Teori Komunikasi Antar Pribadi dan Relasional


BAB I
PENDAHULUAN

            Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Dengan berkomunikasi kita belajar tentang banyak hal. Belajar tentang diri sendiri dan orang lain, bergaul, bersahabat, berbagi pengetahuan pengalaman, berkasih sayang, membenci dan melestarikan peradaban manusia.
            Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi canggih.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Komunikasi Antarpribadi
            Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Liliweri,1991:12) Sebagaimana yang diungkapkan oleh Josef A Devito bahwa komunikasi antarpribadi ialah proses penyampaian dan penerimaan pesan diantara dua orang atau kelompok kecil dengan efek dan feed back langsung. Ciri – ciri komunikasi antar pribadi :
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka)
2. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu
3. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas    yang belum tentu jelas
4. berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja
5. kerap kali berbalas – balasan
6. mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta hubungan   harus bebas, bervariasi, adanya saling keterpengaruhan.[1]

Ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut Devito dalam Tamsil (2005:30)
1. Keterbukaan (Opennes)
2. Positif (Positiveness)
3. Kesamaan (Equality)
4. Empati (Empathy)
5. Dukungan (Supportiveness).
            Sifat – sifat komunikasi antarpribadi menurut Liliweri :
1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya prilaku verbal maupun non verbal
2. Melibatkan pernyataan / ungkapan spontan, scripted dan contrived
3. Komunikasi antarpribadi tidaklah satis melainkan dinamis
4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)
5. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
6. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan
7. Komunikasi antarpribadi merupakan persuasi antar manusia
1. Tingkat hubungan dan konteks
            Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu: Yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Ruben mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola-pola komunikasi interpersonal sebagai berikut:
            Pola yang berkembang akan berbeda pada tingkat komunikasi yang biasa dengan yang intim. Begitu juga konteks akan menentukan pola komunikasi yang tercipta misal di mall yang ramai atau di taman yang sepi.
2. Kebutuhan interpersonal dan gaya komunikasi
3. Kekuasaan
4. Konflik
            Komunikasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal penafsiran pesan dan penilaian dan efektivitas komunikasi. Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Sedangkan hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.” Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: percaya, sikap suportif dan sikap terbuka.
            Keefektifan hubungan antarpribadi adalah seberapa jauh akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang diharapkan. Keefektifan dalam hubungan antarpribadi dapat ditingkatkan dengan melatih mengungkapkan maksud atau keinginan kita, menerima umpan balik tingkah laku dan memodifikasi tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikan sebagaimana kita maksudkan.

B.        Teori-teori Diri (Pribadi) dan Orang Lain
            Pribadi adalah individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, perbedaan tersebut menyebebkan orang mengenal individu secara khas dan membedakannya dengan individu lainnya. Kualitas individu menentukan kekhasannya dalam hubunganya dengan individu lain, dan kekhasan tersebut akan menentukan kualitas komunikasinya.
  1. Persepsi Terhadap Diri Pribadi (Self Perception)
            Langkah pertama dalam persepsi diri adalah menyadari diri kita sendiri, yaitu mengungkap siapa dan apa kita ini, dan sesungguhnya menyadari siapa diri kita, adalah juga persepsi diri. Dengan mengutip Cohen, Fisher (1987:118, sendjaja, 2002:2.13) dikemukakan, bahwa persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita.
            Upaya Sendjaja untuk memahami proses antar pribadi. Pertama, suatu tindakan mensyaratkan kehadiran objek-objek eksternal untuk dapat ditangkap oleh indra kita. Kedua, adanya informasi untuk diinterpretasikan. Informasi yang dimaksud adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui sensasi atau indra yang kita miliki. Ketiga, menyangkut sifat representatif dari pengindraan, maksudnya kita tidak dapat mengartikan makna suatu persepsididasarkan pada pengamatan langsung.
Sifat-sifat Persepsi:
1. Pengalaman
            Pengalaman merupakan landasan sebagai pembanding untuk mempersepsikan suatu makna supaya komunikasi tidak membingungkan.
2. Selektif
            Kita mempersepsikan apa yg kita inginkan hanya dari bagian-bagian tertentu dari objek/orang atas dasar skap, nilai dan keyakinan yg ada dalam diri kita.
3. Penyimpulan
            Melalui penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagin karakteristik dari objek tsb.
4. Tidak akurat
            Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu namun tidak selalu menimbulkan masalah dalam komunikasi antarpribadi.
5. Evaluatif
            Persepsi tidak pernah objektif karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi.[2]
Elemen-elemen Persepsi:
Dari elemen-elemen ini kita akan menemukan pola yaitu bentuk pengorganisasian yang menciptakan satu kesatuan yang utuh.
1. Sensasi/penginderaan
            Ketika kita menangkap sesuatu melalui panca indera maka secara simultan dia akan menginterpretasikan makna dari penginderaannya.
2. Harapan
            Harapan dapat menjadi kekuatan yang sangat berarti dalam mengarahkan persepsi, meskipun adakalanya bertentangan dengan rasio.
3. Bentuk dan latar belakang (figure and ground)
            Persepsi mencakup perbedaan antara informasi yang menjadi ‘figur’ dan informasi yang menjadi ‘background’. Membedakan antara yg baik/tidak, relevan/tidak.
4. Perbandingan
            Cara yang biasa digunakan untuk menentukan kevalid-an persepsi kita adalah membandingkan dengan sesuatu.
5. Konteks
            Konteks dan pola merupakan komponen penting yang mendasari seluruh pemahaman kita tentang komunikasi antarpribadi karena interpretasi tidak akan terjadi tanpa menempatkannya dalam suatu konteks dan mengenali pola-pola (makna) dalam interaksi.
Langkah pertama dalam persepsi adalah menyadari diri kita sendiri yaitu pengungkapan dan siapa kita ini. Elemen yang membentuk kesadaran diri menurut Fisher, adalah:
1. Konsep diri, bagaimana kita memandang diri kita sendiri.
2. Self esteem, mengevaluasi diri kita sendiri.
3. Multiple selves, memiliki berbagai indentitas diri yang berbeda. Cara komunikasi dg orang terpelajar dan tidak, suami-istri, dll berbeda.
Kesadaran diri juga merupakan proses yang akan terus berubah dan berkembang sepanjang hidup. Konsep-konsep yang mempengaruhi perkembangan kesadaran diri sendiri adalah:
1. Reflexive self, ketika kita mempersepsikan diri kita, kita mempersepsikan bahwa diri kita terlibat dalam persepsi diri.
2. Social Self, bagaimana kita mengembangkan konsep diri melalui interaksi.
3. Becoming self, perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastic melainkan secara gradual melalui aktivitasi sehari-hari.
  1. Kesadaran Pribadi (Self Awareness)
            Memahami diri sendiri bagaikan kita berkacakan cermin, bahwa apa yang dilihat adalah wajah kita sebenarnya. Ketika orang menyadari siapa dirinya secara simultan ia juga telah mempersepsikan dirinya sendiri. Agar orang dapat menyadari dirinya sendiri, pertamakali orang harus memahami apakah diri atu self (nya) tersebut. “Diri” secara sederhana dapat ditafsirkan sebagai identitas individu. Karena itu “diri” adalah suatu pengertian yang mengacu kepada identitas spesifik dari seseorang.
  1. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)
            Self disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan, merupakan proses mengungkapan informasi pribadi diri kita kepada orang lain dan sebaliknya.
            Ahli lain, Joseph Luft mengemukakan teori self disclosure lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut johary window. Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak diketahui oleh siapapun.
            Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke dalam kuandran “terbuka”. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasannya. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negatif terhadap hubungan.
            Hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Orang memerlukan hubungan antarpribadi untuk dua hal:
1. Perasaan (attachment), perasaan mengacu pada hubungan yang secara emosional intensif.
2. Ketergantungan (dependency), ketergantungan mengacu pada instrument perilaku antarpribadi spt membutuhkan bantuan/persetujuan dan mencari kedekatan.
C.        Teori Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relationship)
1. Memahami Hubungan Antar Pribadi
            Di dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antar pribadi memerankan penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antarpribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri seseorang.
            Komunikasi antar pribadi dalam keluarga dan tempat kerja yang penuh ketegangan, bisa jadi meningkatkan kemungkinan untuk terserang stroke, hipertensi dan penyakit lainnya. Meskipun demikian secara pasti dapat dikatakan bahwa kita memerlukan hubungan pribadi.
2. Teori-teori Pengembangan Hubungan
            Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari study tentang komunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhan tahun para ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan berakhir.
a. Self Disclosure
     Proses pengungkapan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Proses pengungkapan dilakukan secara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan.
b. Social Penetration
     Proses dimana orang saling mengenal satu dengan yang lainnya. Model ini selain melibatkan self disclosure juga menjelaskan bilamana harus melakukan self disclosure dalam perkembangan hubungan.
c. Process View
     Process View menganggap bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan menggunakan atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut tadi.
d. Social Exchange
     Teori ini menelaah bagaimana kontribusi seseorang dalam suatu hubungan, dimana hubungan itu mempengaruhi kontribusi orang lain.[3]
3.  Model Pertukaran Sosial
            Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
4.   Model Peranan
            Bila model pertukaran sosial memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang, model peranan melihatnya sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan perannya sesuai dengan ekspedisi peranan (role expectation) dan tuntutan peran (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skill), dan terhindar dari konflik peranan dan kerancuan peranan.
5.   Model Permainan
            Menurut psikiater Eric Berne (1964,1972) dalam bukunya Games People Play. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permaianan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia, yaitu orang tua (parent), orang dewasa (adult), dan anak (child). Dalam hubungan interpersonal, kita menampilkan salah satu aspek kepribadian kita (orang tua, orang dewasa, anak), dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.
6.   Model Interaksional
            Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat struktural, integratif dan medan. Setiap sistem pasti memiliki hubungan saling ketergantungan  dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi, dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan.[4]
            Knap merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukkan bahwa orang mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain.
Menurutnya hubungan bia berkembang melalui lima tahap yaitu:
1. Inisiasi, mencakup percakapan singkat dan saling memberi salam.
2. Ekperimen, masing-masing akan mengungkap informasi mengenai partnernya.
3. Intensifikasi, melibatkan penyelidikan yang lebih mendalam pada kepribadian masing-masing.
4. Integrasi, menciptakan rasa ‘bersama’, rasa ‘kami/kita’ dimana keduanya bertindak sebagai suatu unit dan bukan sebagai individu terpisah.
5. Ikatan, terjadi ketika keduanya masuk kepada suatu ritual yang secara formal mengakui hubungan jangka panjangnya.[5]
            Akhirnya Duck kembali mengemukaan bahwa hubungan antarpribadi dapat berakhir dan biasanya melalui tahap-tahap:
1. Intrapsikis, orang akan memusatkan perhatian pda partnernya dan menilai adanya ketidakpuasan di dalam hubungan.
2. Tahap Dyadic, focus pada hubungan itu sendiri. Komunikasi akan bersifat langsung dan eksplisit dan dinamika dari hubungan mereka juga dibicarakan.
3. Tahap Sosial, focus pada kelompok yang lebih besar spt keluarga atau temanteman dimana pendapat mereka jadi bahan pertimbangan.
4. Tahap Grave Dressing, terjadi setelah pemutusan hubungan dimana masingmasing pihak akan memberikan alasannya sendiri dan dengan cara sendiriakan mengatasi dan menyembuhkan diri dari kedukaan atas berakhirnya hubungan.
            Sehubungan dengan ini jelaslah bahwa setiap kegiatan komunikasi selain merupakan kegiatan pengoperan dan penerimaan lambang atau keinginan untuk mengubah pendapat orang lain, juga merupakan suatu usaha untuk mengadakan hubungan sosial (sosial relationship).
            Salah satu prinsip yang paling nyata dan mendasar dalam komunikasi manusia adalah bahwa pengalihan ide paling sering terjadi diantara suatu sumber kepada penerima yang mempunyai kesamaan – kesamaan. Menurut Rogers dan Shoumaker (1971), homophily merupakan tingkat dimana pasangan individu yang berinteraksi mempunyai kesamaan dalam atribut tertentu seperti keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Bila sumber dan penerima mempunyai kesamaan dalam pengertian, sikap, keyakinan dan bahasa, maka komunikasi antara mereka kemungkinan sekali akan efektif.[6]
            Hubungan sosial ini diinginkan karena seseorang merasa harga diri atau rasa amannya akan meningkat dengan menjadi anggota artinya diakui oleh kelompok yang di kaguminya dan karenanya ia selalu akan berusaha untuk berkomunikasi dengan kelompok keinginannya. Hubungan antar persona adalah hubungan yang langsung.             Keuntungan dari padanya adalah bahwa reaksi/arus balik dapat diperoleh segera. Dengan arus balik dimaksudkan reaksi sebagaimana diberikan oleh komunikan: reaksi ini dapat berupa positif maupun negatif dan dapat diberikan/dikirimkan kepada komunikator secara langsung maupun tidak langsung.
            Apabila antara komunikator dan komunikan terdapat rintangan-rintangan, maka rintangan tadi akan langsung diketahui atau dirasakan oleh pihak yang lain. Dalam hubungan antar persona, proses komunikasi semakin jelas.
            Adapun hindaran ataupun kemungkinan hambatan serta pengatasan hambatan demi kelangsungan komunikasi dapat disusun sebagai berikut:[7]
Komunikator
Hambatan Komunikasi
Komunikan
Komunikasi sebaiknya diadakan berdasarkan tingkat, kepentingan dan pengalaman komunikan.
Perbedaan dalam status, pengalaman dan tugas.
Sebaiknya mengetahui tentang status, kepentingan dan pengalaman.

Memperhitungkan prasangka dan kepentingan komunikan.
Prasangka-prasangka.
Melepaskan diri dari prasangka.
Mencari bidang-bidang pertemuan dengan komunikan dengan berusaha melihat persoalan dari kepentinganya.
Kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan pihak lain.
Mencoba melihat dari prasangka.
Membuat anjuran menarik untuk komunikan.
Tantangan terhadap perubahan.
Berusaha untuk bersikap terbuka.
Mencari pengertian secara sistematis.
Keinginan untuk membantah dan menolak daripada mengerti.
Berusaha mengerti dan tidak menolak.
Mengadakan ide yang menarik komunikan.
Menjahui apa yang dianjurkan dan tidak mencari jawaban.
Menggunakan waktu berkomunikasi.

Menggunakan bahasa.
Perbedaan dalam bahasa.
Menganalisa bahasa komunikator.
            Mengenai komunikasi antarpersonal, James H.Campbell dan Hall W. Helper memberi contoh dari dua orang yang berkomunikasi, kemudian berinteraksi satu sama lain. Mereka menekankan bahwa masing-masing mempunyai gambaran tentang diri serta kepentingan diri selalu “dibawa”  seseorang.
            Untuk itulah dalam berkomunikasi diusahakan agar supaya bidang kepentingan pihak lain dapat saling didekati. Dalam komunikasi antarpersonal, komunikan dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator. Pemberian arus balik ini diadakan setelah penilaian komunikasi terhadap pesan dari komunikator.
            Selama proses komunikasi sedang berlangsung, selama itu terjadilah permainan peran (role playing) dan penerimaan peran (role taking). Setiap orang mempunyai peran sosialnya yaitu sesuai dengan tugas dan fungsi serta status yang dimilikinya dalam masyarakat. Permainan peran terjadi apabila ternyata bahwa peran sebelumnya pada saat tertentu tidak dapat dijalankan lagi dan diperlukan suatu peran yang baru.[8]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di di dalamnya saling mempengaruhi. Keuntungan dari padanya adalah bahwa reaksi/arus balik dapat diperoleh segera. Bila sumber dan penerima mempunyai kesamaan dalam pengertian, sikap, keyakinan dan bahasa, maka komunikasi antara mereka kemungkinan sekali akan efektif.
Teori-teori Pengembangan Hubungan.
ü  Self Disclosure
ü  Social Penetration
ü  Process View
ü  Social Exchange
Salah satu prinsip yang paling nyata dan mendasar dalam komunikasi manusia adalah bahwa pengalihan ide paling sering terjadi diantara suatu sumber kepada penerima yang mempunyai kesamaan – kesamaan.
Hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Orang memerlukan hubungan antarpribadi untuk dua hal:
1. Perasaan (attachment), perasaan mengacu pada hubungan yang secara emosional intensif.
2. Ketergantungan (dependency), ketergantungan mengacu pada instrument perilaku antarpribadi spt membutuhkan bantuan/persetujuan dan mencari kedekatan.

DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
AW. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara. Jakarta: 1993.
Susanto Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I, Binacipta. 1988.
Prof. Dr. H.M Burhan Bungsin, S.Sos. M.Si, Sosiologi Komunikasi. Kencana Pernada media Group. Jakarta, 2006


[1] Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: 2005
[2] Sri Purwaningsih. Teori Komunikasi hal 15-17
[3] M. Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2006)
[4] Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Rosda. 2009)
[5] Sri Purwaningsih. Teori Komunikasi hal 18-19
[6] Zulkarimein Nasution. Prinsip-prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 1990)
[7] Astrid S Susanto. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I hal 88-90
[8] AW. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. (jakarta: Bumi Aksara,1993)

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki