Perilaku Agresi Pada Anak Pengamen Kreta Jalanan Di Kota Mojokerto
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada saat ini anak
jalanan menjadi fenomena sosial yang sangat penting dalam kehidupan kota besar.
Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai cermin kemiskinan kota, atau suatu
kegagalan adaptasi terhadap kehidupan dinamis kota besar (Departemen Sosial RI,
2005). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia tahun 1998 memperlihatkan bahwa anak jalanan secara nasional
berjumlah sekitar 2,8 juta anak. Dua tahun kemudian, tahun 2000, angka tersebut
mengalami kenaikan sekitar 5,4%, sehingga jumlahnya menjadi 3,1 juta anak. Pada
tahun yang sama, anak yang tergolong rawan menjadi anak jalanan berjumlah 10,3
juta anak atau 17, 6% dari populasi anak di Indonesia, yaitu 58,7 juta anak
(Departemen Sosial RI, 2004). Bagi anak-anak, jalanan bukanlah lingkungan yang
baik untuk tumbuh dan berkembang karena jalanan lebih banyak memberikan hal
negatif dibandingkan hal positif.
Resiko yang mereka alami di jalanan adalah
penyiksaan fisik, kecelakaan lalu lintas, ditangkap polisi, korban kejahatan,
penggunaan obat, konflik dengan anakanak jalanan lain, dan terlibat dalam
pelanggaran hukum baik sengaja ataupun tidak (Agustian dan Prasadja, 2000). Di
jalanan anak-anak rawan terhadap gangguan kesehatan baik fisik maupun mental
yakni merubah karakter (sikap) anak menjadi sangat agresif, suka baku hantam,
sering usil, suka berbicara kotor, dan lain-lain. Menurut Krahe (2005), emosi
sebagai fungsi psikis selain diperoleh dari lahir juga dipengaruhi oleh
lingkungan. Jenis-jenis stimulasi aversif seperti ketakutan, kesakitan fisik,
atau ketidaknyamanan secara psikologis melalui kemampuannya menimbulkan emosi
negatif dapat memicu agresi, yaitu keinginan untuk menyakiti atau melukai orang
lain. Maka ketidakmampuan mengendalikan emosi menjadikan anak berperilaku
agresif sehingga tidak mampu bersosialisasi dengan baik, bahkan bersifat
antisosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, maka rumusan
masalah yang muncul adalah sebagai berikut: ”Bagaimana
perilaku
agresi pada pengamen jalanan?”
C. Tujuan Penelitian
Peneliti menetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui
Perilaku agresi pada pengamen
jalanan.
D.
Landasan Teori
A. Teori-teori Agresi
Teori
tentang agresi terbagi dalam beberapa kelompok (dalam Sarwono, 2002)
yaitu:
-
Teori
Bawaan.
Teori
Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa
1)
Teori Naluri.
Freud
dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa
agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia.
Naluri agresi atau tanatos
ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri
seks berfungsi untuk melanjutkan keturunan sedangkan
naluri agresi berfungsi
mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut berada dalam
alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari
kepribadian yang disebut
Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti
(prinsip kesenangan atau Pleasure Principle) dan
terletak pada bagian lain
dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang mewakili
norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego yang
berhadapan dengan
kenyataan.
-
Teori
Lingkungan.
Inti dari teori lingkungan
adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di
lingkungan.
1)
Teori
Frustrasi-Agresi Klasik,
yaitu agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi artinya
adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut, agresi merupakan
pelampiasan dari perasaan
frustrasi.
2)
Teori
Frustrasi-Agresi Baru,
Yaitu frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi,
kondisi marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika
sumber frustrasi dinilai mempunyai alternatif perilaku
lain daripada yang
menimbulkan frustrasi itu.
3)
Teori Belajar
Sosial,
yaitu
lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan
bahwa perilaku agresi, perbuatan
yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan
sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial.
Bandura
menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada
individuindividu hanya
dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan
oleh orang lain atau model yang diamatinya, walaupun
hanya sepintas dan tanpa
penguatan.
-
Teori Kognitif.
Teori
kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran
dalam membuat penggolongan (kategorisasi), pemberian
sifat-sifat (atribusi),
penilaian, dan pembuatan keputusan.
B. Jenis-jenis Agresi
Myers
(dalam Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu agresi
rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) dan
agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression). Agresi rasa benci atau
agresi
marah (hostile aggression) adalah ungkapan kemarahan
dan ditandai dengan emosi
yang tinggi dimana perilaku agresi ini adalah tujuan agresi itu sendiri.
Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku
dan pelaku memang tidak peduli
jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada
manfaat. Agresi instrumental (instrumental aggression) pada
umumnya tidak disertai emosi,
bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan
pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk
mencapai tujuan lain, misalnya:
seorang preman yang memukuli pemilik toko untuk memungut uang
paksa bagi organisasinya
Menurut Atkinson (1999) ada beberapa jenis perilaku
agresi yaitu:
a)
Agresi
instrumental, yaitu: agresi yang ditujukan untuk membuat
penderitaan kepada korbannya dengan menggunakan
alat-alat baik benda ataupun
orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa
agresinya, misalnya: orang melakukan penyerangan atau
melukai orang lain dengan
menggunakan suatu benda atau alat untuk melukai lawannya.
b)
Agresi verbal,
yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara
verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor
atau kata-kata yang dianggap
mampu menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung
perasaan atau membuat orang lain menderita.
c)
Agresi fisik,
yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh individu yang mengalami agresi
tersebut, misalnya:
agresi yang pada perkelahian, respon menyerang muncul
terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup
maupun objek yang mati.
d)
Agresi
emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai
pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang
yang tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka, misalnya:
karena keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan.
Agresi
ini dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau
kemarahan, tetapi agresi ini
hanya sebagai keinginan-keinginan (bersifat terpendam), misalnya:
individu akan merasa terluka jika individu lain tidak
menghargai dirinya secara
langsung, seperti orang yang memegang kepala orang lain, orang
yang dipegang kepalanya akan merasa tersinggung.
e)
Agresi
konseptual, yaitu: agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang
disebabkan oleh ketidak berdayaan untuk melawan baik verbal maupun
fisik. Individu yang marah menyalurkan agresinya
secara konsep atau saran-saran
yang membuat orang lain menjadi ikut menyalurkan agresi,
misalnya: bentuk hasutan, ide-ide yang menyesatkan
atau isu-isu yang membuat
orang lain menjadi marah, terpukul, kecewa ataupun menderita.
