Teori Komunikasi Antar Pribadi dan Relasional
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah
aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di dunia
ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk
melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang
normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan
sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek
kehidupan manusia di dunia tersentuh. Dengan berkomunikasi kita belajar tentang
banyak hal. Belajar tentang diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat,
berbagi pengetahuan pengalaman, berkasih sayang, membenci dan melestarikan
peradaban manusia.
Komunikasi
antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai
alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan
kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi
lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
canggih.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi
antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang
terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Liliweri,1991:12) Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Josef A Devito bahwa komunikasi antarpribadi ialah proses
penyampaian dan penerimaan pesan diantara dua orang atau kelompok kecil dengan
efek dan feed back langsung. Ciri – ciri komunikasi antar pribadi :
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap
muka)
2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu
3. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak
mempunyai identitas yang belum tentu
jelas
4. berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja
5. kerap kali berbalas – balasan
6. mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua
orang, serta hubungan harus bebas,
bervariasi, adanya saling keterpengaruhan.[1]
Ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut Devito
dalam Tamsil (2005:30)
1. Keterbukaan (Opennes)
2. Positif (Positiveness)
3. Kesamaan (Equality)
4. Empati (Empathy)
5. Dukungan (Supportiveness).
Sifat –
sifat komunikasi antarpribadi menurut Liliweri :
1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya prilaku
verbal maupun non verbal
2. Melibatkan pernyataan / ungkapan spontan, scripted dan
contrived
3. Komunikasi antarpribadi tidaklah satis melainkan dinamis
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan
koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)
5. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik
6. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu
tindakan
7. Komunikasi antarpribadi merupakan persuasi antar manusia
1. Tingkat hubungan dan konteks
Jalaludin
Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi
interpersonal; konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang
berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu: Yakin akan kemampuan mengatasi
masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu,
menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubahnya. Ruben mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi terbentuknya pola-pola komunikasi interpersonal sebagai berikut:
Pola yang
berkembang akan berbeda pada tingkat komunikasi yang biasa dengan yang intim.
Begitu juga konteks akan menentukan pola komunikasi yang tercipta misal di mall
yang ramai atau di taman yang sepi.
2. Kebutuhan interpersonal dan gaya komunikasi
3. Kekuasaan
4. Konflik
Komunikasi antarpribadi dipengaruhi
atraksi interpersonal dalam hal penafsiran pesan dan penilaian dan efektivitas
komunikasi. Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap
positif dan daya tarik seseorang. Sedangkan hubungan interpersonal dapat
diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan
interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta
komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication,
menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan
simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya
(secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara
pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.” Lebih jauh, Jalaludin
Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi
antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: percaya,
sikap suportif dan sikap terbuka.
Keefektifan
hubungan antarpribadi adalah seberapa jauh akibat dari tingkah laku kita sesuai
dengan yang diharapkan. Keefektifan dalam hubungan antarpribadi dapat
ditingkatkan dengan melatih mengungkapkan maksud atau keinginan kita, menerima
umpan balik tingkah laku dan memodifikasi tingkah laku kita sampai orang lain
mempersepsikan sebagaimana kita maksudkan.
B. Teori-teori Diri (Pribadi) dan Orang
Lain
Pribadi adalah individu yang berbeda
satu dengan yang lainnya, perbedaan tersebut menyebebkan orang mengenal
individu secara khas dan membedakannya dengan individu lainnya. Kualitas
individu menentukan kekhasannya dalam hubunganya dengan individu lain, dan
kekhasan tersebut akan menentukan kualitas komunikasinya.
- Persepsi Terhadap Diri Pribadi (Self Perception)
Langkah pertama dalam persepsi diri
adalah menyadari diri kita sendiri, yaitu mengungkap siapa dan apa kita ini,
dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri. Dengan
mengutip Cohen, Fisher (1987:118, sendjaja, 2002:2.13) dikemukakan, bahwa
persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai
representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan
tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita.
Upaya Sendjaja untuk memahami proses
antar pribadi. Pertama, suatu tindakan mensyaratkan kehadiran
objek-objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Kedua,
adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud adalah segala
sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki. Ketiga,
menyangkut sifat representatif dari pengindraan, maksudnya kita tidak dapat
mengartikan makna suatu persepsididasarkan pada pengamatan langsung.
Sifat-sifat Persepsi:
1. Pengalaman
Pengalaman
merupakan landasan sebagai pembanding untuk mempersepsikan suatu makna supaya
komunikasi tidak membingungkan.
2. Selektif
Kita
mempersepsikan apa yg kita inginkan hanya dari bagian-bagian tertentu dari objek/orang
atas dasar skap, nilai dan keyakinan yg ada dalam diri kita.
3. Penyimpulan
Melalui
penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap
mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagin karakteristik dari
objek tsb.
4. Tidak akurat
Setiap
persepsi yang kita lakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu namun
tidak selalu menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi.
5. Evaluatif
Persepsi
tidak pernah objektif karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman
dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk
memberi makna pada objek persepsi.[2]
Elemen-elemen Persepsi:
Dari elemen-elemen ini kita akan menemukan pola yaitu
bentuk pengorganisasian yang menciptakan satu kesatuan yang utuh.
1. Sensasi/penginderaan
Ketika
kita menangkap sesuatu melalui panca indera maka secara simultan dia akan
menginterpretasikan makna dari penginderaannya.
2. Harapan
Harapan
dapat menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam mengarahkan persepsi, meskipun
adakalanya bertentangan dengan rasio.
3. Bentuk dan latar belakang (figure and ground)
Persepsi
mencakup perbedaan antara informasi yang menjadi ‘figur’ dan informasi yang
menjadi ‘background’. Membedakan antara yg baik/tidak, relevan/tidak.
4. Perbandingan
Cara yang
biasa digunakan untuk menentukan kevalid-an persepsi kita adalah membandingkan
dengan sesuatu.
5. Konteks
Konteks
dan pola merupakan komponen penting yang mendasari seluruh pemahaman kita
tentang komunikasi antarpribadi karena interpretasi tidak akan terjadi tanpa
menempatkannya dalam suatu konteks dan mengenali pola-pola (makna) dalam
interaksi.
Langkah pertama dalam persepsi adalah
menyadari diri kita sendiri yaitu pengungkapan dan siapa kita ini. Elemen yang
membentuk kesadaran diri menurut Fisher, adalah:
1. Konsep diri, bagaimana kita memandang diri kita sendiri.
2. Self esteem, mengevaluasi diri kita sendiri.
3. Multiple selves, memiliki berbagai indentitas diri yang
berbeda. Cara komunikasi dg orang terpelajar dan tidak, suami-istri, dll
berbeda.
Kesadaran diri juga merupakan proses yang akan terus
berubah dan berkembang sepanjang hidup. Konsep-konsep yang mempengaruhi
perkembangan kesadaran diri sendiri adalah:
1. Reflexive self, ketika kita mempersepsikan diri kita,
kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.
2. Social Self, bagaimana kita mengembangkan konsep diri
melalui interaksi.
3. Becoming self, perubahan konsep diri tidak terjadi
secara mendadak atau drastic melainkan secara gradual melalui aktivitasi
sehari-hari.
- Kesadaran Pribadi (Self Awareness)
Memahami diri sendiri bagaikan kita
berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihat adalah wajah kita sebenarnya. Ketika
orang menyadari siapa dirinya secara simultan ia juga telah mempersepsikan
dirinya sendiri. Agar orang dapat menyadari dirinya sendiri, pertamakali orang
harus memahami apakah diri atu self (nya) tersebut. “Diri” secara sederhana
dapat ditafsirkan sebagai identitas individu. Karena itu “diri” adalah suatu
pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari seseorang.
- Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
Self disclosure atau proses
pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi
mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapan informasi pribadi diri kita
kepada orang lain dan sebaliknya.
Ahli lain, Joseph Luft mengemukakan
teori self disclosure lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang
disebut johary window. Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya
diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak diketahui oleh siapapun.
Jika komunikasi antara dua orang
berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi
mengenai diri masing-masing ke dalam kuandran “terbuka”. Meskipun self
disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada
batasannya. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrem
akan memberikan efek negatif terhadap hubungan.
Hubungan
antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Orang
memerlukan hubungan antarpribadi untuk dua hal:
1. Perasaan (attachment), perasaan mengacu pada
hubungan yang secara emosional intensif.
2. Ketergantungan (dependency), ketergantungan
mengacu pada instrument perilaku antarpribadi spt membutuhkan
bantuan/persetujuan dan mencari kedekatan.
C. Teori Hubungan Antar Pribadi
(Interpersonal Relationship)
1.
Memahami Hubungan Antar Pribadi
Di dalam kehidupan sehari-hari,
hubungan antar pribadi memerankan penting dalam membentuk kehidupan masyarakat,
terutama ketika hubungan antarpribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang
tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan
berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri seseorang.
Komunikasi antar pribadi dalam
keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegangan, bisa jadi meningkatkan
kemungkinan untuk terserang stroke, hipertensi dan penyakit lainnya. Meskipun
demikian secara pasti dapat dikatakan bahwa kita memerlukan hubungan pribadi.
2.
Teori-teori Pengembangan Hubungan
Pemahaman mengenai hubungan
merupakan suatu aspek penting dari study tentang komunikasi antarpribadi,
karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhan tahun
para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana
hubungan berakhir.
a.
Self Disclosure
Proses pengungkapan diri (self disclosure)
adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain
atau sebaliknya. Proses pengungkapan dilakukan secara sembunyi-sembunyi melalui
ungkapan dan tindakan.
b.
Social Penetration
Proses dimana orang saling mengenal satu
dengan yang lainnya. Model ini selain melibatkan self disclosure juga
menjelaskan bilamana harus melakukan self disclosure dalam perkembangan
hubungan.
c.
Process View
Process View menganggap bahwa kualitas dan
sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan menggunakan atribut
masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi.
d.
Social Exchange
Teori ini menelaah bagaimana kontribusi
seseorang dalam suatu hubungan, dimana hubungan itu mempengaruhi kontribusi
orang lain.[3]
3. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang
lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
4. Model Peranan
Bila model pertukaran sosial
memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, model peranan
melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan
perannya sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntutan peran
(role demands), memiliki keterampilan peranan (role skill), dan terhindar dari
konflik peranan dan kerancuan peranan.
5. Model Permainan
Menurut psikiater Eric Berne
(1964,1972) dalam bukunya Games People Play. Dalam model ini,
orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permaianan
ini adalah tiga bagian kepribadian manusia, yaitu orang tua (parent), orang
dewasa (adult), dan anak (child). Dalam hubungan interpersonal, kita
menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa, anak), dan
orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
6. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat
struktural, integratif dan medan. Setiap sistem pasti memiliki hubungan saling
ketergantungan dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi, dan pelaksanaan peranan, serta
permainan yang dilakukan.[4]
Knap merumuskan model tahapan hubungan
yang menunjukkan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih
akrab dengan orang lain.
Menurutnya hubungan bia berkembang melalui lima tahap
yaitu:
1. Inisiasi, mencakup percakapan singkat dan saling memberi
salam.
2. Ekperimen, masing-masing akan mengungkap informasi
mengenai partnernya.
3. Intensifikasi, melibatkan penyelidikan yang lebih
mendalam pada kepribadian masing-masing.
4. Integrasi, menciptakan rasa ‘bersama’, rasa ‘kami/kita’
dimana keduanya bertindak sebagai suatu unit dan bukan sebagai individu
terpisah.
