Asal usul manusia menurut Yahudi dan Kristen
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jika kita mendengar
kata filsafat maka konotasi kita akan segera pada sesuatu yang besifat prinsip
yang juga sering dikaitkan pada pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai
dasar [1]. Pada hakekatnya
semua yang ada di alam ini sudah sejak awal menjadi pemikiran dan teka-teki
yang tak habis-habisnya diselidiki dan inilah yang menjadi fundamen timbulnya
filsafat.
Jadi, filsafat
adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk memahani secara radikal, integral dan universal tentang hakikat
sarwa yang ada (hakekat Tuhan, alam dan hakekat manusia), serta sikap manusia
termasuk sebagai konsekwensinya dari pemahamannya tersebut (Anshari, 19984: 12), dan
manusia tentu mempersoalkan dirinya sendiri, bahkan boleh dikatakan ia adalah
teka-teki bagai dirinya sendiri, siapakah sebenarnya “aku” ini ?[2]
Kalau demikian maka
jelaslah bahwa hal ini memerlukan perenungan yang mendalam dan meng-asas pada
usaha akal dan pekerjaan pikiran manusia. Karenanya filsafat-lah yang bertugas
untuk mencari jawaban dengan cara ilmiah, obyektif, memberikan
pertanggungjawaban dengan berdasarkan pada akal budi manusia. Karenanya
filsafat itu timbul dari kodrat manusia.
Manusia mempunyai
keistimewahan dari makhluk-makhluk yang lain, ia diciptakan oleh Allah SWT
begitu sempurna dan kesempurnaan ini manusia dapat meningkatkan kehidupannya.
Dengan berpikir atau
bernalar, merupakan satu bentuk kegiatan akan manusia melalui pengetahuan yang
kita terima melalui panca indra diolag dan ditunjukan untuk diri sendiri dengan
manifestasinya, ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukan
alasan-asalan, membuktukan sesuatu, menggolong-golongkan,
membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pemikiran,
mencari kausalitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain.[3](Salam, 1988:1).
Sesuai dengan makna
filsafat, yaitu sebagai ilmu yang bertujuan untuk berusaha memahami semua yang
timbul dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, maka berfilosofis
memerlukan suatu ilmu dalam mewujudkan pemahaman tersebut.
B. Rumusan masalah
1.
Apa pengertian manusia dan hakikat manusia?
2.
Bagaimana asal usul Yahudi dan Kristen?
3.
Bagaimana asal usul manusia menurut Yahudi dan Kristen?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa pengertian manusia dan hakikat manusia
2.
Untuk mengetahui asal usul Yahudi dan Kristen
3.
Untuk mengetahui asal usul manusia menurut Yahudi danKristen
BAB 11
PEMBAHAASAN
1. Pengertian Manusia
Manusia secara
bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata
nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti
jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat
lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
baru disekitarnya.
Berikut beberapa Definisi lain
tentang manusia :
1.
Manusia adalah makhluk utama,
yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa
bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2.
Manusia adalah kemauan bebas.
Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam
arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber
utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat
sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan
bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial,
kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan
3.
Manusia adalah makhluk yg sadar.
Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui
daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal,
menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing
realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan
akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan
penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan
memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke
dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg
benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg
lebih mulia daripada eksistensi.
4.
Manusia adalah makhluk yg sadar
diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai
pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis,
mengetahui dan menilai dirinya.
5.
Manusia adalah makhluk kreatif.
Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari
alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki
kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati
parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman
eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk
menikmati apa yg belum diberikan alam.
6.
Manusia adalah makhluk idealis,
pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada,
tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah
faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan
kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan
inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki,
mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
7.
Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah
timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada
antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif
yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut
ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa
rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8.
Manusia adalah makhluk utama dalam
dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan
atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan,
ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan
mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan
ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti
kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Manusia cara
keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang
lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan
berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia
juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting
psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya.
Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang
menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan
teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan
melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental.
Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada
pengetahuan ciptaan tentang dirinya[4].