- Dimensi Perilaku Agresi
Buss
(dalam Morgan, 1989) menyatakan bahwa perilaku agresi dapat
digolongkan menjadi tiga dimensi, yaitu: fisik-verbal,
aktif-pasif dan secara langsung-tidak
langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada perbedaan
antara menyakiti fisik (tubuh) orang lain dan
menyerang dengan kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif adalah pada perbedaan antara tindakan
nyata dan kegagalan
untuk bertindak, sedangkan agresi langsung berarti kontak face to face
dengan orang yang diserang dan agresi tidak langsung
terjadi tanpa kontak dengan orang yang diserang. Kombinasi dari ketiga dimensi ini menghasilkan suatu framework untuk mengkategorikan
berbagai bentuk perilaku agresi, yaitu:
1.
Perilaku Agresi
Fisik Aktif Langsung
Tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok
dengan cara berhadapan
secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi
targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung.
2. Perilaku Agresi Fisik Aktif
Tak
Langsung
Tindakan
agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara
tidak berhadapan secara langsung dengan
individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.
3. Perilaku Agresi Fisik
Pasif Langsung
Tindakan
agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan
cara berhadapan dengan individu/kelompok lain yang
menjadi targetnyanamun tidak terjadi kontak fisik secara langsung.
4. Perilaku Agresi Fisik Pasif Tak
Langsung
Tindakan
agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan
cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi
targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara
langsung.
5. Perilaku Agresi Verbal Aktif
Langsung
Tindakan
agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain
dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individu/kelompok lain.
6. Perilaku Agresi Verbal Aktif Tak
Langsung
Tindakan
agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain
dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain
yang menjadi targetnya.
7. Perilaku Agresi Verbal Pasif Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh
individu/kelompok dengan cara
berhadapan langsung dengan individu/kelompok lain namun tidak
terjadi kontak verbal secara langsung.
8.
Perilaku Agresi
Verbal Pasif Tak Langsung
Tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok
dengan
cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok lain
yang menjadi targetnya
dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung
Murray (dalam Nurmaliah 1995) mengelompokan
bentuk-bentuk perilaku agresi menjadi tiga yaitu:
1.
Bentuk emosional
verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun
tidak, seperti marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mengkritik di
depan umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan, dan
menuduh secara jahat.
2.
Bentuk fisik
bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka
mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, membalas dendam terhadap
penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas
orang yang melakukan penyerangan.
3. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial),
meliputi perbuatan perampokan, menyerang, membunuh, melukai, berkelahi tanpa
alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan pengrusakan yang berlebihan,
menentang otoritas resmi, melawan atau menghianati negara dan perilaku
kekerasan secara seksual.
- Faktor penyebab perilaku agresi
Menurut
Koeswara (1998), faktor penyebab remaja berperilaku agresi bermacam-macam,
sehingga dapat dikelompokkan menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor
situasional, faktor hormon, alkohol, obat-obatan (faktor yang berasal dari luar
individu ) dan sifat kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu),
yaitu :
a.
Penyebab
sosial
1.
Frustasi, yakni
suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu
yang diinginkannya, dari frustasi maka akan timbul perasaan-perasaan agresif
2.
Profokasi, yaitu
oleh pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan
respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh ancaman tersebut.
3.
Melihat
model-model agresif Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkan agresi pada
seorang anak, makin banyak menonton kekerasandalam acara TV makin besar tingkat
agresif merekka terhadap orang lain, makin lama mereka menonton,makin kuat
hubungannya tersebut.
b.
Penyebab
dari lingkungan
1.
Polusi Udara,
bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresi tetapi
tiodak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
2.
Kesesakan
(crowding), meningkatkan kemungkinan untuk perilaku agresif terutama bila sering timbul kejengkelan,
iritasi, dan frustasi karenanya.
c.
Penyebab
situasional
1.
Bangkitan
seksual yaitu film porno yang “ringan“
dapat mengurangi tingkat agresif, film porno yang “keras” dapat menambah
agresif.
2.
Rasa nyeri dapat
menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk melukai atau mencelakakan orang lain.
Dorongan itu kemudian dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.
d.
Alkohol dan
obat-obatan
Ada
petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek
yang menerima alkohol dalam takara-takaran yang tinggi menunjukkan taraf
agresifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima
alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkhohol dapat
melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf agresifitas juga tinggi.
e.
Sifat
kepribadian
Menurut
Baron ( dalam Koeswara, 1988 ) setiap individu akan berbeda dalam cara
menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa
ynag memiliki sifat karakteristik yang berortientasi untuk menjauhkan diri dari
pelanggaran-pelanggaran.
Menurut
David O Sears 1985 meyebutakan faktor penentu perilaku agresif yang utama
adalah rasa marah dan proses belajar respon agresif. Proses belejar ini bisa
terjadi langsung terhadap respon agresif atau melalui imitasi.
Menurut Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.
Faktor
biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi
perilaku agresif yaitu:
Gen
Gen tampakya
berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif.
Sistem otak
Sistem otak yang
tidak terlibat dalam agersi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit
netral yang mengendalikan agresi.
Kimia darah
Kimia darah
(khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat
mempengaruhi perilaku agresi.
b.
Faktor
lingkungan
Yang
mempengaruhi perilaku agresi remaja yaitu :
Kemiskinan
Remaja
yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara
alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan
berlarut-larut terjadinya krisis ekonimi dan moneter menyebabkan pembengklakan
kemskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya
tingkat agresi semakin besar.
Anoniomitas
Terlalu
banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal,
artinya antara satu orang dengan orang lain tidal lagi saling mengenal. Lebih
jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identiras
diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri,
karena ia merasa tidak terikkat dengan norma masyarakat da kurang bersimpati
dengan orang lain.
Suhu udara
yang panas
Suhu
lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa
peningkatan agresi.
Kesenjangan
generasi
Adanya
perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya
dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan
seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak
diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
Amarah
Marah
merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya
disebabkan akarena adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau
mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada
perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan
biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka
terjadilah perilaku agresif.
Peran
belajar model kekerasan
Model
pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka
melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat
penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat
dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan
tersebut terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hali ini menjadi
sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.
Frustasi
Frustasi
terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan
salah satu cara merespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah
akibat dari frustasi yang behubungan dengan banyaknya waktu menganggur,
keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi
sulit sekali tercap[ai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berprilaku
agresi.
Proses
pendisiplinan yang keliru
Pendidikan
disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan
memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi
remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988). Pendidikan
disiplin seperti akn membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan
orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta
kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk
agresi kepada orang lain.
- Menangani Agresi
Perilaku agresi merupakan
salah satu masalah sosial, ini perlu segera ditangani secara serius. Terdapat
beberapa strategi untuk mengendalikan dan mengurangi prevalensi perilaku
agresi. Strategi itu di antaranya:
1.
