Keuntungan Dan Keberkahan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakan Masalah
Kadang kebanyakan orang selalu menggangap
bahwa dalam berbisnis hal yang paling diutamakan hanyalah keuntungan-keuntungan
semata dan itu dinilai dari kuantitas materi, finansial (uang) semata, sehingga
mereka disibukan akan menumpuk harta kekayaan untuk bermewah-mewahan dan
bermegah-megahan. Mereka lupa bahwa dilain menumpuknya materi atau harta itu,
masi ada satu lagi yang wajib ditanam dibenak mereka yakni Keberkahan harta
tersebut, karna keberkahan ini tidak hanya bisa dipahami
dalam wujud yang riil saja, yaitu jumlah harta yang senantiasa bertambah dan
berlipat ganda. Keberkahan atau perkembangan
harta, dapat saja terwujud dengan berlipat gandanya kegunaan harta tersebut,
walaupun jumlahnya tidak bertambah banyak atau tidak berlipat ganda.
Misalnya,
mungkin saja seseorang yang hanya memiliki sedikit dari harta benda, akan
tetapi karena harta itu penuh dengan keberkahan, maka ia terhindar dari
berbagai mara bahaya, penyakit, dan tenteram hidupnya. Dan sebaliknya, bisa
saja seseorang yang hartanya melimpah ruah, akan tetapi karena tidak diberkahi,
hartanya tersebut menjadi sumber bencana, penyakit, dan bahkan mungkin ia tidak
dapat memanfaatkan harta tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian umum
keuntungan dan keberkahan ?
2.
Bagaimana cara berbisnis yang
menguntungkan dan berkah ?
3. Bagaimana mengukur keuntungan dalam berbisnis yang berkah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
KEUNTUNGAN
[1]Untung atau keuntungan adalah hasil dari
seorang yang menjual barang daganganya lebih tinggi dari harga pembelian. Atau
bisa dikatakan selisih antara total penjualan atau pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan.
[2]keuntungan adalah kayu pengukur awal terhadap
perkembangan dan kemampuan syarikat bersaing, keuntungan juga dapan dijadikan
pengukuran dan bukanya tujuan.
B.
KEBERKAHAN
"Berkah" atau "al-barakah" bila kita pelajari
dengan sebenarnya, baik melalui ilmu bahasa Arab atau melalui dalil-dalil dalam
al-Qur'an dan as-Sunnah, niscaya kita akan mendapatkan, bahwa "al
barakah" memiliki kandungan dan pemahaman yang sangat luas dan agung.
[3]Secara ilmu
bahasa, "al-barakah" berarti "Berkembang, bertambah dan
kebahagiaan.” Imam an-Nawawi berkata, "Asal makna keberkahan ialah
kebaikan yang banyak dan abadi.
Adapun bila
ditinjau melalui dalil-dalil dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, maka "al-barakah"
memiliki makna dan perwujudan yang tidak jauh berbeda dari makna "al-barakah"
dalam ilmu bahasa.
Walau demikian,
kebaikan dan perkembangan tersebut tidak boleh hanya dipahami dalam wujud yang riil,
yaitu jumlah harta yang senantiasa bertambah dan berlipat ganda. Kebaikan dan
perkembangan harta, dapat saja terwujud dengan berlipat gandanya kegunaan harta
tersebut, walaupun jumlahnya tidak bertambah banyak atau tidak berlipat ganda.
Misalnya, mungkin
saja seseorang yang hanya memiliki sedikit dari harta benda, akan tetapi karena
harta itu penuh dengan keberkahan, maka ia terhindar dari berbagai mara bahaya,
penyakit, dan tenteram hidupnya. Dan sebaliknya, bisa saja seseorang yang
hartanya melimpah ruah, akan tetapi karena tidak diberkahi Allah, hartanya
tersebut menjadi sumber bencana, penyakit, dan bahkan mungkin ia tidak dapat
memanfaatkan harta tersebut.
C.
BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN DAN BERKAH
1. NIAT
Sebrnarnya
sholat yang didahului dengan niat sejatinya mengajarkan kita agar meluruskan
niat karena allah semata seperti dalam setiap aktifitas yang kita lakukan.
Ketika berbisnis, niatkanlah sebagai bentuk ibadah kepada allah untuk menafkahi
keluarga dan memberikan manfaat kepada orang lain. Hal ini sangat penting.
Karena setiap bisnis yang dilakukan dengan niat hanya ingin memperoleh
keuntungan dan kekayaan tidak akan berkah, ia mungkin bisa memperoleh harta
yang diinginkan, tapi tidak keberkahan dari allah.
Sebaliknya bisnis yang di landasi
dengan niat yang tulus dan murni karena allah, maka insyaallah akan
mendatangkan pertolongan allah. Jika allah telah memberikan pertolonganya,
niscaya bisnis yang dijalankan akan berhasil dengan baik, dan yang terpenting
lagi memperoleh keberkahan darinya.
Seperti kisah
ketika Umar bin abdul aziz dilantik menjadi kholifah pada tahun 99 hijriyah,
thabi’in mengirim surat kepadanya:
“ketahuilah bahwa bantuan allah dan
pertolonganya kepada hamba-hambanya seimbang dengan niatnya, barang siapa yang
sempurna niatnya, maka akan sempurna pula pertolongan allah baginya.
Sebaliknya, jika niatnya kurang sempurna, maka akan berkurang pula pertolongan
allah dsesuai dengan niatnya[4]”
2. ETIKA BISNIS ROSULULLAH
[5]Rosulullah SAW telah menunjukan keteladanan
yang mempesona sepanjang masa. Berbisnis bukan sekedar main hantam, terjun ke
dunia bisnis kemudian berusaha mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
memdulikan ada yang terdzalimi dengan tingkah laku bisnis kita atau tidak.
Kegiatan
perdagangan dalam islam tidak hanya bertujuan memperoleh imbalan berupa harta/
profit. Namun disana juga terdapat tata cara memperolehnya dan juga
pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Karna allah telah
melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfatkan
untuk mencari rizki.
“ Dialah yang menjadikan bumi ini bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebagian dari rizkinya… (Qs AL-Mulk 67: 15)
Demikian
perilaku rasulullah SAW yang jujur, transparan, dan pemurah, merupakan kunci
keberhasilanya mengolah bisnis. Ini adalah contoh kongkrit tentang moral dan
etika dalam bisnis. Beliau adalah suri tauladan dalam segala bidang. Teladan
yang agung, karena beliau tak hanya piawai berkata-kata, namun juga pintar
merealisasikanya.
Dalam bisnis
islam pada hakikatnya selalu memegang asas keadilan dan keseimbangan yang telah
dicontohkan dalam mengelola bisnis oleh nabi muhammmad SAW, agar berhasil dunia
ataupun akhirat.
“ iman kepada allah dan rasulnya dan berjihat
dijalan allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jikakamu
mengetahui . niscaya allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukanmu kedalam
jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dan memasukanmu ketempat tinggal yang
bail didalam jannah ‘And. Itulah keberuntungan yang besar… (Qs Ash-Shaff 61:
10-12)
Jadi, perilaku
bisnis bukan hanya semata perbuatan dalam hubungan kemanusiaan tetapi mempunyai
sifat ilahiyah.
D.
MENGUKUR BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN DAN BERKAH
[6]Dapat disederhanakan menjadi 5 cara :
Pertama, yakni BISNIS yang bila apa
yang kita lakukan menjadi amal Shaleh.
Walaupun belum (atau bahkan tidak) mendapatkan uang, tetapi jika telah
berkesempatan menolong orang lain, meringankan beban orang lain, memuaskan
pembeli atau melakukan apapun yang menjadi kebaikan di sisi Allah, maka semua
itu merupakan keuntungan.
Sebaliknya,
bisnis narkoba, perjudian, dan prostitusi itu menghasilkan banyak uang, tetapi
jangan pernah merasa beruntung kalau bisnis itu berkembang. Itu semua bukan
keuntungan, melainkan fitnah. Dan bila mungkin berhentilah bermimpi yang seperti ini. Segeralah action atau bertindak yang sewajarnya, seperti slogan stop dreaming start action.
Kedua, yakni BISNIS yang bila
apa yang kita lakukan itu bisa membangun nama
baik (citra diri) kita. Jangan sampai kita mempunyai banyak uang, tetapi nama
baik kita hancur, dicap sebagai penipu dan pendusta. Kekayaan bukanlah tempelan
(uang, pangkat, jabatan), kekayaan kita harus melekat pada citra diri kita.
Ketiga, yakni BISNIS yang bila
apa yang kita lakukan itu bisa menambah ilmu,
pengalaman dan wawasan. Jika kita mempunyai banyak uang, tetapi tidak berilmu
sebentar saja bisa hangus uang kita. Tidak sedikit orang yang mempunyai uang,
tetapi tidak memiliki pengalaman, sehingga mereka mudah tertipu. Sebaliknya
jika kita terkena musibah seperti dirampok, dsb, kalau kita memiliki ilmu,
pengalaman dan wawasan, kita bisa mencari dan memulainya kembali dengan mudah.
Keempat, yakni BISNIS yang bila
apa yang kita lakukan itu bisa membangun relasi
atau silaturahmi. Oleh sebab itu, jangan pernah hanya karena masalah uang
hubungan kita dengan orang lain menjadi hancur.
Setiap orang
yang terluka oleh perilaku kita, dia akan menceritakan luka di hatinya kepada
orang lain. Dan ini akan menjadi benteng memenjarakan, kita akan menjadi
semakin kecil. Jangan mencari musuh, tapi perbanyak kawan. Kalau kawan sudah
mencntai kita, mereka akan bersedia untuk membela dan berkorban untuk kita, setidaknya
mereka akan menceritakan sesuatu yang baik tentang kita.
Kelima, yakni BISNIS yang bila
apa untung itu tidak hanya sekedar untuk
mendapatkan manfaat bagi diri sendiri, tetapi apa yang kita lakukan itu justru
harus banyak menguntungkan dan memuaskan orang lain.
Oleh karena
itu, kalau kita sudah meyakini bahwa pembagi rejeki adalah Allah, SWT, maka
bisnis kita bukan bagi manusia, tetapi dengan Allah, penggenggam setiap rejeki.
Semoga kita menjadi orang yang beruntung.
BAB
III
KESIMPULAN
Kita tidak
boleh hanya senang memiliki sesuatu. Padahal hakikatnya bukan hak milik, tetapi
hak pakai. Tetapi, yang lebih penting adalah apakah yang kita miliki itu
mengundang keberkahan.
Kita
tidak perlu bangga dengan apa saja yang kita miliki, jika ternyata tidak
mendatangkan berkah. Jadi, bukan takut tidak memiliki sesuatu, tetapi yang
lebih kita takuti adalah sesuatu yang sudah menjadi hak milik kita, TIDAK
BERKAH.
Waspadalah terhadap bisnis
yang tidak menjadi amal, yang tidak menjadi nama baik, yang tidak menjadi ilmu,
yang memutuskan silaturahmi dan yang mengecewakan orang lain. Karena semua itu
bukanlah keuntungan, melainkan bencana....!!!!!!
DAFTAR
PUSTAKA
Atory, Husain ahmad, 2007, tatbir urus korparat. Bukit serdang,
STRIKEWAY, Hal: 40
al-Faiyyumy, Ahmad Muhammad,2010. Al-Misbah
al-Munir, Jakarta: Dinamikah berkah utama
Malahayati,
2010. Rahasia Sukses Bisnis Rosulullah.
Yogyakarta: jogja GreatPublisher. Hal: 59-62
Muhammad, syafi’ie el-bantanie,
2004. Sholat Tolak Miskin, Jakarta:
Pt Elekx Media Komputendo Kompas Gramedia Building. Hal: 59-60
Destira, rita. 2009. Bahas Tuntas 1001 soal matematika.
Jakarta: PT BUKU KITA. Hal: 86
http://gerainiaga.com/selasar/blog/spirit/alat-ukur-keuntungan-dalam
berbisnis
[1]
Destira, rita. 2009. Bahas Tuntas 1001 soal matematika.
Jakarta: PT BUKU KITA. Hal: 86
[2]
Atory, Husain ahmad, 2007, tatbir urus korparat. Bukit serdang,
STRIKEWAY, Hal: 40
[3]
al-Faiyyumy, Ahmad Muhammad,2010.
Al-Misbah al-Munir, Jakarta: Dinamikah berkah utama
[4]
Muhammad, syafi’ie
el-bantanie, 2004. Sholat Tolak Miskin,
Jakarta: Pt Elekx Media Komputendo Kompas Gramedia Building. Hal: 59-60
[5]
Malahayati, 2010. Rahasia Sukses Bisnis Rosulullah.
Yogyakarta: jogja GreatPublisher. Hal: 59-62
[6]
http://gerainiaga.com/selasar/blog/spirit/alat-ukur-keuntungan-dalam-berbisnis
Comments