Berbicara tentang
manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perfektif, ada
yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat
ini dinyakini oleh para filosof.
Sedangkan yang lain
menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan
manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan
simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo
feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila
terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu
pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk
hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia
harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat
disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli
mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut
dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah
satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang
senang bermain). Manusia dalam bermaian memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan
bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permaianan
dalam sejarahnya juga digunakan untu memikat dewa-dewa dan bahkan ada suatu
kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritus suci. [5]
Marx menunjukan
perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya, binatang
langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya. Sedangkan manusia membuat kerja
hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya
apa yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya danketurunnya, sedangkan
manusia berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik, ia baru
produksi dari yang sesungguhnya dalam kebebasan dari kebutuhannya. Manusia
berhadapan bebas dari produknya dan binatang berproduksi menurut ukuran dan
kebutuhan jenis produksinya, manusia berproduksi mnurut berbagai jenis dan
ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia berproduksi menurut
hukum-hukum keindahan. Manusia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas
I dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, universal
dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama. Dipihak yang
lain ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan.
Oleh sebab itu menurut Marx manusia hnya terbuka pada nilai-nilai estetik dan
hakekat perbedaan manusia dengan binatang adalah menunjukan hakekat bebas dan
universal.[6]
Antropologi adalah
merupakan salah satu dari cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakekat
manusia dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang dirinya,
apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang
kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan
mempertanyakan tentang makna hidupnya ditengan dinamika perubahan yang
kompleks, dan apakah makna keberadaannya ditengah kompleksitas perubahan itu?
Pertanyaan tentang hakekat manusia merupkan pertanyaan kuno seumur keberadaan
manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak pernah akan selesai
dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas dalam keling
manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak berubah.[7]
Manusia menurut
Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan
dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam
masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang
hanya berada dalam dunia. Manusi dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya
untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas,
keterarahan, temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi
dikarenakan kapasitasnya untuk meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan
kesadaran manusia bersifat historis manusia membuat hubungan dengan dunianya
bersifat epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana, sekarang
berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan
sejarah juga sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah. [8]
Hakekat manusia
selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan
monoteisme, yang menccari unsur pokok yang menentujkan yang bersifat tunggal,
yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan
spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua
unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan nyaitu materi dan
rohani, nyakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya
berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco
kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua
unsur, ataukah mono pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua
unsur yang membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan
dirinya , kan tetapi bukan berarti bahwea ia tidak dapat menentukan jalan hidup
setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai
kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban mengenai
pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi. [9]
2. Hakekat Manusia
Masalah manusia
adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas
humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa
agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan
dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak
Tuhan maka manusia tidak berkuasa.[10]
Bagi Iqbal ego
adalah bersifat bebas unifed dan immoratal dengan dapat diketahui secara pasti
tidak sekedar pengandaian logis. Pendapat tersebut adalah membantah tesis yang
dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan bahwa diri bebas dan immortal tidak
ditemukan dalam pengalaman konkit namun secara logis harus dapat dijatikan
postulas bagi kepentingan moral. Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk
akal bila kehidupan manusia yang tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya
setelah mati. Iqbal memaparkan pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam
pantheisme, empirisme dan rasionalisme.
Pantheisme memandang
ego manusia sebagai non eksistensi dimana eksistensi sebenarnya adalah ego
absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia adalah nyata, hal tersebut
dikarenakan manusia berfikir dan manusia bertindak membuktikan bahwa aku ada.
Empirisme memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti
dan sekedar penanaman yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam
pandangan ini adalah bagaikan pangging teater bagai pengalaman yang silih
berganti. Iqbal menolak empirisme orang yang tidak dapat menyangkal tentang
yang menyatukan pengalaman.
Iqbal juga menolak
rasionalisme ego yang diperoleh memlalui penalaran dubium methodicum (semuanya
bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti
mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui
dengan menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya adalah
berupa aktivitas kehendak.
Baginya hidup adalah
kehendak kreatif yang bertujuan yang bergearak pada satu arah. Kehendak itu
harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut
tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia
kehendak bebas dan berkreatif.
Hakekat manusia
harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini
semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan
aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya.
Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara
konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif.
Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya,
sedangkan pada kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan
khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang
membentuk pada tahapan nafs secara aktual.[11]
Bagi Freire dalam
memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan dengan
dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan dengan dunia dimana ia
berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan manusia
dapat mempersepsinya kenyataan diluar dirinya sekaligus mempersepsikan
keberadaan didalam dirinya sendiri. Manusia dalam kehadirannya tidak pernah
terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia manusia bersifat unik. Status
unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat
mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia
terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan otentik,
dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi penjelasan manusia didunia.
Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta kemapuan pemikiran
adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia sebagaiu suatu proses
dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia
memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan
cara untuk menjadi lebih.
Manusia dalam konsep
al Quran mengunakan kensep filosofis, seperti halnya dalam proses kejadian adam
mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna dan simbol. Kejadian
manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan atributnya, sebagaimana dilukiskan
dalam kisah adam dapat diredusir menjadi rumus
3.
Asal
usul manusia menurut Yahudi dan Kristen
a.
Asal usul bangsa yahudi
Kata "Yahudi" berasal dari kata
"Yehudim." Menurut alur Al-Kitab asal usul bangsa Yahudi
adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik purba yang berbahasa Ibrani
(kejadian 10:1, 21-32;1) (tawarikh 1:17-28, 34;2:1,2). Hampir 4000 tahun yang
lalu, Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi dari kota besar Ur Kasdim yang
sangat makmur di Sumeria ke negeri Kanaan. Darinya garis keturunan orang Yahudi
dimulai dengan Ishak puteranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi
Israel (kejadian 32:27-29).
Ajarannya disebut
"Yudaisme" karena bersifat ke-bangsa-an dan khusus bagi bangsa Yahudi
atau Bani Israil, yaitu ajaran yang berasal dari agama yang diturunkan Allah
untuk bani Israil dengan perantaraan utusan-Nya yaitu Musa a.s. Kitab sucinya
dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak ditemukan lagi sekarang.
Agama bangsa yahudi
diperoleh dari Ibrahim a.s. melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Agama bangsa Yahudi dipercaya diperoleh dari garis keturunan Ibrahim a.s. kemudian dilanjutkan
melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Agama ini percaya pada
keesaan Tuhan secara mutlak (monoteis) dan menganggap Allah turun-tangan dalam
sejarah manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi. Ibadat bangsa Yahudi
menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebiasaan. Meskipun tidak ada
kredo atau dogma yang diterima oleh semua orang yahudi mengenai keesaan Allah
yang dinyatakan dalam Shema, yaitu doa berdasarkan kitab Ulangan 6:4, merupakan
bagian terpenting ibadat sinagoge.
Ajaran Yudaisme tidak
menyebut adanya hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat dan pembalasan
dalam bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi
penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan adanya
kejayaan yang abadi dipalestina sebagai negara yang dijanjikan Tuhan bagi
minoritas Yahudi, satu-satunya umat yang berhak mewarisi bumi Tuhan sebagai
umat yang terpilih.
Peribadatan mereka
dilakukan terutama pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Segala pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api dan lain-lainnya
terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan diatas diberi
ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan minimal 10 orang dan dilakukan
tiga kali sehari. Sebelum sembahyang mereka juga berhadas dan mengambil wudhu.
Di dalam sembahyang mereka diharuskan memakai penutup kepala.
Puasa mereka dilakukan
pada hari-hari tertentu, seperti "Yom Kippur" selama 24 jam, tanggal
10 bulan Tishri dan setiap hari senin dan kamis. Didalam kitab Imamat orang
lewi Thaurat [10]:[9], [10]:[11] minuman yang memabukkan terlarang bagi setiap
penganut ajaran Yudaisme. Larangan ini tidak pernah diperdulikan, malah minuman
keras merupakan suatu keharusan didalam upacara-upacara keagamaan dan mereka
meminumnya atas nama Tuhan.
Setiap orang yahudi
tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran mereka kepada orang-orang
yang bukan keturunan Yahudi, sehingga ajaran mereka bersifat "non
missionary". Orang Yahudi tidak mengakui adanya Nabi Isa a.s. Mereka
menentang sekali ketuhanan Isa atau Yesus yang diajarkan oleh agama Kristen.
Juga tidak mengenal pejabat agama (hirarki gereja).
b.
Asal
usul Kristen
kata "kristen" berasal dari kata
inggris "Christian/christ" sedangkan kata "christ" berasal
dari kata Yunani "Cristos" yang berasal dari bahasa ibrani
"Messiah" yang berarti "orang yang diminyaki atau orang yang terpilih"
Istilah Kristen
sesungguhnya juga bukan berasal dari nama yang dibawa oleh Nabi Isa a.s.
(Yesus) istilah Kristen muncul dan erat hubungannya dengan peristiwa penyaliban
Yesus (Cross-salib) dari istilah inilah kemudian muncul istilah Kristus (orang
yang disalib) dan pengikutnya disebut sebagai umat Kristen. sementara sebutan
Nasrani bagi penganutnya bersumber dari sejarah perjalanan Dakwah Yesus di
tanah Nazareth (Nasharo). Sebagian lagi mengatakan Nazareth adalah tempat
kelahiran Yesus. Akan tetapi sebagian orang Kristen menyangkalnya, menurut
mereka Yesus lahir di Bethlehem. Hal ini dihubungkan dengan persoalan nubuat
yang akan dibahas kemudian.
Pendiri agama Kristen adalah seorang
Yahudi bernama Yesus, yang
lahir di Betlehem, Palestina,
antara tahun 8 hingga 4SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam
bulan Desember tahun
pertama era Kristen yaitu, tahun
1 M, akan tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini salah.
Didalam kitab perjanjian lama, terdapat banyak
orang yang disebut sebagai messiah/mesias. para raja Yahudi atau orang-orang
yahudi yang memiliki jabatan tertentu disebut sebagai mesias. dalam upacara
penobatannya dahi dari orang-orang
yang terpilih ini diminyaki dengan minyak penobatan, atau minyak zaytun.
salah satu orang yang mendapat gelar mesias (christ) adalah nabi Isa as (Yesus).
namun nabi isa sendiri tidak pernah mendengar kata "kristen".
menurut bibel kata ini pertama kali diucapkan beberapa tahun setelah kepergian Yesus, yakni disaat barnabas(murid Yesus)mengajar di kota antiokhia.
yang terpilih ini diminyaki dengan minyak penobatan, atau minyak zaytun.
salah satu orang yang mendapat gelar mesias (christ) adalah nabi Isa as (Yesus).
namun nabi isa sendiri tidak pernah mendengar kata "kristen".
menurut bibel kata ini pertama kali diucapkan beberapa tahun setelah kepergian Yesus, yakni disaat barnabas(murid Yesus)mengajar di kota antiokhia.
c.
Asal usul
manusia menurut Yahudi dan Kristen
Umat manusia selalu
mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya sendiri. Kecakapan manusia untuk
mengintrospeksi diri, keinginan individu untuk menjelajahi lebih mengenai
intisari diri mereka, tanpa terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan
mengenai kondisi
manusia merupakan pokok jenis manusia
secara keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat dan telah ada
sejak awal pencatatan sejarah. Artikel ini misalnya, karena ditulis oleh
manusia, dengan sendirinya tak dapat luput dari contoh refleksi diri.
Manusia kerap menganggap
dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya
mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan
Barat, dan berasal dari bagian dalam
cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua
makhluk. Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering menganggap
ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya kehidupan manusia (Dalam Kitab
Suci Yahudi, misalnya, kekuasaan manusia
dijanjikan dalam Kejadian 1:28, tetapi pengarang kitab Pengkhotbah meratapi
kesia-siaan semua usaha manusia).
Dalam agama yahudi
manusia mempunyai kemampuan untuk bertindak menirut inisiatifnya sendiri dia
mempunyai kebebasan untuk bergerak dalam batas waktu dan tempat kebebasan untuk
merubah jalannya jalannya sejarah namun tidak dapan merubah kekuasan Tuhan atau
hasil akhir dari proses sejarah dalam arti manusia iyu mempunyai kemampuan
untuk memilih dan mengadahkan hubungan, cinta dan kasih. Dan menurut agama
yahudi implikasi dari cinta manusia adalah bahwa keagamaan seseorang memerlukan
sifat, loyal, setia, sebagai pribadi atau umat atau sifat-sifat cinta kepada
tuhan, tetangga dan diri sendiri
Ahli filsafat Yahudi, Protagoras telah
membuat pernyataan terkenal bahwa "Manusia adalah ukuran dari
segalanya; apa yang benar, benarlah itu; apa yang tidak, tidaklah itu".
Aristotle
mendeskripsikan manusia sebagai "hewan komunal" (ζωον πολιτικον),
yaitu menekankan pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia,
dan "hewan dengan sapien" (ζωον λογον εχων, dasar rasionil hewan),
istilah yang juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo sapiens.
Pandangan dunia dominan
pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri
terhadap pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan
digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan Immanuel Kant, "Manusia
dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah
'hewan rasionil'". Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud
melancarkan serangan serius kepada positivisme
mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang
dikendalikan oleh pikiran
bawah sadar.
Salah satu topik yang hangat diperdebatkan pada
zaman modern ini ialah pertanyaan
bagaimana kehidupan ada di atas dunia ini. Ada
dua pilihan dasar:
1.
Melalui proses evolusi yang lambat
dan alamiah atau
2.
Melalui perintah Penciptaan versi
Alkitab.
Yang berhubungan erat kepada topik ini ialah pertanyaan
mengenai waktu - berapa lama kehidupan ada di atas planet ini? Perbedaannya
sangat nyata, apakah ratusan juta tahun atau beberapa ribu tahun saja.
Kesimpulan ilmu pengetahuan evolusi modern telah membuat pernyatan Penciptaan
versi Alkitab semakin tidak populer biarpun di antara denominasi Kristen yang
konservatif.
Argumen yang disajikan di sini didasarkan atas penerimaan
cerita yang sepenuhnya sejarah yang mula-mula dunia ini yang diilhamkan dan
secara historis dapat dipercaya menurut Firman Allah.
"Alkitab keluar dengan segarnya dari mata air
kebenaran kekal, dan sepanjang zaman tangan Ilahi telah memelihara
kemurniannya. Alkitab menerangi masa lalu yang jauh, di mana penelitian manusia
sia-sia berusa untuk menembusinya. Hanya dalam firman Allahlah kita memandang
kuasa yang meletakkan dasar bumi ini, dan yang membentangkan segala langit."
Harus disadari bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab
yang mengatakan dengan persis pada tahun berapa dan berapa tahun yang lalu
pekan penciptaan itu berlangsung. Namun demikian, ada sejumlah data kronologis
dalam Alkitab yang, bilamana dilihat secara kolektif, menunjukkan kepada
Penciptaan berkisar 6000 tahun. Dengan alasan ini, pemikiran bahwa pekan
penciptaan terjadi hanya beberapa ribu tahun yang lalu, telah umum dimengerti
baik oleh orang Yahudi maupun oleh orang Kristen yang percaya sepanjang
sejarah. Pengertian ini telah diterima hampir secara universal di antara
orang-orang yang percaya sampai abad kesembilan belas, pada waktu
penemuan-penemuan geologi modern mulai menantang kesimpulan itu.
"Banyak orang yang mengaku mempercayai Alkitab
kehilangan nilai oleh karena perkara-perkara ajaib yang ditemukan di bumi ini,
kehilangan pandangan bahwa pekan penciptaan hanyalah tujuh hari secara harfiah
saja, dan bahwa dunia ini sekarang baru berumur kira-kira enam ribu
tahun."-Signs E. White,. 1879.
Selama berabad-abad, banyak pelajar Alkitab telah terpesona
oleh data kronologis (data urutan waktu) dalam Alkitab dan telah berusaha
menggunakan informasi itu untuk merekonstruksi suatu kronologi dunia ini.
Tetapi bahan-bahan kronologi dalam Alkitab tidak selamanya mudah dimengerti,
dan para sarjana belum bisa menyetujui satu kronologi Alkitabiah pun. Jadi,
tidaklah heran bahwa pada tahun 1738, Des Vignolles, dari Royal Society of
Berlin, mengatakan bahwa ia mengetahui sedikitnya 200.kronologi
Alkitabiah degan tahun-tahun Penciptaan yang berkisar antara tahun 3500 sampai
tahun 7000 Sebelum Masehi. Yang paling umum dari kronologi ini ialah yang
dibuat oleh Uskup Agung James Ussher (1581-1656), dari Armagh, Irlandia Utara,
yang skemanya tersebar luas karena dipilih untuk digunakan di pinggir
halaman-halaman Alkitab versi King James pada tahun 1679 M. Menurut skema
Ussher, Penciptaan terjadi pada tahun 4004 S.M. Penanggalan Ussher kemudian
diperbaiki oleh Dr. John Lightfoot dari Oxford, Yang memperdebatkan (malangnya
tidak disertai dukungan Alkitabiah yang kuat) bahwa Adam telah diciptakan pada
pukul 09:00 pagi pada tanggal 23 Oktober tahun 4004 S.M.!
Ada bukti-bukti lain selain Ussher untuk kronologi yang
pendek. Yang 200 lebih kronologi yang berbeda yang dicatat oleh Des Vignolles
menyatakan kepada kita dua perkara.
Yang pertama, fakta bahwa data
Alkitab dapat disatukan atau ditafsirkan dalam banyak cara yang berbeda. Ini
mengajarkan kepada kita supaya jangan terlalu dogmatis.
Yang kedua, semua kronologi
ini menunjuk kepada Penciptaan berkisar 6000 tahun.
Dengan demikian, meskipun ada ketidak-tentuan, tidak ada
alasan untuk mengatakan Alkitab mengajarkan bahwa Penciptaan terjadi jutaan
tahun yang lalu, atau selama waktu jutaan tahun.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, H, Filsafat
Pendidikan, Yogyakarta : Kota Kembang, 1990.
Anshari, E.S, Wawasan
Islam, Jakarta : CV. Rajawali, 1984.
Dardiri, A.H. Humanoria,
Filsafat dan Logika, Jakarta : CV. Rajawali, 1986.
Gazalba, S, Pengantar
Kebudayaan Sebagai Ilmu, Yogyakarta : Kanisius, 1990.
Hamersma, Harry, Pintu Masuk
Kedunia Filsafat, Yogyakarta : Pustaka Filsafat, 1992, Cet.
Ke-10,
Ihsan, Hamdani, H,
dan Ihsan, A Fuad, H, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka
Setia, 2001, Cet. ke-2.
Jalaluddin, H, dan
Idi, Abdullah, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan
Pendidikan, Jakarta : PT Gaya Media Pratama, 2002, Cet. ke-2.
Rahmat Shaleh, Abdul
– Abdul Wahab, Muhbib, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif
Islam, Jakarta : Prenada Media, 2004, cet. Ke-1
Salam, B, Filsafat
Manusia Antropologi Metafisika, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988.
_______, Logika
Formal, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988.
Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bina Aksara, 1991.
[2] Ibid…..hl 15
[6] Harry Hamersma, Pintu Masuk Kedunia Filsafat, (Yogyakarta :
Pustaka Filsafat, 1992, Cet. Ke-10), 53
[7] Ibid…..53
[8] H. Ihsan Hamdani,
dan Ihsan, A Fuad, H, Filsafat
Pendidikan Islam,
(Bandung : Pustaka Setia, 2001, Cet. ke-2), 47
[9] H. Jalaluddin, dan
Idi, Abdullah, Filsafat
Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta : PT Gaya Media Pratama, 2002,
Cet. ke-2), 56
[10] Rahmat Shaleh,
Abdul – Abdul Wahab, Muhbib, Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2004, cet.
Ke-1), 47
Comments