Prasangka Buruk



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini, banyak terdapat masalah-masalah yang menyangkut urusan agama dan masyarakat. Masalah tersebut timbul karena adanya konflik yang sering terjadi antara individu, kelompok maupun masyarakat. Semua itu tidak lepas dari yang namanya prasangka buruk.
Prasangka buruk  mempunyai dasar pribadi yang setiap orang memilikinya. Sejak manusia masih kecil, unsur sikap bermusuhan sudah nampak. Melalui proses belajar dan semakin besarnya manusia, timbul sikap cenderung untuk membeda-bedakan. Perbedaan yang secara sosial dilaksanakan antara lembaga atau kelompok dapat menimbulkan prasangka buruk.
Salah satu penyakit lain dari kebanyakan orang Indonesia adalah cenderung mempunyai prasangka buruk. Prasangka buruk ini biasanya disangkakan pada orang yang mempunyai prestasi yang lebih, apakah itu lebih kaya, lebih pintar, atau pun lebih berkuasa. Prasangka buruk merupakan penyakit hati yang seharusnya disingkirkan dari hati bangsa Indonesia
Oleh karena itu hal tersebut perlu mendapat perhatian dengan seksama mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa atas masyarakat multietnik. Sehingga hal ini juga memotifasi kami untuk membahas dan menjelaskan melalui makalah ini dengan judul “Prasangka Buruk”


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan prasangka buruk?
2.  ciri-ciri prasangka buruk berdasarkan penguatan perasaan ingroup dan out group?
3. Apa saja sebab-sebab terjadinya prasangka buruk ?
4. Bagaimana cara mengatasi/mengurangi prasangka?
5.  Apa saja dampak prasangka buruk?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Bagi penulis
a.Dapat menambah wawasan.
b.Mengetahui sebab dan akibat suatu masalah tersebut bisa timbul dan  bagaimana cara memecahkan      atau solusi dari masalah tersebut
2. Bagi pembaca
a. Untuk mengetahui pengertian prasangka buruk
b. Untuk mengetahui sebab-sebab prasangka buruk
c.. Untuk mengetahui cara mengatasi/mengurangi prasangka buruk
d.Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan bahan referansi dalam pembuatan  makalah yang berkaitan dengan materi yang kami  sajikan pada lain waktu maupun sebagai bahan bacaan di waktu senggang.
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Prasangka Buruk
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbabang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing..[[1]]
     Prasangka ini sebagian bearsifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat.[[2]]
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."QS. Al-Hujurat : 12) surah ini memiliki makna tentang anjuran menjauhi prasangka buruk
B. Ciri-ciri dari prasangka buruk berdasarkan penguatan perasaan ingroup dan out group adalah :
1. Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain.
Menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu dari kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar. Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok sendiri, maka perbuatan negaitf tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota kelompok sendiri lainnya.
2. Kompetisi sosial
Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.
3. Penilaian ekstrim terhadap anggota kelompok lain
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian negative [3]
C.     Sebab-sebab Terjadinya Prasangka Buruk
1. Prasangka Sosial
Sumber prasangka sosial, antara lain :
· Ketidaksetaraan Sosial
Ketidaksetaraan sosial ini dapat berasal dari ketidaksetaraan status dan prasangka serta agama dan prasangka. Ketidaksetaraan status dan prasangka merupakan kesenjangan atau perbedaan yang mengiring ke arah prasangka negatif. Sebagai contoh, seorang majikan yang memandang budak sebagai individu yang malas, tidak bertanggung jawab, kurang berambisi, dan sebagainya, karena secara umum ciri-ciri tersebut ditetapkan untuk para budak. Agama juga masih menjadi salah satu sumber prasangka. Sebagai contoh kita menganggap agama yang orang lain anut itu tidak sebaik agama yang kita anut.
· Identitas Sosial
Identitas sosial merupakan bagian untuk menjawab “siapa aku?” yang dapat dijawab bila kita memiliki keanggotaan dalam sebuah kelompok. Kita megidentifikasikan diri kita dengan kelompok tertentu (in group), sedangkan ketika kita dengan kelompok lain kita cenderung untuk memuji kebaikan kelompok kita sendiri.
· Konformitas
Konformitas juga merupakan salah satu sumber prasangka sosial. Menurut penelitian bahwa orang yang berkonformitas memiliki tingkat prasangka lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berkonformitas.
2. Prasangka secara Emosional
Prasangka sering kali timbul dipicu oleh situasi sosial, padahal faktor emosi juga dapat memicu prasangka sosial. Secara emosional, prasangka dapat dipicu oleh frustasi dan agresi, kepribadian yang dinamis, dan kepribadian otoriter.
· Frustasi dan Agresi
Rasa sakit dan frustasi sering membangkitkan pertikaian. Salah satu sumber frustasi adalah adanya kompetisi. Ketika dua kelompok bersaing untuk memperebutkan sesuatu, misalnya pekerjaan, rumah, dan derajat sosial, pencapaian goal salah satu pihak dapat menjadikan frustasi bagi pihak yang lain.
· Kepribadian yang dinamis
Status bersifat relatif. Untuk dapat merasakan diri kita memiliki status, kita memerlukan adanya orang yang memiliki status dibawah kita. Salah satu kelebihan psikologi tentang prasangka adalah adanya sistem status, yaitu perasaan superior. Contohnya adalah ketika kita mendapatkan nilai terbaik di kelas, kita merasa menang dan dianggap memiliki status yang lebih baik.
· Kepribadian Otoriter
Emosi yang ikut berkontribusi terhadap prasangka adalah kepribadian diri yang otoriter. Sebagai contoh, pada studi orang dewasa di Amerika, Theodor Adorno dan kawan-kawan (1950) menemukan bahwa pertikaian terhadap kaum Yahudi sering terjadi berdampingan dengan pertikaian terhadap kaum minoritas.[4]

D.  Cara Mengatasi/Mengurangi Prasangka Buruk
Dari seluruh uraian diatas dapat dikemukakan, bahwa usaha untuk mengatasi atau mengurangi prasangka buruk dilakukan dengan cara :
1.  Dimulai dari pendidikan anak-anak dirumah dan disekolah oleh orang tua dan guru
2. Mengadakan  kontak diantara dua kelompok yang berprasangka
3. Permainan peran (role playing), permainan peran disini diartikan orang yang berprasangka diminta untuk berperan sebagai orang menjadi korban prasangka buruk, sehingga yang berprasangka akan merasakan, mengalami, dan menghayati segala penderitaan yang menjadi korban prasangka buruk. Kemudian akhirnya ia tidak berprasangka buruk dan tidak bertindak diskriminatif. [5]
4. Belajar mengerti perbedaan, Kita pasti sudah mengetahui jika  di dunia ini tidak  ada satu pun manusia yang sama. Baik fisik, fikiran dan hatinya. Namun masalahnya, kita sering  “lupa” kalau setiap orang itu unik dan berbeda satu dengan lainnya. nggak ada yang salah dengan perbedaan. Oleh karena itu perbedaan tidak perlu dirubah, selama tidak merugikan dan membahayakan keselamatan jiwa pribadi juga orang lain. Perbedaan kita dengan teman atau orang lain justru akan membuat hari-hari kita lebih meriah dan seru.[6]
5. Mulailah berpikir positif terhadap orang lain, yaitu dengan berprasangka baik. Anda akan menemukan keajaiban bahwa kita juga akan melihat segudang bukti kalau orang tersebut memang baik. Dengan berprasangka baik kita akan menarik hal-hal yang baik dari orang tersebut. Bayangkan jika kita selalu berprasangka baik terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita, maka kita akan dikelilingi oleh orang-orang yang baik.[7]
6.Lengkapi Informasi.
     Sebelum menuduh seseorang, coba berfikir ulang, apakah info yang anda dapat sudah pasti kebenarannya. Mengecek dengan teliti benar atau tidaknya dugaan kita terhadap orang lain, akan sangat membantu menghilangkan prasangka buruk kepada orang tersebut.
7. Perluas Pergaulan.
Carilah teman sebanyak mungkin, jangan membatasi pergaulan hanya dengan orang-orang tertentu. Dengan pergaulan yang luas dan beragam, akan terbuka pikiran dan wawasan tentang segala hal yang ada di sekitar kita. Kitapun akan lebih mudah beradaptasi dan bertoleransi dengan orang lain.[8]
8.Perbanyak Kegiatan.
Isi waktu dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Ini agar tidak ada waktu yang terbuang percuma sekaligus mencegah timbulnya pikiran-pikiran negative.
9. Tingkatkan Ibadah.
Mendekatkan diri pada Tuhan dengan semakin meningkatkan kulitas ibadah merupakan salah satu cara yang efektif untuk menepis prasangka buruk serta membuat hati kita bersih dan damai.

