Peningkatan ekonomi rumah tangga nelayan melalui pemberdayaan wanita nelayan
- Latar Belakang
Masyarakat nelayan di kawasan pesisir merupakan kelompok masyarakat yang
paling tertinggal dalam berbagai sentuhan pembangunan selama ini. Khususnya
pada kelompok nelayan tradisional yang dicirikan oleh teknologi produksi yang
rendah, sehingga kemampuan akses terhadap produksi (finishing ground) relatif rendah, akibatnya hasil produksi yang
diperoleh juga rendah pula. Implikasi dari itu semua, tingkat pendapatan
kelompok nelayan ini sangat rendah.
Pada kelompok nelayan tradisional, peranan istri nelayan di tuntut
semakin lebih besar dalam mencari alternatif pendapatan lain untuk mencukupi
kebutuhan ekonomi rumah tangga. Studi ini bertujuan menganalisis peranan wanita
nelayan terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga serta alternatif kegiatan
ekonomi wanita nelayan guna membantu ekonomi keluarga.
- Apa yang Diteliti
- Profil sosial ekonomi rumah tangga wanita nelayan tradisional
- Pola kegiatan istri nelayan
- Pendapatan rumah tangga nelayan
- Curahan atau alokasi waktu kerja wanita nelayan
- Menggunakan metode apa (METODOLOGI)
- Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada akhir tahun 2004 sampai awal 2005 dan
dilakukan pada beberapa wilayah pesisir terpilih di Sumatera Barat, dimana
terkonsentrasi pemukinan nelayan tradisional, antara lain: Padang, Pariaman,
dan Pesisir Selatan.
- Sumber dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
-
Data primer, diperoleh dari istri
(wanita nelayan), melalui wawancara langsung. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan serta wawancara yang mendalam terhadap informasi
kunci (key informan).
-
Data sekunder, dari berbagai bahan
publikasi, seperti: Susenas, Dinas atau instansi terkait serta hasil penelitian
lainnya.
- Data Analisis
Analisis data dilakukan dengan dua macam, yaitu: (1) Share wanita nelayan
dalam pendapatan rumah tangga, (2) Deskriptif analisis tentang peluang berusaha
di Pesisir.
- Hasilnya Apa
Berdasarkan hasil studi menunjukkan, bahwa rata-rata wanita yang bekerja
adalah sebesar 37,5 angka ini tidak berbeda jauh dari hasil studi pada tahun
1996 (Zein, 2000). Apabila diperhatikan berdasarkan alokasi waktu kerja yang
dicurahkan bagi kelompok wanita nelayan yang bekerja tersebut, maka selama 5
jam per hari (20%) dari waktunya dicurahkan untuk kegiatan reproduktif
(kegiatan memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian dan mengurus anak dan 6
jam wanita nelayan bekerja dengan yang tidak bekerja, maka curahan waktu kerja
untuk kegiatan reproduktif ini lebih banyak pada wanita nelayan yang tidak
mempunyai kegiatan ekonomi lainnya.
Konflik dalam pemberdayaan wanita nelayan
1. Masalah paradigma gender
yang keliru
Selama ini orang memanndang bahwa wanita adalah makhluk yang lemah,
sehingga hanya diberikan posisi pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan fisik.
- Rendahnya kualitas SDM
Pada umumnya kualitas SDM memang relatif rendah di pedesaan pantai,
dengan demikian porsi pekerjaan yang sesuai mencari porsi pekerjaan kasar.
- Kepedulian stakeholders
Stakeholders masih rendah kepeduliannya terhadap wanita nelayan, sehingga
kesempatan pekerjaan sangat rendah.
- Kurangnya akses modal
Dipedesaan pantai terhadaap akses modal sangat rendah, sehingga upaya
pengembangan usaha yang relatif lambat.
- Kurangnya kebersamaan
Hal utama yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha wanita nelayan
adalah kurangnya kebersamaan dan mereka cenderung bekerja sehari-hari.
- Ketergantungan terhadap pihak luar
Kegiatan usaha wanita nelayan sangat tergantung dengan pihak luar
seperti, ketersediaan bahan baku,
organisasi pemasaran, sumber keuangan, tenaga.dll
- Kurangnya pemasaran
Produk-produk hasil karya wanita nelayan di pedesaan pantai sangat sulit
di pasarkan.
- Tergantung dari hasil tangkapan ikan (suami)
Biasanya produk yang dihasilkan wanita nelayan sangat tergantung kepada
hasil kegiatan suami sebagai nelayan.
Proses pemberdayaan wanita nelayan
1.
Pembentukan Kelompok
Guna meningkatkan usaha nelayan di pedesaan pantai, perlu adanya kelompok
yang kokoh, melalui pembinaan dan penguatan kelompok.
2.
Perencanaan program
Program haruslah yang rasional dan dapat dilaksanakan oleh seluruh
anggota kelompok.
3.
Pelaksanaan program
Dengan program yang baik, maka seluruh anggota kelompok pun harus mampu
melaksanakan seluruh program dengan konsisten.
4.
Agar usaha masyarakat / wanita
dapat berjalan dengan sukses, maka peranan
pendamping adalah sangat
penting artinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah. 1982. Peranan Wanita Nelayan dalam Meningkatkan Pendapatan
Keluarga Nelayan Muncar, Banyuwangi – Jawa Timur. Dalam Prosiding Workshop Sosial Ekonomi Perikanan Indonesia. Cisarua, 2-4 November 1982. Pusat Penelitian da Pengembangan
Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Indonesia
(p:151-157).
Jordan.
R.E dan neihof A. 1982. Patondu Revisted: A case of Modemization in Fishery,
Review of Indonesia
an Malayan Affairs (RIMA). Vol 16 (2), 1982 (p:83-108)
Norr, J.L dan K.F Norr, 1991. Womens Satutus in Peasant-level Fishing,
society and Natural Resources, vo.5, p:149-163
Yater, L.R, 1983 The Fishermen’s Family: Economic Roles of Women and
Children. Dalam Small Scale Fisheries of San Miguel Bay: Philippines:
Social aspect of production an marketing (ed.Bailey). ICLARM Technical
reports No.9 Manila Philippines
Zein, A. 2000. The Influence of technological Change on Income and Social
Struktur in Artisanal Fisheries in Padang,
Indonesia.
Universitas Bung Hatta Press. Padang.
Indonesia
Zein, A. 2005. The Role of Fisher-women on Food Security at the
Traditional Fishermen Household of West Sumatra, Indonesia. Makalah pada
International Seminar tentang Food Security di Hanoi – Vietnam, 1-7 Mei 2005.
Comments