terbunuh, atau karena pemecatan pejabat-pejabat, ataupun pengembalian
harta milik Baitul Mal yang telah dirampas.
Banyak
peperangan yang mencetus di masa pemerintahan Ali, dan yang terpenting ada dua
buah, yaitu perang Jamal (unta) dan perang Shiffin.
·
Perang Jamal
Perang unta menjadi sangat penting
dalam catatan sejarah Islam, yaitu untuk pertama kalinya seorang khalifah turun
ke medan laga memimpin langsung angkatan perangnya, dan justru bertikai melawan
saudara sesame Muslim.
Dinamakan
perang Jamal (unta) yang terjadi pada tahun 36 H. karena Siti Aisyah isteri
Rasulullah dan puteri Abu Bakar ikut dalam peperangan ini dengan mengendarai
unta. Ikut campurnya Aisyah memerangi Ali terpandang sebagai hal yang luar
biasa, sehingga yang menghubungkan peperangan ini dengan Aisyah dan untanya,
walaupun peranan yang dipegang Aisyah tidak begitu besar.
Peperangan
Jamal tersebab oleh karena keinginan dan nafsu perseorangan yang timbul pada
diri Abdullah ibnu Zubair dan Thalhah, dan oleh perasaan benci Aisyah terhadap
Ali. Dosa Thajhah agak ringan disbanding dengan dosa Abdullah ibnu Zubair,
karena Thalhah tidak sampai mempengaruhi kaum Muslimin, dan tak ada pengaruhnya
terhadap Aisyah yang dapat mendorong Aisyah agar mempengaruhi kaum Muslimin
dengan mempergunakan kedudukannya sebagai Ummul Muminin.
Tetapi,
Abdullah ibnu Zubair bernafsu betul untuk menduduki kursi khalifah, dan berdaya
upaya dengan sungguh-sungguh menghasut bibinya Aisyah menghidupkan api
peperangan agar keinginannya menduduki kursi khalifah dapat tercapai.
Kebencian
Aisyah terhadap Ali memuncak pada saat itu. Sebagai diketahui kedua orang ini
sudah lama tidak berbaik. Kesempatan ini dipergunakan Aisyah untuk
menggulingkan Ali.
Kepada
Zubair-pun dapat disimpulkan sebahagian dari pertanggungan jawab, karena dia
juga ikut pula mendorong umat mamasuki pertempuran. Setelah kanca menggelagak,
dia lari. Akibatnya dia dibunuh seorang Arab.
Ali
dipersalahkan karena dia dipandang tidak dapat menguasai lasykarnya seluruhnya.
Ketika ada usa hanya hendak
mencari perdamaian, di antara pengikut-pengikutnya ada komplotan untuk
menyalakan api peperangan. Andai kata beliau berwibawa penuh terhadap
lasykarnya, mungkin peperangan dapat dihindarkan.
Pertempuran
dalam perang jamal ini terjadi amat sangat sengitnya, sehingga Zubaair
melarikan diri. Ia dikejar oleh beberapa orang yang sangat benci kepadanya,
lalu dibunuh. Begitu juga Thalhah telah terbunuh pada permulaan peperangan ini.
Peperangan ini terus berjalan di bawah pimpinan Aisyah. Ribuan manusia gugur
dalam membela Aisyah Ummul Mukminin, dan melindungi unta yang dikendarai
beliau, sebaliknya ribuan manusia pula yang gugur waktu menyerang Ummul
Mukminin dan untanya.
Akhirnya unta
yang ditunggangi Ummul Mukminin dapat dibunuh, maka berhentilah pertempuran
dengan kemenangan di pihak Ali.
Tetapi Aisyah tiada diusik-usik oleh Ali, bahkan
dihormatinya dan dikembalikannya ke Makkah dengan penuh kehormatan dan
kemuliyaan. Dalam pertempuran tersebut 20.000 kaum Muslim gugur.[10]
·
Perang Shiffin
Pertempuran
sesame Muslim terjadi lagi, yaitu antara angkatan perang Ali dengan pasukan
Muawiyah di kota tua Shiffin dekat sungai Eurphat, pada tahun 37 H. khalifah
Ali mengerahkan 50.000 pasukan untuk menghadapi Muawiyah. Sebenarnya pihak
Muawiyyah telah terdesak kalah, dengan 7.000 pasukannya terbunuh, yang
menyebabkan mereka mengangkat Al-Quran sebagai cara minta damai dengan cara
Tahkim.[11]
c) Akhir
Riwayat Ali
Sebetulnya
tidak pernah ada barang satu haripun, keadaan yang stabil selama pemerintahan
Ali. Tak ubahnya beliau sebagai seorang menambal kain using, jangankan menjadi
baik malah bertambah sobek. Sudah demikian rupanya nasib beliau.
Di waktu
beliau bersiap-siap hendak mengirim bala tentara sekali lag untuk memerangi
Muawiyah, terjadilah suatu komplotan untuk mengakhiri hidup masing-masing dari
Ali, Muawiyah dan ‘Amr ibnu ‘Ash.
Komplotan ini
terdiri dari tiga orang Khwarij, yang telah bersepakat hendak membunuh tiga
orang pemimpin itu pada malam yang sama. Seorang diantaranya bernama
Abdurrahman ibnu Mujmal. Orang ini berangkat ke Kufah untuk membunuh Ali. Yang
seorang lagi bernama Barak ibn Abdillah at Tamimi. Orang ini pergi ke Syam
untuk membunuh Mu’awiyah. Sedang yang ketiga yaitu ‘Amr ibnu Bakr at Tamimi
berangkat ke Mesir untuk membunuh ‘Amr ibnul ‘Ash.
Tetapi di
antara ketiga orang itu hanyalah Ibnu Muljam yang dapat membunuh Ali. Ibnu
Muljam menusuk Ali dengan pedang, waktu beliau sedang memanggil orang untuk
sembahyang. Orang-orang yang bersembahyang di masjid itu dapat menangkap Ibnu
Muljam, yang kemudian sesudah Ali berpulang kerahmatullah ia dibunuh.
Adapun Barak,
dapat juga menikam Muawiyah, tetapi ditikaman itu tidak sampai membawanya mati.
Sedang ‘Amr ibnu Bakr telah menanti-nantikan ‘Amr ibnul ‘Ash keluar unuk
sembahyang subuh, tetapi beliau tidak keluar, karena kesehatannya terganggu.
Seorang bernama Kharijah ibnu Habib as Suhami yang keluar menggantikan ‘Amr
mengimami sembahyang, ditikam oleh ‘Amr ibnu Bakr, dikiranya ‘Amr ibnul ‘Ash.
Dengan
demikian berakhirlah riwayat Ali pada 17 Ramadhan 40 H (661M), orang yang
paling fasih, paling berani, dan yang paling dalam ilmu pengetahuannya di
antara pengikut-pengikut Rasulullah SAW. Dengan berpulanya Ali kerahmatullah
habislah masa pemerintahan al Khulafaur Rasyiddin.[12]
BAB III
KESIMPULAN
Khulafaurrasyidin memiliki pengertian orang-orang yang terpilih dan
mendapat petunjuk menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW setelah beliau wafat
tetapi bukan sebagai nabi atau pun rasul. Khulafaurrasyidin berasal dari kata
khalifah yang artinya pengganti dan Ar rasidin yang artinya orang-orang yang
mendapatkan petunjuk. Pedoman yang dijadikan pegangan untuk memimpin islam
adalah Al-Quran dan Sunah Al-Hadist.
Setelah kekhalifahan khulafaur rasyidin berakhir maka sistem khalifah diganti sistem kerajaan islam oleh bani ummayah. Khulafaur Rasyidin memiliki empat / 4 khalifah, yaitu :
1. Abu Bakar Siddik
- Masa Pemerintahan : 11 – 13 Hijriah / 632 – 634 Masehi
- Abu bakar sidik adalah orang yang pertama kali memeluk islam di luar keluarga / rumah tangga Rasulullah.
- Prestasi Abu bakar sidik :
—> Memperluas daerah islam
—> Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat
—> Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi
—> Mengumpulkan ayat-ayat suci alquran yang disalin menjadi mushaf
2. Umar Bin Khattab
- Masa Pemerintahan : 13 – 23 H / 634 – 644 M
- Termasuk orang yang pertama masuk islam / Assabiquunal Awwaluun
- Meninggal dibunuh Abu Luk-luk dan Persia dan Yahudi
- Prestasi Umar bin Khatab
—> Perluasan daerah kekuasaan islam
—> Membangun pemerintahan islam
—> Mengumpulkan tulisan-tulisan ayat suci Al-Qur’an yang tersebar
3. Utsman bin Affan
- Masa Pemerintahan : 23 – 35 H / 644 – 656 M
- Julukan : Dzunnurain Walhijratain = Memiliki dua cahaya dan dua kali hijrah ke Habsy dan Madinah.
- Prestasi Usman bin Afan :
—> Memperluas daerah kekuasaan islam
—> Membangun angkatan laut
—> Penulisan ayat-ayat suci Al-Quran
4. Ali bin Abi Thalib
- Masa Pemerintahan : 36 – 41 H / 656 – 661 M
- Sebutan lainnya adalah Sayyidina Ali
- Saudara Sepupu Nabi Muhammad SAW
- Prestasi Ali bin Abi Tholib :
—> Membasmi pembangkang kekhalifahan
—> Memecat gubernur yang diangkat khalifah sebelumnya[13]
Setelah kekhalifahan khulafaur rasyidin berakhir maka sistem khalifah diganti sistem kerajaan islam oleh bani ummayah. Khulafaur Rasyidin memiliki empat / 4 khalifah, yaitu :
1. Abu Bakar Siddik
- Masa Pemerintahan : 11 – 13 Hijriah / 632 – 634 Masehi
- Abu bakar sidik adalah orang yang pertama kali memeluk islam di luar keluarga / rumah tangga Rasulullah.
- Prestasi Abu bakar sidik :
—> Memperluas daerah islam
—> Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat
—> Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi
—> Mengumpulkan ayat-ayat suci alquran yang disalin menjadi mushaf
2. Umar Bin Khattab
- Masa Pemerintahan : 13 – 23 H / 634 – 644 M
- Termasuk orang yang pertama masuk islam / Assabiquunal Awwaluun
- Meninggal dibunuh Abu Luk-luk dan Persia dan Yahudi
- Prestasi Umar bin Khatab
—> Perluasan daerah kekuasaan islam
—> Membangun pemerintahan islam
—> Mengumpulkan tulisan-tulisan ayat suci Al-Qur’an yang tersebar
3. Utsman bin Affan
- Masa Pemerintahan : 23 – 35 H / 644 – 656 M
- Julukan : Dzunnurain Walhijratain = Memiliki dua cahaya dan dua kali hijrah ke Habsy dan Madinah.
- Prestasi Usman bin Afan :
—> Memperluas daerah kekuasaan islam
—> Membangun angkatan laut
—> Penulisan ayat-ayat suci Al-Quran
4. Ali bin Abi Thalib
- Masa Pemerintahan : 36 – 41 H / 656 – 661 M
- Sebutan lainnya adalah Sayyidina Ali
- Saudara Sepupu Nabi Muhammad SAW
- Prestasi Ali bin Abi Tholib :
—> Membasmi pembangkang kekhalifahan
—> Memecat gubernur yang diangkat khalifah sebelumnya[13]
Daftar Pustaka
Mufrodi, Ali, Islam Di Kawasan Budaya Arab, (Jalarta: Logos, 1997).
Syalabi, A, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta:
Pustaka Alhusna, 1990).
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 1993).
[2]
A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1990), 226.
[3]
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Budaya Arab, (Jalarta: Logos, 1997), 45.
[4]
A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1990), 266-267.
[5]
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
221-232.
[6]
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 251-253.
[8]
A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1990), 266-271.
[9]
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Budaya Arab, (Jalarta: Logos, 1997), 60.
[10]
A. Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Alhusna,
1990), 281-297.
[11]
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Budaya Arab, (Jalarta: Logos, 1997), 66.
[12]
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Budaya Arab, (Jalarta: Logos, 1997),
293-295.
Comments