E. Akibat Prasangka Buruk
Buruk sangka terkadang akan mendatangkan berbagai akibat yang buruk, di antaranya yaitu:
·       Permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.
·       Terkadang akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan pihak lain.
Putus hubungan, pemboikotan dan kebencian.[9]

BAB III
PENUTUP

 A. KESIMPULAN

Pada pembahasan makalah ini dapat disimpulkan antara lain:
1. Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbabang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.
2. Ciri-ciri dari prasangka buruk berdasarkan penguatan perasaan ingroup dan out group adalah: a. . Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain.
b. Kompetisi sosial
c. Penilaian ekstrim terhadap anggota kelompok lain
3. Sebab-sebab terjadinya rasangka buruk yang Sumber prasangka sosial,dan Emosional
 antara lain :
· Ketidaksetaraan Sosial                     - Frustasi dan Agresi
· Identitas Sosial                                 - Kepribadian yang dinamis
· Konformitas                                      - Kepribadian Otoriter
4.Cara mengatasi atau mengurangi prasangka buruk dapat dilakukan dengan melaui pendidikan anak, mengadakan kontak diantara dua kelompok yang berprasangka, permainan peran (role playing), belajar mengerti perbedaan, berpikir positif terhadap orang lain


DAFTAR PUSTAKA

 Reverensi Buku
Ø   Munandar, Soelaeman,1986,Ilmu Sosial Dasar Teori dari  Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT.Refika Aditama.
Ø   Ahmadi, Abu dkk, 1991, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta.
Ø   Ms,Wahyu,1986, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional.
Ø Robert, A. Baron dan Donn Byrne. (2004). Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1. Jakarta : Erlangga.
Reverensi Internet
Ø   (http://www.motivasi-islami.com/bahaya-prasangka-buruk/terhadap Anda) diakses tanggal 12 Maret 2011


[1] Drs. Abu ahmadi, dkk, Ilmu Sosial dasar, (Jakarta: PT.Rineka cipta, 1991) hal 270
[2] Ibid., hlm 296
[3] Robert, A. Baron dan Donn Byrne. (2004). Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1. Jakarta : Erlangga. Hal 165


[4] Robert, A. Baron dan Donn Byrne. (2004). Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1. Jakarta : Erlangga. Hal 168-169

[5] Ibid., hlm 299
[6] (http://politik.kompasiana.com/2010/10/01/terjebak-prasangka-buruk-indonesia/) diakses tanggal 12 Maret 2011
[7] (http://www.motivasi-islami.com/bahaya-prasangka-buruk/terhadap Anda) diakses tanggal 12 Maret 2011
[8] Drs. Wahyu Ms, Wawasan ilmu sosial dasar, (Surabaya: Usaha nasional, 1986) hal 152
[9] Munandar, Soelaeman,1986,Ilmu Sosial Dasar Teori dari  Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT.Refika Aditama. Hal 197-198

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki