Konsep Diri
Konsep
diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan
gabungan dari keyakinan fisik, psikologi, sosial, emosional aspiratif, dan
prestasi yang mereka capai. Konsep diri merupakan salah satu aspek yang cukup
penting bagi individu dalam berperilaku.
A.
Definisi
Konsep Diri
Calhaon
dan Acocella (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri
seseorang. Hurlock (1979) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran
seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologi, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai.
Burn
(1993) mendifinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara
keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang
gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai. Definisi lain
dikemukakan oleh Rahmat.[1],
konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif, melainkan juga penilaian individu
mengenai dirinya sendiri.
Ada
dua konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan afektif. Komponen
kognitif disebut sebagai self image dan komponen afektif disebut sebagai self
esteem. Komponen kognitif adalah pengetahuan individu tentang dirinya mencakup
pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya,
gambaran ini disebut dengan citra diri. Sementara itu, komponen afektif
merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk
bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu.
B.
Perkembangan
konsep diri
Menurut
Calhoun dan Acocella, ketika lahir manusia tidak mempunyai konsep diri,
pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri, dan penilaian
pada diri sendiri. Artinya individu tidak sadar dia adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari lingkungan.
Sensasi
yang dirasakan oleh anak pada waktu masih bayi tidak disadari sebagai suatu
yang dihasilkan dari interaksi antara dua faktor yang masing-masing berdiri
sendiri, yaitu: lingkungan dan dirinya sendiri. Perlahan-lahan individu akan
bisa membedakan antara “aku” dan “bukan aku”, selanjutnya individu belajar dari dunia yang bukan aku,
dan dari hal itulah individu membangun konsep diri.
Selanjutnya
kemajuan yang besar dalam perkembangan konsep diri adalah ketika ia mulai
menggunakan bahasa. Pada saat itulah konsep diri, baik yang positif maupun
negatif mulai terbentuk.
willey[2]
mengatakan bahwa sumber pokok dari informasi untuk konsep diri adalah interaksi
dengan orang lain. Tokoh pertama yang mengatakan fakta ini adalah C.H. Cooley
yang mengatakan bahwa kita mnggunakan orang lain untuk menunjukkan siapa diri
kita. Yang kemudian berkembang dalam dua tahap. Pertama, kita
menginternalisasikan sikap orang lain terhadap kita. Kedua, kita
menginternalisasikan norma masyarakat, dengan kata lain konsep diri adalah
ciptaan sosial dan hasil belajar dari interaksi dengan orang lain.
Sedangkan
Hurlock membagi konsep diri berdasarkan perkembangannya menjadi konsep diri
primer dan sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk oleh
pengalaman yang terbentuk oleh lingkungan keluarga, sedangkan konsep diri
sekunder adalah konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah.
Calhoun
dan Acocella, mengemukakan tentang sumber informasi yang penting dalam
pembentukan konsep diri, antara lain: orang tua, teman sebaya dan masyarakat.
Maka dari uraian dia atas dapat disimpulkan bahwaknsep diri tidak berkembang
dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi dengan individu
yang lain khususnya dengan lingkungan sosial.
C.
Aspek-aspek
Konsep Diri
Calhoun
dan Acocella mengatakan konsep diri terdiri dari tiga dimensi atau aspek,
antara lain:
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya. Pengetahuan tentang diri juga
berasal dari kelompok sosial yang diidentifikasikan oleh individu tersebut
2.
Harapan
Pada
saat-saat tertentu orang mempunyai suatu aspek pandangan tentang dirinya.
Individu juga mempunyai suatu aspek pandangan tentang kemungkinan dirinya
menjadi apa di masa depan. Dalam artian individu mempunyai harapan bagi dirinya
sendiri untuk menjadi diri yang ideal.
3.
Penilaian
Di
dalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri,
apakah bertentangan dengan pengharapan bagi individu atau standar bagi
individu. Hasil penilaian tersebut disebut harga diri. Semakin tidak sesuai
antara harapan dan standar diri, maka akan semakin rendah harga diri seseorang.
D.
Pengaruh
Konsep Diri Terhadap Prilaku Individu
pujijogjanti[3] mengatakan ada tiga peranan penting
dari konsep diri sebagai penentu prilaku.
1. Konsep
diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin.
2. Keseluruhan
sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besar terhadap
pengalamannya.
3. Konsep
diri adalah penentu pengharapan individu.
Berdasarkan
ketiga peranan konsep diri tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri selain
berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri
dan penyeimbang batin bagi individu.
Calhoun
dan Acocella, membagi konsep diri menjadi dua, yaitu: konsep diri positif dan
negatif. Ciri konsep diri yang positif adalah yakin dengan kemampuan dirinya
sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima
pujian tanpa rasa malu serta mampu mengembangkan diri karena sanggup
mengungkapkan aspek-aspek keperibadian yang buruk dan berupaya untuk
mengubahnya.
Sedangkan,
ciri konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap
pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan
pesimistis terhadap kompetisi.
Selanjutnya
konsep diri yang negatif dibagi lagi menjadi dua jenis. Pertama, yaitu
pandangan seseorang terhadap dirinya tidak teratur, tidak memiliki kestabilan
dan keutuhan diri. Kedua, konsep diri yang terlalu stabil dan terlalu teratur
alias kaku.
Konsep
diri pada setiap orang sesungguhnya tidak mutlak dalam kondisi biner anatara
positif dan negatif, tetapi karena konsep diri berperan penting sebagai
pengarah dan penentu prilaku, maka harus diupayakan dengan keras agar individu
mempunyai banyak ciri-ciri konsep diri yang positif.
[1] Dudung Hamdun, “Hubungan antara konsep diri religiusitas dengan
keputusan pernikahan”, Tesis, (Jogjakarta: fakultas psikologi UGM, 2004)
[2] J.F Calhoun dan J.R Acocella, psikologi tentang penyesuaian dan
kecemasan, terj.Satmiko S.R.,(Semarang: IKIP Press, 1995).
[3] Dudung Hamdun, “Hubungan antara konsep diri religiusitas dengan
keputusan pernikahan”, Tesis, (Jogjakarta: fakultas psikologi UGM, 2004)
Comments