5. Ikatan, terjadi ketika keduanya masuk kepada suatu
ritual yang secara formal mengakui hubungan jangka panjangnya.[5]
Akhirnya
Duck kembali mengemukaan bahwa hubungan antarpribadi dapat berakhir dan biasanya
melalui tahap-tahap:
1. Intrapsikis, orang akan memusatkan perhatian pda
partnernya dan menilai adanya ketidakpuasan di dalam hubungan.
2. Tahap Dyadic, focus pada hubungan itu sendiri.
Komunikasi akan bersifat langsung dan eksplisit dan dinamika dari hubungan
mereka juga dibicarakan.
3. Tahap Sosial, focus pada kelompok yang lebih besar spt
keluarga atau temanteman dimana pendapat mereka jadi bahan pertimbangan.
4. Tahap Grave Dressing, terjadi setelah pemutusan hubungan
dimana masingmasing pihak akan memberikan alasannya sendiri dan dengan cara
sendiriakan mengatasi dan menyembuhkan diri dari kedukaan atas berakhirnya
hubungan.
Sehubungan dengan ini jelaslah bahwa
setiap kegiatan komunikasi selain merupakan kegiatan pengoperan dan penerimaan
lambang atau keinginan untuk mengubah pendapat orang lain, juga merupakan suatu
usaha untuk mengadakan hubungan sosial (sosial relationship).
Salah satu prinsip yang paling nyata
dan mendasar dalam komunikasi manusia adalah bahwa pengalihan ide paling sering
terjadi diantara suatu sumber kepada penerima yang mempunyai kesamaan –
kesamaan. Menurut Rogers dan Shoumaker (1971), homophily merupakan tingkat
dimana pasangan individu yang berinteraksi mempunyai kesamaan dalam atribut
tertentu seperti keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, status sosial, dan
sebagainya. Bila sumber dan penerima mempunyai kesamaan dalam pengertian,
sikap, keyakinan dan bahasa, maka komunikasi antara mereka kemungkinan sekali
akan efektif.[6]
Hubungan sosial ini diinginkan
karena seseorang merasa harga diri atau rasa amannya akan meningkat dengan
menjadi anggota artinya diakui oleh kelompok yang di kaguminya dan karenanya ia
selalu akan berusaha untuk berkomunikasi dengan kelompok keinginannya. Hubungan
antar persona adalah hubungan yang langsung. Keuntungan
dari padanya adalah bahwa reaksi/arus balik dapat diperoleh segera. Dengan arus
balik dimaksudkan reaksi sebagaimana diberikan oleh komunikan: reaksi ini dapat
berupa positif maupun negatif dan dapat diberikan/dikirimkan kepada komunikator
secara langsung maupun tidak langsung.
Apabila antara komunikator dan
komunikan terdapat rintangan-rintangan, maka rintangan tadi akan langsung
diketahui atau dirasakan oleh pihak yang lain. Dalam hubungan antar persona,
proses komunikasi semakin jelas.
Adapun hindaran ataupun kemungkinan
hambatan serta pengatasan hambatan demi kelangsungan komunikasi dapat disusun
sebagai berikut:[7]
Komunikator
|
Hambatan Komunikasi
|
Komunikan
|
Komunikasi
sebaiknya diadakan berdasarkan tingkat, kepentingan dan pengalaman komunikan.
|
Perbedaan
dalam status, pengalaman dan tugas.
|
Sebaiknya
mengetahui tentang status, kepentingan dan pengalaman.
|
Memperhitungkan
prasangka dan kepentingan komunikan.
|
Prasangka-prasangka.
|
Melepaskan
diri dari prasangka.
|
Mencari
bidang-bidang pertemuan dengan komunikan dengan berusaha melihat persoalan
dari kepentinganya.
|
Kepentingan
pribadi yang bertentangan dengan kepentingan pihak lain.
|
Mencoba
melihat dari prasangka.
|
Membuat anjuran menarik untuk komunikan.
|
Tantangan terhadap perubahan.
|
Berusaha untuk bersikap terbuka.
|
Mencari
pengertian secara sistematis.
|
Keinginan
untuk membantah dan menolak daripada mengerti.
|
Berusaha
mengerti dan tidak menolak.
|
Mengadakan
ide yang menarik komunikan.
|
Menjahui
apa yang dianjurkan dan tidak mencari jawaban.
|
Menggunakan
waktu berkomunikasi.
|
Menggunakan
bahasa.
|
Perbedaan
dalam bahasa.
|
Menganalisa
bahasa komunikator.
|
Mengenai komunikasi antarpersonal,
James H.Campbell dan Hall W. Helper memberi contoh dari dua orang yang
berkomunikasi, kemudian berinteraksi satu sama lain. Mereka menekankan bahwa
masing-masing mempunyai gambaran tentang diri serta kepentingan diri selalu
“dibawa” seseorang.
Untuk itulah dalam berkomunikasi
diusahakan agar supaya bidang kepentingan pihak lain dapat saling didekati.
Dalam komunikasi antarpersonal, komunikan dapat memberi arus balik secara
langsung kepada komunikator. Pemberian arus balik ini diadakan setelah
penilaian komunikasi terhadap pesan dari komunikator.
Selama proses komunikasi sedang
berlangsung, selama itu terjadilah permainan peran (role playing) dan
penerimaan peran (role taking). Setiap orang mempunyai peran sosialnya yaitu
sesuai dengan tugas dan fungsi serta status yang dimilikinya dalam masyarakat.
Permainan peran terjadi apabila ternyata bahwa peran sebelumnya pada saat
tertentu tidak dapat dijalankan lagi dan diperlukan suatu peran yang baru.[8]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Komunikasi
antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang
terlibat di di dalamnya saling mempengaruhi.
Keuntungan dari padanya adalah bahwa reaksi/arus balik dapat diperoleh segera.
Bila sumber dan penerima mempunyai kesamaan dalam pengertian, sikap, keyakinan
dan bahasa, maka komunikasi antara mereka kemungkinan sekali akan efektif.
Teori-teori
Pengembangan Hubungan.
ü Self Disclosure
ü Social
Penetration
ü Process
View
ü Social
Exchange
Salah
satu prinsip yang paling nyata dan mendasar dalam komunikasi manusia adalah
bahwa pengalihan ide paling sering terjadi diantara suatu sumber kepada
penerima yang mempunyai kesamaan – kesamaan.
Hubungan antarpribadi memainkan peran
penting dalam membentuk kehidupan kita. Orang memerlukan hubungan antarpribadi
untuk dua hal:
1. Perasaan (attachment), perasaan mengacu pada
hubungan yang secara emosional intensif.
2. Ketergantungan (dependency), ketergantungan
mengacu pada instrument perilaku antarpribadi spt membutuhkan
bantuan/persetujuan dan mencari kedekatan.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human
Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
AW. Widjaja, Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara. Jakarta: 1993.
Susanto Astrid, Komunikasi
Dalam Teori dan Praktek I, Binacipta. 1988.
Prof. Dr. H.M Burhan
Bungsin, S.Sos. M.Si, Sosiologi Komunikasi. Kencana Pernada media Group.
Jakarta, 2006
[2] Sri Purwaningsih. Teori Komunikasi hal 15-17
[3] M. Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana
Pernada Media Group, 2006)
[4] Jalaludin Rakhmat. Psikologi
Komunikasi. (Bandung: Rosda. 2009)
[5] Sri Purwaningsih. Teori Komunikasi hal 18-19
[6] Zulkarimein Nasution. Prinsip-prinsip
Komunikasi untuk Penyuluhan. (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 1990)
[7] Astrid S Susanto. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I hal 88-90
[8] AW. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (jakarta: Bumi
Aksara,1993)
Comments