MASA ABBASIYAH

BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA ABBASIYAH

Pada masa Dinasti Abbasiyah, peradaban Islam mencapai masa keemasannya. Akademi-akademi yang mirip Universitas modern didirikan di Baghdad, Mosul, Basrah, Nishapur, dan Khurasan. Pusat-pusat pendidikan lainnya berkembang dari semenanjung Iberia sampai India barat laut.

Pendidikan pada masa Dinasti Abbasiyah kebanyakan masih menfokuskan diri terhadap kajian keagamaan, seperti hokum Islam dan tafsir. Sebagian besar buku-buku Yunani diterjemahkan ke bahasa Arab melalui bahasa Syiria atau Aramaik. Penerjemahan berlangsung dengan sangat lancer karena kosa kata bahasa Arab yang sangat fleksibel mempermudah para penerjemah untuk mencatat padanan kata yang sesuai dengan maksud sang penulis.

Periode terbesar kemajuan ilmu pengetahuan islam terjadi pada abad ke-10 dan ke-11 M. meskipun demikian dasar-dasar ilmu pengetahuan sesungguhnya telah diletakkan oleh generasi-generasi sebelumnya, yaitu pada periode awal dinasti Abbasiyah saat penguasa-penguasa Bani Abbas masih memiliki kekuasaan yang melimpah.

Salah satu factor yang mendorong cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam adalah ditemukannya teknologi pembuatan kertas. Penemuan ini memberikan dampat yang sangat besar pada penyebaran ilmu pengetahuan. Teknologi ini kemudian segera diikuti oleh munculnya percetakan.

Perkembangan pengetahuan kimia menyebabkan ditemukannya bahan celup tekstil, tinta pada keramik, dan campuran logam dekoratif yang digunakan dalam pembuatan barang-barang logam. Sementara itu, dalam bidang matematika, orang islam berhasil menenukan angka nol.

Aljabar atau yang dalam bahasa Arab disebut al-jabr (perbaikan terhadap ilmu ukur geometri), trigonometri analitis, dan trigonometri bola adalah penemuan baru oleh ilmuan-ilmuan islam.

Karya terlengkap yang membahas tentang aljabar adalah kita al- jabr wa al-muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi. Karya ini ditulis pada seperempat pertama abad ke-9 M dan dianggap sebagai karya paling terkemuka dalam sejarah perkembangan ilmu matematika.

Pada paruh abad kedua ke-9 M, Ilmuwan arab Qusta bin Luqa al-Ba’labakki menerjemahkan tujuh buku aritmatika karya Diophantus untuk kali pertama ke dalam bahasa arab.

Selain itu, ketertarikan yang mendalam terhadap cahaya dan ilmu optic membawa para ilmuwan islam untuk menghitung ketebalan atmosfer bumi dengan ketepatan yang sangat menakjubkan. Pada ilmuwan islam telah menginterpretasikan bahwa system tata surya berpusat pada matahari, bukan pada bumi,. Pendapat ini bahkan telah dinyatakan oleh beberapa ilmuwan islam jauh sebelum itu.

Perkembangan teknoologi pada masa Abbasiyah memberikan kontribusi signifikan pada kesejahteraan masyarakat islam pada abad pertengahan. Mesin dan teknologi yang ditemukan berhasil meningkatkan produksi barang jadi sperti tekstil dn lain sebagainya.

Pada abad ke-9 dan Ibnu ar-Razzaz al-jazari sekitar tahun 1200 M. Karya-karya ini menjelaskan beberapa bentuk mekanik dan masih otomatis serta memuat diagram-diagram yang mengilustrasikan bagaimana bagian-bagian tersebut beroperasi. Sebagian mesin-mesin yang dibuat memiliki fungsi yang jelas dan didesain untuk kebutuhan social dan umum, seperti mesin penimba air.

Karya al-Jazari tentang automata merupakan buku pegangan mesin mekanis pertama yang menyediakan informasi lengkap tentang konstruksi mesin. Dalam buku ini juga dibuat ilustrasi secara artistic bagaimana mesin-mesin tersebut bekerja.

Dalam bidang kedokteran, aktivitas penelitian meningkat secara dramatis di masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Para khalifah memperkerjakan dokter-dokter Nestorian dari Gandishapur. Salah satunya adalah keluarga Baktishu, yang merupakan dokter terkenal hingga abad ke-11 M. selain itu, penerjemahan teks medis pun telah muncul sejak abad ke-9 M.

SISTEM PENDIDIKAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Pada masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ ar-Rasyidun, telah berkembang beberapa lembaga pendidikan Islam, seperti Dar al-Arqam, Masjid, Suffah, dan kuttab. Dar’ ar-Arqam adalah rumah seorang sahabat yang bernama al-Arqam, yang oleh Rasulullah SAW dijadikan tempat untuk menyampaikan ajaran agama Islam kepada para sahabatnya.

Dalam Islam, masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu pengetahuan. Bahkan pada masa Rasulullah SAW dan Khulafa’ ar-Rasyidun, masjid berfungsi sebagai fasilitas sosial dan politik. Masjid digunakan untuk menyelesaikan permasalahan individu dan masyarakat, menerima duta-duta asing, melakukan pertemuan-pertemuan di antara para pemimpin Islam, untuk bersidang memutuskan suatu perkara, dan lain sebagainya.

Suffah adalah rungan atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Model pembelajaran di suffah sudah mirip dengan sekolah, karena pengajaran dilakukan secara teratur dan sistematis. Masjid nabawi, misalnya, mempunyai suffah yang digunakan untuk majlis ilmu.

Kuttab sebenarnya telah ada sebelum agama Islam dating. Bangsa Arab mendirikannya untuk mendidik anak-anak mereka. Pada masa Rasulullah SAW, kuttab dijadikan sebagai tempat kaum muslimin belajar membaca dan menulis. Beliau meminta sahabat yang pandai baca-tulis untuk menularkan ilmunya kepad akaum muslimin secara sukarela.

Keempat model lembaga pendidikan ini terus berkembang hingga pada masa Dinasti Umayyah. Memasuki periode Dinasti Abbasiyah, barulam muncul model-model lembaga pendidikan baru yang lebih modern, mengikuti kebutuhan dan perkembangan zaman.

Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah seiring dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan. Lahir pula lembaga-lembaga pendidikanseperti perpustakaan (dar al-kutub), observatorium dan rumah sakit, masjid khan, serta ribat dan zawiyah, dan madrasah. Kelima lembaga pendidikan inilah yang mengantarkan Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya.

1. Perpustakaan (Dar al-Kutub)

Perputakaan memiliki peran yang sangat besar dalam mengantarkan Dinasti Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya. Perpustakaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat buku, tetapi juga sebagai tempat belajar-mengajar, saling bertukar informasi, dan berdiskusi.

Dalam rangka memajukan dunia pendidikan dan keilmuan, mulai dari khalifah, gubernur, hingga penguasa local pada masa Dinasti Abbasiyah mendirikan lembaga yang dinamakan Baitul Hikmah atau Khizanah al-Hikmah atau sawawin al-Hikmah. Lembaga-lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat penerjemahan, penulisan naskah, dan penerbitan buku. Banyak ilmuwan, guru, dan ulama yang mengabdikan dirinya bagi perkembangan ilmu pengetahan di Baitul Hikmah.

Selain perpustakaan, ada pula yang disebut dengan mahal al-waraqah, yang secara harfiyah dapat diartikan sebagai tempat kertas. Pada masa itu mahal al-waraqah berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban. Aktivitas utamanya adalahmembuat naskah dan menulis kaligrafi buku.