Strategi
hukuman, yakni hukuman harus diberikan segera setelah perilaku agresi terjadi,
besarnya tingkat hukuman harus setimpal, hukuman harus diberikan setiap kali
perilaku agresi timbul.
2.
Strategi
katarsis, yakni memberi kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan
perilaku agresinya misalnya marah. Setelah melewati jangka waktu tertentu,
marahnya mereda dan ia akan berfikir tentang orang yang sebelumnya menyebabkan
marah atau terangsang melakukan perilaku agresi.
3.
Strategi
pengenalan terhadap model nonagresi, yakni meredakan suasana yang berpotensi
menimbulkan perilaku agresi ke arah yang lebih baik.
4.
Strategi
pelatihan keterampilan sosial, yakni mengekspresikan atau mengkomunikasikan
keinginan kepada orang lain.
Dalam
Surya (2004: 49 – 51) ada beberapa langkah pendekatan yang dapat kita lakukan
untuk mengantisipasi perilaku anak suka agresif, antara lain:
- Jika melihat anak secara langsung bersikap agresif terhadap temannya, berusahalah untuk mencegahnya dengan tanpa menyinggung perasaan anak.
- Kita harus memperlakukan anak dengan sabar, kita tidak boleh bersikap agresif menghadapi anak yang suka agresif.
- Dengarkan suara hati anak.
- Ajarkan pada anak cara bergaul dengan baik dan menyenangkan.
- Kita bisa mendampingi dan mengawasi anak saat bermain bersama teman atau saudaranya.
- Kita bisa membatasi jumlah teman bermain anak.
- Ciptakan suasana kebersamaan dalam keluarga.
- Damping anak ketika nonton TV
Dalam
(Sobur, 1987) dijelaskan bahwa untuk menanggapi sikap agresif anak-anak, kita
perlu melacak dua macam jalan keluarnya. Pertama, bagaimana mengurangi sikap
agresifnya pada saat ini. Sedangkan jalan keluar yang lebih berjangka panjang
adalah mencegah timbulnya sikap agresif dimasa yang akan datang. Apapun yang
dipilih untuk menyalurkan dorongan agresifnya ini, tetap berarti bahwa dorongan
agresif itu sendiri harus disalurkan dengan sebaik-baiknya. Perbuatan orangtua
untuk setiap kali menyuruh diam anak-anak yang sedang bertengkar, atau
menghukum anak setiap kali habis berkelahi dengan temannya adalah kurang
bijaksana.
E. ALAT
OBSERVASI
A.
Definisi
operasional
Pengertian
agresi
Agresi
adalah tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan untuk menyakiti makhluk hidup
lainnya yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Hal ini juga termasuk
dalam agresi manusia yang dimaksud adalah siksaan yang diarahkan secara sengaja
dari berbagai bentuk kekerasan terhadap orang lain. Dalam hal ini, jika
menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut
bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat tidakan medis misalnya,
walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat menyakiti
orang lain namun tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku
agresi.
Strickland
(2001) mengemukakan bahwa perilaku agresi adalah setiap tindakan yang diniatkan
untuk melukai, menyebabkan penderitaan, dan untuk merusak orang lain. Meskipun
agresi sering dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat fisik, namun sebenarnya
perilaku agresi yang ditujukan untuk memberikan kerugian secara psikologis
dapat pula disebut sebagai perilaku agresi. Ada 3 hal yang perlu diketahui
mengenai agresi, adalah sebagai berikut.
1.
Cara perilaku
agresi diperoleh
2.
Ganjaran dan hukuman yang berhubungan dengan
suatu perilaku agresi
3.
Faktor sosial
dan lingkungan yang memudahkan timbulnya perilaku agresi
Perilaku
agresi merupakan hasil dari interaksi dan banyak faktor, seperti pengalaman
masa lalu individu yang berkenaan dengan perilaku agresi, jenis-jenis perilaku
agresi yang mendapat ganjaran hukuman, dan variable lingkungan serta kognitif
sosial yang menjadi penghambat atau fasilitator bagi timbulnya perilaku agresi.
Menurut
Berkowitz (1995) perilaku agresif adalah suatu tindakan,ucapan baik secara
langsung maupun tidak langsung menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam
perilaku agresif terdapat unsur niat, atau unsur kesengajaan dalam melakukan perilaku yang merugikan orang
lain. Banyak faktor yang menjelaskan mengapa perilaku agresi bisa muncul.
Salah satunya adalah identitas sosial kelompok. Identitas sosial
merupakan atribut atau ciri-ciri yang melekat pada individu, yang berkaitan
dengan seting sosial.
Baron
dan Bryne (2000) mendefinisikan perilaku agresi sebagai suatu bentuk
perilaku yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya perilaku tersebut. Berdasarkan definisi
tersebut
didapat empat pengertian mengenai agresi, pertama
adalah agresi merupakan suatu
bentuk perilaku bukan emosi, kebutuhan atau motif kedua adalah si pelaku
agresi mempunyai maksud untuk mencelakakan korban yang
dituju, ketiga adalah korban
agresi yaitu makhluk hidup bukan benda mati, sedangkan yang keempat
adalah korban dari perilaku agresi ini tidak
menginginkan atau menghindarkan diri dari perilaku pelaku agresi.
Perilaku
agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilkau yang bertujuan
menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti
orang lain dalam diri seseorang.
Menurut
Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik yang
pertama, agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan,
menyakitkan, dan melukai orang lain. Karakteristik yang kedua, agresif
merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk
melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan
dengan sengaja. Karakteristik yang ketiga, agresi tidak hanya dilakukan untuk
melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis. (psikologis.).misalnya
melalui kegiatan yang menghina atu
menyalahkan.
Agresif
menurut Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1998) perilaku agresif adalah tingkah
laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau
objek-objek lain.
Menurut
Buss (dalam Morgan, 1989), perilaku agresi adalah suatu perilakuyang dilakukan
untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individuindividu
atau objek-objek yang menjadi sasaran perilaku
tersebut baik (secara fisik
atau verbal) dan langsung atau tidak langsung.
Menurut
Atkinson (1999), perilaku
agresi adalah perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau
merusak harta benda.
Menurut
Goble (1987) agresi adalah suatu reaksi terhadap frustrasi atau ketidakmampuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan
psikologis dasar dan
bukan naluri. Berdasarkan
beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditarik
kesimpulan secara umum bahwa perilaku agresi adalah
suatu bentuk perilaku yang
merupakan reaksi terhadap frustasi atau ketidakmampuan memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar yang ditujukan
untuk mencelakakan atau melukai
makhluk hidup atau benda mati baik secara fisik atau verbal, baik secara
langsung atau tidak langsung.
Pengertian Anak Jalanan
Anak
jalanan digambarkan sebagai kelompok masyarakat dengan tingkat stratifikasi
sosial rendah atau merupakan golongan bawah “grassroots” dengan status sosial
serta posisi kekuasaan/wewenang (power/autority) yang tidak jelas. Tidak
memiliki banyak akses ke sumber daya serta tidak memiliki kemampuan untuk
menjadi subjek (Ritzer dan Godman, 2004).
Pengertian
Anak jalanan atau sering juga disebut dengan gelandangan menurut beberapa tokoh
yang diantaranya adalah
a) Artidjo mengartikan anak jalanan atau
gelandangan sebagai orang yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian yang tetap dan layak atau mereka
sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, berkeliaran di
dalam kota dan makan minum disembarang tempat.
b) Sudarsono mengartikan anak jalanan
atau gelandangan adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap,yang secara yuridis tidak berdomisili yang otentik, disamping itu mereka
merupakan kelompok yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan layak menurut ukuran
masyarakat pada umumnya dan mereka sebagian besar tidak mengenal nilai-nilai
keluhuran.
Dari kedua pengertian
diatas mempunyai kemiripan arti tentang anak jalanan atau gelandangan yaitu
anak-anak yang sebagian masih dibawah umur yang tidak mempunyai tempat tinggal
tetap dan setiap hari berkeliaran dijalan-jalan setiap sudut kota dan kurang
memiliki etika sebagai mana anak-anak pada umumnya.
Menurut lisa (1996)
anak jalanan adalah anak-anak yang bekerja di jalanan. Studi yang dilakukan
oleh Soedijar (1989/1990) menunjukkan bahwa anak jalanan adalah anak yang
berusia antara 7-15 tahun yang bekerja di jalanan dan dapat mengganggu
ketentraman dan keselarnatan orang lain serta membahayakan dirinya sendiri.
a. Indikator
Perilaku
a.
Agresi fisik aktif
langsung, meliputi :
-
menendang
-
menodong
-
melempari korban
-
memukul
b.
Agresi fisik pasif langsung, meliputi
:
-
secara fisik mencegah orang lain memperoleh
tujuan atau tindakan yang diinginkan, Aksi diam / aksi mogok
c.
Agresi fisik aktif
tidak langsung , meliputi :
-
merusak harta milik
korban
-
Membuat perangkap untuk
orang lain
-
Memprovokasi
perkelahian
d.
Agresi fisik pasif
tidak langsung, meliputi :
-
tidak peduli,
-
masa bodoh/ menolak
melakukan tugas-tugas yang seharusnya,
e.
Agresi verbal aktif
langsung, meliputi
:
-
Berteriak
-
Menghina
-
mengumpat.
f.
Agresi verbal pasif
langsung, meliputi :
-
menolak berbicara
kepada orang lain dan
-
menolak menjawab
pertanyaan orang lain,
g.
Agresi verbal aktif
tidak langsung, melputi :
-
menyebar fitnah
-
mengadu domba
h. Agresi
verbal pasif tidak langsung, meliputi
:
-
tidak mau membuat
komentar verbal (misal:menolak berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila
dia dikritik secara tidak adil)
b. Lembar
Observasi
1)
Criteria
observasi pada perilaku ADHD ini mengarah pada skala pengukuran Likert (Azwar,
2003: ). Adapun gambaran criteria penilaian (skor) ini adalah :
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang = 2
Tidak pernah = 1
2)
Terlampir
F. Subjek/ klien
A. Data
Klien
Keterangan
Umum
-
Nama Lengkap : Eky Dea Yannuarsah
-
Alamat Lengkap : jl Ngaglik 1 no 8
-
Nomor Telepon Rumah : 085733812853
-
Jenis Kelamin : laki-laki
-
Tempat dan Tanggal
Lahir : Januari 19 1993
-
Nama Ibu : Erma C.H
-
Nama Ayah : Subagyo
B. Riwayat
Kasus
Saat
kehamilan subjek dulu, ibunya menjaga kondisi kesehatan dan asupan makan yang baik sehingga
subjek dapat terlahir dengan keadaan yang normal tanpa ada gangguan, subjek di
lahirkan saat usia kandungan 9 bulan. Akan tetapi semasa ibunya mengandung
ibunya sering mendapatkan perlakuan yang kasar dari ayahnya baik itu perlakuan
verbal maupun non verbal karena ayahnya tergolong orang yang emosional.
Saat subjek berusia 2 tahun subjek sudah di perlakukan kasar oleh
ayahnya, subjek di pukuli hanya gara-gara subjek salah membelikan rokok
ayahnya. Ayahnya selalu berperilaku kasar terhadap subjek baik itu perlakuan
verbal maupun non verbal dan sikap kasar yang di lakukan ayahnya itu tidak
hanya di lakuakan terhadap subjek tetapi di lakukan terhadap semua keluarganya.
Sejak kecil subjek sudah didik dengan perilaku-perilaku kasar yang
diberikan oleh ayahnya, sehingga subjek memiliki dendem pribadi dengan ayahnya,
dan subjek berpikiran jika nanti kelak subjek sudah dewasa subjek akan membalas
perbuatan yang dilakukan ayahnya selain itu subjek juga membenci ayahnya karena
sejak subjek kecil sampai dewasa seperti sekarang subjek tidak pernah diberi
nafkah oleh ayahnya hanya ibunya yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Pada saat subjek duduk di bangku smp subjek melihat orang tuanya
bertengkar sampai ayahnya menampar ibunya, subjek merasa tidak suka dengan
perlakuan ayahnya sehingga subjek
memukuli ayahnya dan megajak ayahnya berkelahi. Dari situ sudah muncul
sikap-sikap agresi yang terentuk oleh pola asuh orang tuanya. Dan subjek juga
pernah terlibat tawuran pelajar saat
subjek duduk di bangku kelas 2 SMP.
Saat subjek duduk di bangku SMA subjek baru mengenal dunia-dunia
anak jalanan. Awalnya karena subjek merasa di kecewakan oleh pasangannya
sehingga subjek tidak pernah masuk sekolah dan membolos, saat membolos itulah
subjek bertemu dengan salah satu anak jalanan yang biasa mengamen di kereta
subjekpun di ajak untuk ikut mengamen, awalnya subjek ikut hanya untuk
mencoba-coba dan menghibur hatinya, tetapi setelah berjalan lama subjek mulai
tidak bisa meninggalkan dunia jalanan dan sekolahnyapun di abaikan akan tetapi
subjek bisa lulus SMA. Dan sampai sekarang subjek masih menjadi pengamen
jalanan di kereta walaupun subjek tergolong orang yang cukup akan tetapi subjek
memang sudah terlanjur merasakan kesenangan dunia jalanan sehingga tidak bisa
untuk meninggalkannya.
Dan saat subjek ikut dunia anak jalan, subjek juga pernah terlibat
dalam tawuran antara kelompok pengamen sehingga menimbulkan korban meninggal.
Kini subjek juga masih dominan berperilaku agresi baik itu dengan teman maupun
dengan orang tuanya terutama dengan ayahnya, subjek belum mampu mengontrol
emosinya dengan baik sehinnga ketika subjek tersulut emosi subjek selalu
meluapkan emosinya dengan berperilaku agresi baik itu verbal maupun non verbal.
Selain itu lingkungan subjek yang notabenya adalah lingkungan
orang-orang yang memiliki perilaku kurang baik juga mampu mendorong tindakan
agresi yang di lakukan oleh subjek, karena subjek banyak menghabiskan waktunya
bersama teman-teman pengamen jalannan. Di lingkungan anak-anak pengamen jalanan
itu subjek belajar tentang kerasnya hidup di jalanan sehinnga akhirnya membentuk kepribadian yang kurang baik.
Saat berinteraksi dengan teman-teman anak pengamen jalanan baik itu
anak yang se usia dengannya ataupun yang lebih tua dengannya subjek mampu
berinteraksi dengan baik, tetapi terkadang saat subjek berinteraksi dengan
orang-orang umum sikap berinteraksi yang negatif dengan teman-teman jalanan
masih terbawa, karena subjek telah terbiasa dalam kesehariannya.
Mengumpat dan berkata-kata kotaor sudah merupakan hal biasa bagi
subjek dan teman-temannya. Karena setiap harinya mereka mereka melakukan itu
tanpa ada rasa bersalah ataupun penyesalan saat mengucapkan / melakukannya.
Menurut observasi kami subjek memang terpengaruh oleh lingkungan di sekitar
subjek yang memang mayoritas berperilaku negative.
C.
Riwayat
perkembangan
Dalam riwayat lahir, lama kehamilan ibu subjek selama
9 bulan dan memiliki berat saat lahir 4,3 kg. tidak ada komplikasi saat
kehamilan, tidak memilki masalah kesehatan saat lahir seperti sakit kuning,
sulit bernafas, cacat saat lahir atau yang lainnya.. Ibu subjek juga tidak
mengkonsumsi obat secara rutin. Sejak kecil
subjek selalu kooperatif, mainan favoritnya adalah bola,
yang selalu ia mainkan bersama teman sebayanya. Subjek
juga dapat melakukan perkembangan yang normal pada saat pranatal – masa anak
sekolah seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html):
A. Masa bayi dan anak-anak
1. Belajar berjalan
2. Belajar mekan makanan padat
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan
kotoran tubuh
5. Mencapai stabilitas fisiologik
6. Membentuk pengertian sederhana tentang
realitas fisik dan sosial
7. Belajar kontak perasaan dengan orang tua,
keluarga, dan orang lain
8. Belajar mengetahui mana yang benar dan
yang salah serta mengembangkan kata hati
B. Masa Anak Sekolah
1. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
2. Pembentukan sikap yang sehat terhadap
diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
3. Belajar bergaul yang bersahabat dengan
anak-anak sebaya
4. Belajar peranan jenis kelamin
5. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan
membaca, menulis, dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati moralitas dan
skala nilai-nilai
8. Belajar membebaskan ketergantungan diri
9. Mengembangkan sikap sehat terhadap
kelompok dan lembga-lembaga
Dan pada usia sekarang
yaitu 19 tahun dilihat dari Dalam
riwayat perkembangan subjek, subjek dapat menerima fisiknya sendiri berikut keragaman
kualitasnya. Subjek juga mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau
figur-figur yang mempunyai otoritas.. Subjek mampu bergul dengan teman sebaya
atau orang lain secara wajar, subjek mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian
diri (sikap dan perilaku) kekanak-kanakan. Dan memperluas hubungan antara
pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik
laki-laki maupun perempuan.
Akan
tetapi, Subjek masih belum bisa mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal dengan baik karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi. Terkadang subjek tidak
memiliki self confidence saat bertemu dengan orang-orang baru karena subjek
merasa berada di kaum minoritas karena setatusnya sebagai pengamen jalanan. Subjek tidak bisa
berperilaku bertanggung jawab secara sosial itu terlihat ketika subjek
melakukan corat-coret di dinding rumah warga, dan tidak ada niat untuk meminta
maaf. Subjek juga tidak bisa
memilih dan memikirkan pekerjaanya karena subjek lebih senang menjadi pengamen. Walaupun tingkat
kereligiusitasannya belum begitu matang tetapi subjek terkadang masih bisa mengingat
ajaran agamanya
seperti contohnya
ikut melaksanakan shalat jum’at berjama’ah.
Subjek
belum mempunyai pikiran untuk membentuk keluarga. Kadang-kadang subjek belum mampu untuk
mengontrol diri terhadap nilai-nilai dan
falsafah hidup.
D.
DIAGNOSA
Dilihat
dari daftar riwayat lahir dan riwayat perkembangan, subjek dapat berkembang
dengan baik. Akan tetapi pada riwayat perkembangan pada umur 19 tahun. Subjek
tidak dapat bertanggung jawab secara sosial dan tidak
bisa memilih dan memikirkan pekerjaanya.
Subjek tidak bisa
berperilaku bertanggung jawab secara sosial itu terlihat ketika subjek
melakukan corat-coret di dinding rumah warga, dan tidak ada niat untuk memintak
maaf dan Subjek juga tidak bisa
memilih dan memikirkan pekerjaanya karena subjek lebih senang menjadi pengamen
Dalam
aspek daftar riwayat lahir, subjek lahir tanpa ada komplikasi atau
gejala-gejala lain yang mengganggu perkembangan subjek. Dia berkembang secara
normal dan optimal
Dari sekian jenis –
jenis agresi yang ada, Dalam hasil
observasi ditinjau dari lembar observasi yang ada kami mendiagosis bahwa anak
ini berpertilaku agresi verbal dan agresi fisik, adapaun penjelasan dari
perilaku tersebut dapat dilihat anak itu pernah melakukan agresi verbal seperti
kata-kata
kotor kepada teman atau kata-kata
yang dianggap mampu menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan
atau membuat orang lain menderita.
Dan perilaku agresi aktif seperti menendang, memukul, membuat perangkap
untuk orang lain dan mendorong.
G.
PEMBAHASAN
Ditinjau dari hasil data-data yang diperoleh, yaitu data riwayat
perkembangan yang mencakup didalamnya riwayat lahir, kegiatan bermain anak, dan
kebiasaan yang biasa dilakukan dalam kesehariannya dapat disimpulkan bahwa anak tersebut
memiliki perkembangan yang baik (normal). Dan dalam observasi yang kami lakukan, kami dapat mendiagnosis bahwa anak ini memiliki perilaku agresif, dilihat dari lembar
hasil observasi bahwa subjek melakukan agresif verbal dan non verbal (fisik).
Dilihat
dari Dari hasil observasi, perilaku agresi pada subjek
terbentuk karena lingkungan, seperti dalam ( Sarwono, 2002) dalam teori Teori
Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura
menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan
yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku
sosial. Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu-individu hanya dengan
meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model yang
diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan. Seperti halnya pada
subjek, lingkungan subjek yang memang rentan perilaku agresi membuat subjek terdorong untuk melakukan
tindakan agresi.
Dalam jenis-jenis agresi perilaku agresi, subjek tergolong dalam
perilaku agresi verbal
dan fisik yaitu :
f)
Agresi verbal, yaitu:
agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal. Agresi verbal ini
dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau
menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain menderita.
g)
Agresi fisik, yaitu:
agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh individu yang
mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang pada perkelahian, respon
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup maupun
objek yang mati.
Subjek melakukan agresi
dengan ciri-ciri
1. Agresi
verbal : Berteriak, menghina, mengumpat, berkata-kata kotor, dan tidak mau berkomentar
verbal
2. Agresi
fisik : Menendang,
memukul, membuat perangkap
untuk orang lain dan mendorong
Terkadang subjek
melakukan tindakan agresinya karena emosi / marah tehdap teman dan orang-orang yang
mengkritiknya sehinga luapan agresinya itu muncul karena rasa emosi/ rasa marah
dalam dirinya menurut Menurut Atkinson
(1999)
Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan
semata-mata sebagai pelampiasan
marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara
terbuka, misalnya: karena
keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan. Agresi
ini dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau
kemarahan, tetapi agresi ini
hanya sebagai keinginan-keinginan (bersifat terpendam), misalnya:
individu akan merasa terluka jika individu lain tidak
menghargai dirinya secara
langsung, seperti orang yang memegang kepala orang lain, orang
yang dipegang kepalanya akan merasa tersinggung.
Di tinjau dari
faktor penyebab sikap agresi pada subjek, dari hasil observasi yang kami
lakukan banyak faktor yang menyebabkan subjek berperilaku agresi seperti faktor
sosial, faktor biologis, amarah, alkohol, pola asuh yang keliru. Faktor sosial
yaitu ketika subjek tersinggung oleh temannya dan menganggap temannya tersebut
adalah sumber ancaman baginya sehinnga
subjek melakukan tindakan agresi, seperti di utarakan Koeswara (1998), penyebab sosial
salah satunya adalah Profokasi, yaitu
oleh pelaku agresi profokasi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan
respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh ancaman tersebut.
Faktor biolagis,
subjek di lahirkan dari seorang ayah yang memiliki watak yang keras sehinnga
sedikit banyak foktor gen juga mempengaruhi menurut Koeswara (1998) Gen
tampakya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku
agresif. Faktor amarah juga yang membuat subjek melakukan agresi, itu terlihat
dari observasi kami saat subjek tersinggung oleh perbuatan taman-tamannya dan
membalasnya dengan perilaku agresi menurut Koeswara (1998) Marah merupakan
emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi
dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan
akarena adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak
(Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan ingin
menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul
pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku
agresif.
Subjek juga
mengkonsumsi minuman-minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang karena terkadang uang hasil ngamennya bersama
dengan teman-temannya subjek gunakan untuk mabuk-mabukan dan untuk membeli
obat-obatan terlarang itu juga menjadi
faktor terbentuknya perilaku agresi menurut Koeswara (1998) Ada petunjuk bahwa
agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek yang menerima
alkohol dalam takaran-takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima alkhohol atau menerima
alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkhohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya,
sehingga taraf agresi juga tinggi. Pola asuh yang di berikan orang tuanya juga
mendorong subjek untuk berperilaku agresi, karena dari kecil ketika subjek
melakukan kesalahan subjek selalu di hukum dengan pemberian hukuman fisik,
sehinnga terbentuklah perilaku agresi pada subjek smapai kini, karena menurut Koeswara
(1998) Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama
dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh
yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988).
Pendidikan disiplin seperti akn membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak
ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan
spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan
kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
Saat subjek
mengamen di kereta subjek dan teman-temanya mampu bersikap baik terhadap
penumpang, sehinnga banyak penumpang yang senang terhadap group pengamen
subjek, meskipun keadaan di dalam kereta dapat memicu tindakan agresi karena di
dalam kereta suhu udara yang panas, polusi dan bau orang yang bercampur dapat
menimbulkan tindakan agresi tetapi subjek dan groupnya mampu meminimalisir
sikap agresi karena menurut Koeswara (1998) Polusi
Udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresi
tetapi tidak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
Meskipun terkadang subjek dan teman-temannya terkadang menggerutu, tetapi
mereka masih bisa mengontrol itu.
H. REKOMENDASI
Penanganan yang sesuai dengan perilaku agresi yang
dilakukan oleh subjek ialah sebagai berikut :
1.
Strategi
hukuman, yakni hukuman harus diberikan segera setelah perilaku agresi terjadi,
besarnya tingkat hukuman harus setimpal, hukuman harus diberikan setiap kali
perilaku agresi timbul.
2.
Jika melihat
anak secara langsung bersikap agresif terhadap temannya, berusahalah untuk
mencegahnya dengan tanpa menyinggung perasaan ana
3.
Kita harus
memperlakukan anak dengan sabar, kita tidak boleh bersikap agresif menghadapi
anak yang suka agresif.
4.
Ciptakan suasana
kebersamaan dalam keluarga.
5.
Strategi
katarsis, yakni memberi kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan
perilaku agresinya misalnya marah. Setelah melewati jangka waktu tertentu,
marahnya mereda dan ia akan berfikir tentang orang yang sebelumnya menyebabkan
marah atau terangsang melakukan perilaku agresi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanurawan,Fattah Psikologi Sosial: Suatu Pengantar,
(Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 80-81.
Berkowitz., L.1995. Agresi 1:sebab dan akibatnya.penerjemah :Hartini
Woro Susiatni. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Surya, Hendra. 2004. Kiat Mengatasi Perilaku Penyimpangan Perilaku Anak
(Usia 3 – 12 Tahun). Jakarta: PT Elex media Komputindo.
Baron
R.A., & Byrne, D. (2000). Social Psychology (9th ed.). Massachussets : A
Pearson Education Company.
David, Jonathan. 2002. Psikologi Sosial.
Jakarta : Erlangga
Abidin, Zainal. 2005. Penghakiman Massa.
Jakarta : Erlangga.
Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia.
Bandung : PT Erasco.
Morgan,
C. T. (1989). Introduction to Psychology. 3rd Edition. United Stated of
America: Mc Graw Hill Companies.
Atkinson,
R. L., R.C.Atkinson, E.R.Hilgard (1999). Pengantar Psikologi. Edisi Ke-8. Jilid
Kedua. Jakarta: Erlangga.
Goble,
G. F. (1987). Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Sarwono,
S. W. (2002). Psikologi Sosial : individu 4 Teori-teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179548-pengertian-anak-jalanan
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html
LAMPIRAN
A.
Foto
subjek
Saat subjek menunggu
kereta
Saat subjek membagikan
uang setelah ngamen
Saat menghitung uang
hasil ngamen
Setelah mengamen di
kereta
B.
Riwayat lahir
-
Lama Kehamilan : 9 bulan
-
Berat Saat Lahir : 4,3 kg
-
Apa ada faktor yang
tidak biasa atau komplikasi saat kehamilan? Ya √ tidak
Jika
ya jelaskan
-
Apakah anak anda
menalami masalah kesehatan saat lahir (seperi sakit kuning sulit bernafas,cacat
lahir) ya √ tidak
Jika
ya jelaskan
-
Dokter mana yang paling
mengetahui kesehatan anak anda Dr Lilik
-
Apakah anak anda
mengkonsumsi obat secara rutin
ya √ tidak
Bila ya nama obat dan
dosisinya
-
Apakah anak anda pernah
mengalami penyakit di bawah ini
Campak rematik
Gondong cacar air
Batuk
rejan radang
paru-paru
Radang
selaput otak hepatitis
Infeksi
saluran telinga tengah (otosis media)
-
Apakah ada komplikasi
terhadap penyakit tersebut, seperti demam yang tinggi, kejang, otot menjadi
lemah dan lain-lain ya √ tidak
Jika
ya jelaskan
-
Apakah anak anda pernah
dirawat di rumah sakit ya √ tidak
Berapa
kali total lama
dirawat
Jelaskan
-
Apakah anak anda pernah
sakit parah yang lain atau cidera yang tidak memerlukan perawatan di rumah
sakit √
ya tidak
-
Jelaskan patah tulang
saat bermain dan terjatuh
-
Berapa kali anak anda
sakit masuk angin, pilek, batuk, selama setahun 7 kali
-
Apakah anak anda mempunyai
alergi: ya √ tidak
Makanan
Binatang
Obat-obatan
Asma ya √ tidak
Demam di sebabkan
rumput kering (hay fever) ya √ tidak
-
Apakah anak anda
bermasalah dengan sakit telinga atau
infeksi dengan telinga
Ya √
tidak
Jika
ya, berapa kalin selama setahun terakhir
-
Apakah pendengaran anak
anda pernah diperiksa ya √
tidak
Waktu
periksa
-
Apakah pernah ada bukti
mengenai hilangnya pendengaran ya √ tidak
Bila
ada, jelasakan
-
Apakah anak anda
terakhir mempunyai tuba di telinga Ya √ tidak
-
Apakah anda mempunyai
kekhawatiran mengenai perkembangan bicara dan bahasa anak anda ya √ tidak
Jika
ya, jelaskan
-
Apakah penglihatan anak
anda pernah di periksa ya √ tidak
Waktu
pemeriksaan
-
Apakah pernah ada bukti
mengenai hilangnya penglihatan
ya √
tidak
Apakah
anak melakukan sesuatu yang menurut anda bermasalah
Ya √
tidak
Jelaskan
-
Apakah anak anda pernah
mengikuti pelayanan pengasuhan anak diluar rumah contohnya pengsuhan bayi,
penitipan anak, prasekolah ya √ tidak
Jelaskan
Kegiatan
Bermain Anak
-
Dimana anak anda
biasanya bermain- contohnya, halaman belakang, dapur, kamar tidur? Depan rumah
-
Apakah anak anda
biasanya bermain
Sendirian bersama
satu atau dua teman
Bersama
kakak/adik bersama
anak yang lebih tua
Bersama
anak yang lebih muda bersama anak
sebayanya √
-
Apakah anak anda
biasanya
√
Kooperatif pemalu agresif
-
Apakah permainan
favorit anak anda : bola
-
Jelaskan bermain sepak
bola bersama dengan teman-temannya
-
Apakah ada perilaku
khusus yang anda ingin kami amati dari anak anda
√
Ya Tidak
Jelaskan
Kebiasaan Sehari-hari Anak
-
Apakah anda mempunyai
kekhawatiran mengenai kebiasaan anak anda
Kebiasaan
makan
Kebiasaan
tidur
Kebiasaan
mengurus diri ketika buang air
Ya √ tidak
Jika
ya, jelaskan
-
Apakah anak anda
dilatih untuk mengurus diri ketika buang air √
ya tidak
Jika
ya, berapa kali anak anda ngompol dalam celana
-
Istilah apa yang anak
anda pekai mengenai :
Buang
air kecil : pipis buang
air besar : pup
-
Berapa jam anak anda
tidur pada malam hari
Tidur
jam 21.00 malam bangun: 06.00 pagi
-
Ketika anak anda kesal
bagaimana anda menanganinya?
Memberikan
nasehat dan menenagkannya
-
Sebutkan dan jelaskan
siapa yang anak anda anggap sebagia “keluarga” di rumah
Orang-orang
terdekat dan masih ada hubungan darah
-
Berapa jumlah kakak dan
adik dari anak anda
2
Kakak
(umur) Adik (
umur )
21
tahun 2
tahun
-
Bahasa apa yang sering
dipakai di rumah
Bahasa
inggris √ bahasa
lain : bahasa jawa
-
Apakah ada keterangan
lain yang bisa membantu kita dalam memahami atau bekerja lebih efektif dalam
menangani anak anda.
Ya √ tidak
C. Riwayat
Perkembangan
KETIKA ANAK BERUSIA 19 tahun
Apakah anak....
|
ya
|
Tidak
|
Kadang-kadang
|
Menerima
fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
|
√
|
|
|
Mencapai kemandirian emosional
dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas
|
√
|
|
|
Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
|
|
|
√
|
Mampu bergaul dengan teman sebaya
atau orang lain secara wajar
|
√
|
|
|
Menerima dirinya sendiri dan
memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
|
|
|
√
|
Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian
diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-kanakan
|
√
|
|
|
Bertingkah laku yang bertanggung
jawab secara sosial
|
|
√
|
|
Memilih dan mempersiapkan karir
(pekerjaan)
|
|
√
|
|
Memiliki sikap positif terhadap
pernikahan dan hidup berkeluarga.
|
√
|
|
|
Mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
|
|
|
√
|
mempersiapkan diri dalam
pembentukan keluarga
|
|
√
|
|
memperluas hubungan antara
pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik
laki-laki maupun perempuan
|
√
|
|
|
Memperoleh self-control
(kemampuan mengendalikan sendiri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip dan
falsafah hidup.
|
|
|
√
|
D.
Dimensi
|
Indikator
|
Penilaian
|
Catatan
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
Agresif fisik aktif langsung
|
Menedang
|
|
|
√
|
|
● saat menanggapi omongan tidak enak dari temannya subjek sering melukakan
agresi fisik seperti menendang, dan memukul
●
Subjek juga menjailin teman-temannya
dengan membuat perangkap untuk menjatuhkan temannya seperti memasang petasan
di dekat teman-temannya
●
Seringkali subjek meleikan tanggung
jawabnya atau bersikap masa bodoh
●
Saat moodnya kurang baik subjek
selalu melampiaskannya dengan berteriak
●
Subjek juga sering mengumpat dan
berkata-kata kotor baik dalam keadaan emosional maupun berbicara dengan
teman-temanya
|
Menodong
|
|
|
|
√
|
||
Melempari korban
|
|
|
|
√
|
||
Memukul
|
|
|
√
|
|
||
Agresif fisik pasif langsung
|
Secara fisik mencegah orang lain memperoleh
tujuan atau tindakan yang diinginkan
|
|
|
|
√
|
|
Aksi diam / aksi mogok
|
|
|
|
√
|
||
Agresif fisik aktif tidak
langsung
|
Merusak harta milik korban
|
|
|
|
√
|
|
Membuat perangkap untuk orang lain
|
|
|
√
|
|
||
Memprovokasi perkelahian
|
|
|
|
√
|
||
Agresif fisik pasif tidak
langsung
|
Tidak peduli
|
|
√
|
|
|
|
Masa bodoh/ menolak melakukan
tugas-tugas yang seharusnya
|
|
|
√
|
|
||
Agresif verbal aktif langsung
|
Berteriak
|
|
√
|
|
|
|
Menghina
|
|
√
|
|
|
||
Mengumpat
|
√
|
|
|
|
||
Agresif verbal pasif langsung
|
Menolak berbicara kepada orang lain
|
|
|
√
|
|
|
menolak menjawab pertanyaan orang lain
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal aktif tidak
langsung
|
Menyebar fitnah
|
|
|
|
√
|
|
Mengadu domba
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal pasif tidak langsung
|
Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak
adil)
|
|
|
|
√
|
|
Berikan tanda contreng ( Ö )
Keterangan : 4 = selalu; 3= sering; 2=
kadang-kadang; 1= tidak pernah.
Catatan
|
Dimensi
|
Indikator
|
Penilaian
|
Catatan
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
Agresif fisik aktif langsung
|
Menedang
|
|
√
|
|
|
● Subjek saat
menanggapi omongan tidak enak dari temannya subjek sering melukakan agresi
fisik seperti menendang, dan memukul
● Seringkali subjek meleikan tanggung
jawabnya atau bersikap masa bodoh
● Subjek juga sering mengumpat dan
berkata-kata kotor baik dalam keadaan emosional maupun berbicara dengan
teman-temanya
● subjek juga selalu ,mengumpat baik itu saat
emosi ataupun bercabda
|
Menodong
|
|
|
|
√
|
||
Melempari korban
|
|
|
|
√
|
||
Memukul
|
|
√
|
|
|
||
Agresif fisik pasif langsung
|
Secara fisik mencegah orang lain memperoleh
tujuan atau tindakan yang diinginkan
|
|
|
|
√
|
|
Aksi diam / aksi mogok
|
|
|
|
√
|
||
Agresif fisik aktif tidak
langsung
|
Merusak harta milik korban
|
|
|
|
√
|
|
Membuat perangkap untuk orang lain
|
|
|
|
√
|
||
Memprovokasi perkelahian
|
|
|
|
√
|
||
Agresif fisik pasif tidak
langsung
|
Tidak peduli
|
|
|
|
√
|
|
Masa bodoh/ menolak melakukan
tugas-tugas yang seharusnya
|
|
|
√
|
|
||
Agresif verbal aktif langsung
|
Berteriak
|
|
√
|
|
|
|
Menghina
|
|
√
|
|
|
||
Mengumpat
|
√
|
|
|
|
||
Agresif verbal pasif langsung
|
Menolak berbicara kepada orang lain
|
|
|
|
√
|
|
menolak menjawab pertanyaan orang lain
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal aktif tidak
langsung
|
Menyebar fitnah
|
|
|
|
√
|
|
Mengadu domba
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal pasif tidak
langsung
|
Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak
adil)
|
|
|
|
√
|
|
Berikan tanda contreng ( Ö )
Keterangan : 4 = selalu; 3= sering; 2= kadang-kadang;
1= tidak pernah.
.
|
Dimensi
|
Indikator
|
Penilaian
|
Catatan
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
Agresif fisik aktif langsung
|
Menedang
|
|
√
|
|
|
● Subjek saat
menanggapi omongan tidak enak dari temannya subjek sering melukakan agresi
fisik seperti menendang, dan memukul
● terkadang subjek merusak barang milik
temannya seperti memutuskan senar gitar milit temannya
● Subjek juga sering mengumpat, menghina dan
berkata-kata kotor baik dalam keadaan emosional maupun bercanda saat
berbicara dengan teman-temanya
|
Menodong
|
|
|
|
√
|
||
Melempari korban
|
|
|
|
√
|
||
Memukul
|
|
√
|
|
|
||
Agresif fisik pasif langsung
|
Secara fisik mencegah orang lain memperoleh
tujuan atau tindakan yang diinginkan
|
|
|
|
√
|
|
Aksi diam / aksi mogok
|
|
|
|
√
|
||
Agresif fisik aktif tidak
langsung
|
Merusak harta milik korban
|
|
|
√
|
|
|
Membuat perangkap untuk orang lain
|
|
|
|
√
|
||
Memprovokasi perkelahian
|
|
|
|
√
|
||
Agresif fisik pasif tidak
langsung
|
Tidak peduli
|
|
|
|
√
|
|
Masa bodoh/ menolak melakukan
tugas-tugas yang seharusnya
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal aktif langsung
|
Berteriak
|
|
√
|
|
|
|
Menghina
|
|
√
|
|
|
||
Mengumpat
|
√
|
|
|
|
||
Agresif verbal pasif langsung
|
Menolak berbicara kepada orang lain
|
|
|
|
√
|
|
menolak menjawab pertanyaan orang lain
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal aktif tidak
langsung
|
Menyebar fitnah
|
|
|
|
√
|
|
Mengadu domba
|
|
|
|
√
|
||
Agresif verbal pasif tidak
langsung
|
Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak
berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak
adil)
|
|
|
|
√
|
|
Berikan tanda contreng ( Ö )
Keterangan : 4 = selalu; 3= sering; 2= kadang-kadang;
1= tidak pernah.
.
|
Comments