2. Observatorium dan Rumah Sakit

Pada masa Dinasti Abbasiyah, observatorium dan rumah sakit digunakan sebagai tempat penelitian dan pembelajaran, disamping tempat pengobatan. Para Khalifah, Sultan, dan Amir mendirikan observatorium dan rumah sakit untk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Di Baitul Hikmah dibangun observatorium untuk mentransformasikan sebagai ilmu pengetahuan klasik ke dalam dunia Islam. Salah seorang ilmuwan terkemuka yang ditunjuk oleh Khalifah al-Ma’mun untuk bekerja di observatorium adalah al-khawarizmi, seorang ahli matematika yang sangat brilian.

3. Masjid Khan

Masjid adalah tempat pertama yang digunakan oleh umat Islan untuk melakukan proses pembelajaran. Dalam perkembangannya, bangunan masjid ternyata tidak cukup untuk menampung orang-orang yang belajar. Proses pendidikan tidak maksimal, dan orang-orang yang sedang beribadah pun terganggu oleh banyaknya para penuntut ilmu.

Guna mengatasi meningkatnya jumlah para pelajar, penguas aDinasti Abbasiyah membangun ruang belajar disamping masjid. Selain berfungsi sebagai sarana belajar-mengajar, bangunan ini juga digunakan sebagai asrama bagi penuntut ilmu. Bagunan masjid yang dilengkapi dengan fasilitas belajar-mengajar inilah yang kemudian disebut dengan Masjid Khan.

4. Ribat dan Zawiyah

Secara harfiyah, ribat berarti benteng. Dalam perkembangannya, ribat yang semula adalah benteng menjadi tempat belajar-mengajar. Penggunaan ribat sebagai tempat belajar dipelopori oleh penganut tasawuf. Mereka menggunakan ribat sebagai tempat untuk menjahui kehidupan duniawi dan berkonsentrasi dalam ibadah.

Di dalam ribat biasanya tingal seorang syekh yang terkenal dengan kesalehan dan ketinggian ilmunya. Para penuntut ilmu biasany akan berbondong-bondong mendatangi ribat yang memiliki seorang syekh terkenal. Ditempat ini mereka akan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tasawuf.

5. Madrasah

Madrasah adalah hasil evolusi dari Masjid Khan sebagai lembaga pendidikan dan pusat ilmu pengatahuan. Masjid Khan dipandang tidak mampu lagi menampung jumlah murid yang menuntut ilmu. Betapapun besarnya,fungsi masjid Khal adalah sebagai tempat ibadah.

Kondisi tersebut mendorng lahirnya model lembaga pendidikan baru, yakni madrasah. Madrasah adalah lembaga pendidikan Islam yang lebih maju, yang dilengkapi dengan kurikulum yang lengkap. Bangunannya terpisah dari masjid, meskipun masih berada dalam lingkungan yang sama.

Madrasah dianggap sebagai solusi atas terjadinya konflik antara kepentingan pendidikan dan ketenangan beribadah.

Madrasah dengan cepat berkembang dalam dunia Islam. Perkembangan ini didorong oleh beberapa factor. Pertama, munculnya halaqah-halaqah (lingkaran belajar) dimasjid-masjid untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Dalam prosesnya, pembelajaran seperti ini sering kali diwarnai oleh diskusi dan perdebatan yang dapat menganggu orang yang sedang beribadah. Oleh karena itu, munculah ide untuk memindahkan halaqah-halaqah itu keluar masjid.

Kedua, dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum, maka diperlukan ruang belajar yang lebih besar untuk menampung murid-murid.

Ketiga, perkembangan pesat ajaran Syiah pada abad ke-4H. melalui gerakan politik dan ilmu pengetahuan, Syiah berkembang diseluruh penjuru dunia. Mereka secara aktif dan sistematis menyebarkan ide-idenya melalui lembaga-lembaga pendidikan. Kondisi ini mendorong kelompok Sunni mendirikan madrasah-madrasah yang oleh ulama fikih digunakan sebagai tempat mengembangkan sekaligus mempertahankan ajaran Sunni atau Ahlussunah wal Jamaah.

Keempat, ketika bani Saljuk menjadi kelompok yang paling berpengaruh dalam Dinasti Abbasiyah, mereka memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan masyarakat. Mereka membangun madrasah-madrasah untuk menarik simpati masyarakat agar kekuasaan mereka semakin kuat. Mereka melengkapi madrasah dengan fasilitas lengkap dan menggaji guru guru serta staf secara layak dengan menggunakan uang Negara.

Kelima, para penguasa mendirikan madrasah sebagai media “pencucian doasa dan pertobatan”. Dengan membangun madrasah mereka berharap mendapat ampunan dari Allah SWT. Mereka sadar bahwa mereka telah banyak melakukan kemaksiatan dengan kekayaan yang mereka miliki.

Kurikulum Pendidikan Pada Masa Abbasiyah
Sejak awal kekuasaannya, Dinasti Abbasiyah sangat memperhatikan perkembangan pendidikan. Hamper diseluruh wilayah Islam berdiri berbagai macam lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga tersebut tersebar di perkotaan dan perdesaan.

Perkembangan lembaga pendidikan yang demikian maju pada masa Dinasti Abbasiyah telah disertai dengan penataan kurikulum yang baik. Ketika itu terdapat dua jenis kurikulum dimadrasah-madrasah : kurikulum pendidikan rendah dan kurikulum pendidikan tinggi. Kurikulum pendidikan rendah bentuknya bervariasi, tergantung pada tingkat kebutuhan masyarakat. Namun secara umum kurikulum yang diajarkan ketika itu adalah belajar membaca, menulit, tata bahasa, hadits, prinsip-prinsip dasar matematika, dan syair. Selain itu ada pula yang menambahkan pelajaran nahwu dan cerita-cerita kepahlawanan Islam.bahkan ada kurikulum yang sebatas menghafal Al-Qur’an dan menkaji dasar-dasr ajaran Islam.

Kurikulum pendidikan tinggi dibagi menjadi dua jurusan : jurusan ilmu-ilmu agama dan jurusan ilmu pengetahuan umum. Kurikulum agama terdiri dari fikih, nahwu, kalam, kitabah, dan lain-lain. Sedangkan kurikulum umum terdiri dari matematika, logika, ilmu angka-angka, geometri, astronomi, music, aritmatika, hukum-hukum geometri dan sebagainya.

Sekolah-sekolah pada masa Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi beberapa tingkatan : sekolah tingkat rendah, sekolah tingkat menengah, dan perguruan tinggi. Sekolah tingkat rendah berlangsung di kuttab. Sekolah tingkat menengah diadakan di masjid. Dan pendidikan tinggi dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti Baitul Hikmah di Baqhdad dan Dar al-Ilm di Kairo, Mesir.


KEMAJUAN DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN

Keberahasilan umat Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan sains dan peradaban Islam secara menyeluruh, tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung. Di anataranya adalah kebijakan politik pemerintah Bani Abbasiyah terhadap masyarakat non Arab ( Mawali ), yang memiliki tradisi intelektual dan budaya riset yang sudah lama melingkupi kehidupan mereka. Meraka diberikan fasilitas berupa materi atau finansial dan tempat untuk terus melakukan berbagai kajian ilmu pengetahuan malalui bahan-bahan rujukan yang pernah ditulis atau dikaji oleh masyarakat sebelumnya. Kebijakan tersebut ternyata membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang membawa harum dinasyi ini.
Dengan demikian, banyak bermunculan banyak ahli dalam bidang ilmu pengetahaun, seperti Filsafat, filosuf yang terkenal saat itu antara lain adalah Al Kindi ( 185-260 H/ 801-873 M ). Abu Nasr al-faraby, ( 258-339 H / 870-950 M ) dan lain-lain.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban islam juga terjadi pada bidang ilmu sejarah, ilmu bumi, astronomi dan sebagainya. Dianatar sejarawan muslim yang pertama yang terkenal yang hidup pada masa ini adalah Muhammad bin Ishaq ( w. 152 H / 768 M ).

KEMAJUAN DALAM ILMU AGAMA ISLAM

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang berlangsung lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ), dicatat sebagai masa-masa kejayaan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam ini, khususnya kemajuan dalam bidang ilmu agama, tidak lepas dariperan serta para ulama dan pemerintah yang memberi dukungan kuat, baik dukungan moral, material dan finansia, kepada para ulama. Perhatian yang serius dari pemeruntah ini membuat para ulama yang ingin mengembangkan ilmu ini mendapat motivasi yang kuat, sehingga mereka berusaha keras untuk mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam. Dianata ilmu pengetahuan agama Islam yang berkembang dan maju adalah ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih dan tasawuf[1]


Perkembangan Ilmu dan Ilmuwan yang berpengaruh pada masa Dinasti Bani Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari para ilmuwan. Sebab pemerintahan dinasti abbasiyah telah menyiapkan segalanya untuk kepentingan tersebut. Diantara fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti baitul hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study lainnya.

Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang antara lain:

a. Filsafat

Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti bani abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiuria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.

b. Ilmu Kalam

Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain.

c. Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.

d. Ilmu Kimia

Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari cara spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.

e. Ilmu Hisab

Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhand asar pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap pembangunan semua sudut harus dihitung denga tepat, supaya tidak terdapat kesalahan dalam pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Tokohnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.

f. Sejarah

Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu, misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq

g. Ilmu Bumi

Ahli ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-9 M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab.

h. Astronomi

Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi.

Selain ilmu pengetahuan umum dinasti abbasiyah juga memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan antara lain:

a. Ilmu Hadis

Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i.

b. Ilmu Tafsir

Terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pertama, metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan penjelasan para sahabat. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu penafsiran al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada hadits. Diantara tokoh-tokoh mufassir adalah imam al-Thabary, al-sud’a muqatil bin Sulaiman.

c. Ilmu Fiqih

Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini misalnya, imam Abu Hanifah menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau fiqih al-akbar, imam malik menyusun kitab al-muwatha’, imam syafi’I menyusun kitab al-Umm dan fiqih al-akbar fi al tauhid, imam ibnu hambal menyusun kitab al musnad ahmad bin hambal.

d. Ilmu Tasawuf

Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal yaitu Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah ihya ulum al-din.[2]

Kemajuan dalam bidang pendidikan. Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan. Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.[3]

Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Pada waktu itu, kurikulum yang terdapat di lembaga pendidikan Islam tidak menawarkan mata pelajaran yang bermacam-macam. Dalam suatu jangka waktu, pengajaran hanya penyajikan satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Sesudah materi tersebut selesai, baru ia diperbolehkan mempelajari materi yang lain, atau yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya pada tahap awal siswa diharuskan belajar baca-tulis, berikutnya ia belajar berhitung dan seterusnya.[4]

Kesimpulan


Dinasti abbasiyah berkuasa sejak tahun 132 H – 656 H.

Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronom.

Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf.



DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedia, Peradaban Islam Baghdad, Tazkia Publising, Cet. I Februari 2012

http://spik13.blogspot.com/2008/04/dinasti-abbasiyah_21.html

http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/sejarah-dinasti-abbasiyah.html diakses pada tanggal 13 Desember 2012

http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/sejarah-berdirinya-dinasti-abbasiyah.html diakses pada tanggal 13 Desember 2012

http://umyamief.blogspot.com/2011/03/model-kurikulum-pada-masa-dinasti.html diakses pada tanggal 13 Desember 2012



[1] http://spik13.blogspot.com/2008/04/dinasti-abbasiyah_21.html


[2] http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/sejarah-dinasti-abbasiyah.html diakses pada tanggal 13 Desember 2012


[3] http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/sejarah-berdirinya-dinasti-abbasiyah.html diakses pada tanggal 13 Desember 2012


[4] http://umyamief.blogspot.com/2011/03/model-kurikulum-pada-masa-dinasti.html diakses pada tanggal 13 Desember 2012

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki