Penelitian : Hubungan Antara Tingkat Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pada awal masa kehidupan seseorang selalu di awali dari masa perkembangan pra kelahiran dan dilanjutkan dengan masa kelahiran, yang dimana pada masa kelahiran harus melewati masa bayi, masa awal kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam masa perkembangan remaja, masa lalu dibawah kedalam masa remaja dan kepribadian remaja terbentuk sejak dari masa kanak-kanak tetapi juga beberapa hal penting lainnya yang akan sangat berpengaruh pada masa remaja, salah satunya adalah kepercayaan diri, salah satu faktor yang penting dalam kehidupan remaja tersebut mulai dibina dan terbentuk sejak masa anak-anak yang terbawah hingga kedalam masa ini.
Salah satu faktor yang perlu dikembangkan apabila remaja tersebut ingin melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya adalah rasa percaya diri karena adanya rasa percaya diri yang tinggi akan semakin membuat remaja tersebut berhasil dalam menjalani suatu proses interaksi tersebut, meskipun masih banyak lagi faktor–faktor lain yang mendukung. Menurut Albert Bandura, psikolog dan peniliti dari Stanford University, kepercayaan diri adalah “rasa percaya terhadap kemampuan diri dalam menyatakan dan menggerakkan (istilah Bandura : memobilisasikan) motivasi dan semua sumber daya yang dibutuhkan dan memunculkannya dalam tindakan yang sesuai dengan apa yang harus diselesaikan, atau sesuai tuntutan tugas”. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi juga merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian individu (khususnya remaja). Adanya rasa percaya diri yang tinggi akan membuat individu mersa optimis, dan dari rasa optimis ini akan mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kepribadian dan kehidupan yang dijalaninya.[1]
Pada kenyataan, tidak semua individu memilki rasa percaya diri yang tinggi, dan kurangnya rasa percaya diri yang tinggi juga merupakan gejala khas yang banyak menimpa para remaja, apalagi dalam masa  remaja emosi masih labil. jadi dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri yang positif terhadap dirinya maka dia memelihara kemampauannya dengan perasaan yang positif terhadap dirinya, terhadap keraguan akan kemampuannya. Sebaliknya jika orang yang kepercayaan dirinya rendah, maka pada dirinya terdapat keraguan, kehampaan dan keputusan dari individu dalam menghadapi tuntutan dan tantangan hidupnya, serta menghasilkan penilaian yang rendah atas dirinya dalam kaitannya dengan orang lain. Sebuah penelitian yang menggunakan observasi tingkah laku untuk mengukur rasa percaya diri menunjukkan bahwa beberapa tingkah laku positif dan juga negatif dapat memberi petunjuk tentang rasa percaya diri remaja.[2]

B.       Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, apakah terdapat hubungan antara tingkat percaya diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
C.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat percaya diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
D.      Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.                           Secara Teoritis
Memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan teori-teori psikologi tentang hubungan antara tingkat percaya diri terhadap prestasi belajar
2.      Secara Praktis
Sebagai bahan pertimbangan atau tambahan literatur bagi rekan-rekan ataupun yang lainnya yang berminat untuk meneliti lebih jauh tentang variabel atau permasalahan yang sama dengan penelitian ini.
E.        Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I (Pendahuluan)
Pada bab ini diuraikan secara singkat menenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan.
BAB II (Kajian Pustaka)
Pada bab ini membahas tentang pengertian kepercayaan diri, ciri-ciri kepercayaan diri, perkembangan kepercayaan diri, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengukuran prestasi belajar, kajian teoritik, serta hipotesis penelitian.
BAB III (Metode Penelitian)
Pada bab ini membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, variabel dan indikator penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas, uji reabilitas, serta analisis data.
BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan)
Pada bab ini membahas tentang diskripsi proses pelaksanaan penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.           
BAB V (Penutup)
Pada bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan karya ilmiah yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pembahasan Teori
1.    Kepercayaan Diri
a.    Pengertian Kepercayaan Diri
        Lautser menytakan bahwa pada dasarnya kepercayaan diri merupakan salah satu dari sifat kepribadian manusia yang sangat menentukan. Pada dasarnya kepercayaan diri tidak mudah untuk diubah tetapi bukan berarti pula untuk tidak dapat diperbaiki.
Menurut James O. Lugo, kepercayaan diri merupakan cirri orang kreatif dan biasanya orang tersebut mendapatkan self assurance “keyakinan pada kemapuan diri sendiri”.
        Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri Bandura memberikan batasan pengertian kepercayaan diri sebagai suatu keyakinan seorang bahwa dirinya akan dengan sukses mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan agar sesuai dengan hasil yang diharapkan. (Amitya Kumara, 1998:7)
        Gilmer menyatakan bahwa kepercayaan diri berkembang melalui self understanding “pemahaman diri” dan berhubungan bagaimana kita belajar menyelesaikan tugas di sekitar kita terhadap pengalaman-pengalaman baru dan suka menghadapi tantangan. Gubrin menyatakan bahwa kepercayaan diri dari keyakinan akan kemampuan dan kondisi yang ada pada individu itu sendiri. Kepercayaan diri diperlakukan untuk menghadapi sejumlah situasi dengan tenang dan terarah sehingga tekanan psikologis dapat teratasi. (Ellyana, 1995:60)
Kepercayaan diri, diartikan sebagai suatu perasaan atau sikap tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, karena telah merasa cukup aman dan atau apa yang dibutuhkan di dalam hidup ini. Orang yang mempunyai kepercayaan diri tidak memerlukan orang lain sebagai standart, karena dapat menentukan standar sendiri selalu mampu mengembangkan motivasinya. Kepercayaan diri adalah kemapuan berfikir secara original. Berfikir, aktif, agresif dalam mendekati pemecahan masalah dan tidak lepas dari situasi lingkungan yang mendukungnya. Bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil, mampu menatap fakta dan realita secara obyektif yang didasari kemampuan dan ketrampilan.
b.   Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Lautser menyebutkan cirri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran. Ambisius, tidak memerlukan dukungan orang lain, tidak berlebihan, terlalu optimis dan gembira, serta dipengaruhi untuk bersikap bebas merdeka. Oleh sebab itu, orang yang memiliki kepercayaan diri yakin akan kemandiriannya, karena ia cukup yakin pada dirinya, ia tidak akan secara berlebihan mementingkan dirinya sendiri yang akan mengarah ke congkak, sehingga individu itu bisa dikatakan cukup toleran dan selalu optimis. Tidak perlu bagi dirinya untuk melakukan kompensasi dari keterbasannya.
Waterman memberikan ciri orang yang memiliki kepercayaan diri adalah sebagai orang yang mampu bekerja secara efektif  mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan secara relatif yang bertanggung jawab serta merencanakan masa depan, serta melibatkan berbagai alternatif pemikiran, yaitu :
a.          Aktif mendekati tujuan
b.         Dapat membedakan antara pengetahuan dan perasaan serta dapat memberi keputusan yang dapat mempengaruhi intelektualnya.
c.          Mampu secara mandiri menganalisis dan mengontrol pikirannya dalam hubungan yang tepat.
Abdul Azis mencirikan orang yang kepercayaan dirinya rendah adalah :
a.          Tidak aman, adanya rasa takut, tidak bebas
b.         Ragu, lidah terasa terkunci dihadapan banyak orang, murung, pemalu, dan kurang berani.
c.          Membuang-buang waktu dalam mengambil keputusan
d.         Ada perasaan rendah diri, pengecut
e.          Kurang cerdas, cenderung untuk menyalahkan suasana luas sebagai penyebab masalah yang dihadapi.  (Amitya Kumara, 1998:20)
Lebih jauh nesser menyatakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri rendah biasanya bergaya besar, agresif, berusaha untuk menarik perhatian, sering canggung dalam pergaulan, memilik rasa cemas, serta takut mencoba atau mengadakan eksploitas dalam mengembangkan pengenalan dan penyesuaian terhadap lingkungan.
Lautser menambahkan bahwa dalam konteks berhungan dengan orang lain kepercayaan diri yang rendah terlihat sebagai rasa malu, kebingungan, rendah hati yang berlebihan, kemashuran yang besar, kebutuhan yang berlebihan untuk pamer keinginan.
c.    Perkembangan Kepercayaan Diri
        Perkembangan kepercayaan diri menurut Arnold H. Buss diawali dengan pengenalan secara fisik, bagaimana seseorang menilai dirinya, menerima atau menolaknya. Selanjutnya hal ini akan menimbulkan rasa puas atau sebaliknya rasa rendah diri dan kecewa, yang akan mempengaruhi perkembangan mentalnya.[3]
        Kepercayaan diri berkembang melalui pemahaman diri dan berhungan dengan kemampyan bagaimana kita belajar menyelsaikan tugas di sekitar kita, terbuka dan pengalaman baru dan suka menghadapi tantangan.
        Neisser mengemukakan unsur-unsur yang berpengaruh dalam perrtumbuhan dan perkembangan kepercayaam diri berasal ari dalam pribadi it sendiri, norma dan penglaman keluarga, serta tradisi, kebiasaan dan nilai-nilai lingkungan atau kelompok. (Neisser, 1982:7)
        Disamping itu, hal-hal yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah sikap bebas merdeka, tidak mementingkan diri sendiri, toleran dan memiliki ambisi. Seseorang yang sangat percaya diri yakin akan kemandiriannya karena ia cukup yakin pada dirinya. Ia tidak akan secara berlebihan mementingkan dirinya sendiri yang akan mengarah pada kecongkakan, cukup toleran dan selalu optimis. Ia tidak perlu melakukan kompensasi dan keterbatasannya. Perkembangan perubahan kepercayaan diri yang sehat dicirikan sebgai kemapuan secara original, berprestasi, aktif, agresif dalam mendekati pemecahan masalah yang tidak lepas dari situsai lingkungan yang mendukungnya.

2.    Prestasi Belajar
a.    Pengertian Belajar
Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Hitzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat dipengaruhi oleh tingkah laku organisme tersebut.
Chaplin berpendapat bahwa belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Barlow, mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan sifat perubahan yang terjadi pada bidang-bidang tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami. (Saiful Bahri Djamarah, 1994: 20-21)
Belajar ialah  suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2003:2)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. (Abu Ahmadi, 1991 : 121)
Belajar menurtut logan dkk, belajar dapat menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan. (Sia Tjuding, 2001-79)
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. (Ahmad Mudzakir, 1997:34)
Di dalam belajar, seseorang mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach :
“Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain”. (Sumadi Suryabrata, 1998 : 231)
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri seseorang, namun tidak semua perubahan prilaku ikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas antara lain :
1.      Perubahan intensional
Perubahan dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini seseorang menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya seperti perubahan penampilan, penambahan pengetahuan, kebiasaan dan ketrampilan.
2.      Perubahan positif dan aktif
Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dangan harapan kerena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari orang yang bersangkutan.
3.      Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi seseorang. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri individu tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi. (muhibbin Syah, 2000:116)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari, dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi individu dalam berinteraksi dalam lingkungannya.

b.   Pengertian Prestasi Belajar
Untuk mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Penilaian terhadap hasil belajar individu untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar, inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh individu menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan ketrampilan. Melalui prestasi belajar individu dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum memberi pengertian prestasi belajar penulis kemukakan terlebih dahulu pengertian dari prestasi itu sendiri. Sehingga nantinya hal tersebut untuk memudahkan memahami lebih mendalam pengertian tentang prestasi belajar itu sendiri.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok.  Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh dengan perjuangan dan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. (Syaiful Bahri, Djamrah, 1994:19)
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.” (Tulus Tu’u, 2004:75).
Kemudian prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Zainal Arifin, 1991 : 31).
Selain itu pada dasarnya prestasi adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas, disisi lain belajar pada dasarnya adalah proses yangmenyebabkan atau mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku.
Menurut Poerwodarminto prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri di artikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan di catat dalam buku raport sekolah. (Mila Ratnawati, 1996: 206)
Dengan demikian, jika kedua hal tersebut dipadukan maka akan menjadi suatu definisi yang sempurna. Sehingga Syaiful Bakhri Djamrah member definisi sebgai berikut : “ prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar. (Syaiful Bahri Djamrah, 1994: 23)
Menurut Marsun dan Martaniah, prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikiuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui juka telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar seseorang. (Sia Tjuding, 2001: 71)
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata mengartikan prestasi belajar adalah sebagai “nilai yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau prestasi belajar setiap individu selama waktu tertentu”. (Sumadi Suryabrata, 2002: 297)
Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti laporan yang disebut dengan raport.

c.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali factor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit sisa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk prestasi belajar yang baik banyak sekali factor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrat, Shertzer dan Stone (Winklee, 1997: 591), secara garis besar factor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pestasi belajar dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu factor inrternal dan factor eksternal :
1.    Factor Internal
Merupakan factor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Factor ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
a.     Factor fisiologis
Dalam hal ini, factor fisiologis yang dimaksud adalah factor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
(1)     Kesehatan Badan
Untuk dapat menempuh study yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program styudynya. Dalam upaya memelihara kesehtan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolism dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
(2)     Panca indera
Berfungsinya panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam system pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hala ini penting, karena sebagian besar hal – hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya.
b.    Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain adalah:
1)        Intelegensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan seseorang mempunyai kaitan yang erat dengan kecerdasan yang dimiliki setiap orang.
Menurut Binet, hakikat intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian  dalam rangka mencapati tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Taraf intelegensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang, dimana seseorang memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, seseorang yang memiliki taraf intelegensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf intelegensi rendah memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi, juga sebaliknya. (Winkle, 1997:529)
2)        Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat individu dalam menampilkan prestasi belajarnya.
3)        Motivasi
Motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang, seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar (Irwanto, 1997:193)
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, seseorang yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. (Winkel, 1997:39)
2.         Faktor Eksternal
Selain faktor – faktor yang ada dalam diri, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah :
a)    Faktor  lingkungan keluarga, yang terdiri dari :
1.   Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah atau universitas.
2.   Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih mempertahankan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
3.   Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berapa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubungan keluarga yang harmonis.
b)   Faktor lingkungan sekolah
1.      Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
2.      Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik disekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dsn tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya, hubungan dengan guru dan teman –temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi prestasi belajarnya.
3.      Kurikulum  dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan  untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.( Sarlito Wirawan, 1997:122)
c)    Faktor lingkungan masyarakat
1.   Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya kesekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar.
2.   Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah ( berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akn lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d.   Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik disekolah- sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui  sejauhmana prestasi belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar dibidang akademik disekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran .
Rapor merupakan perumusan terakhiryang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.( Sumadi Suryabrata, 1998: 296)
Ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :
1)        Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)
Fungsi penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan kata lain  penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi  terhadap beberapa siswa, misalnya :
a)    Memilih siswa yang akan diterima disekolah
b)   Memilih siswa untuk dapat naik kelas
c)    Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa
2)        Penilaian berfungsi akademik 
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya penilaian, maka guru han masing-masing siswa. Jika guru dapat mengetahui kelemahan siswa, maka kelemahan tersebut dpat segera diperbaiki.
3)        Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan untuk mengetahui dimana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah dicapainya
4)        Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport disetiap semester disekolah – sekolah tingkat dasar dan menengah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.

B.       Kajian Teoritik
C.      Hipotesis Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun dan menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan.
Dalam metode penelitian salah satu unsur penting adalah penggunaan metode ilmiah tertentu yang digunakan sebagai sarana yang bertujuan untuk mengidentifikai besar kecilnya suatu obyek / gejala-gejala mencari pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

A.       Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif korelasional dimana dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antar kedua variabel. Untuk menunjukkan adanya hubungan tersebut digunakan koefisien korelasi. Dalam penelitian jenis ini, peneliti berusaha menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut.
Pada dasarnya desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subyek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan di selidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus di dasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan. Meskipun berdasarkan analisis dua variabel mempunyai hubungan yang kuat, hasil temuan tentang hubungan tersebut tidak ada artinya bila tanpa di dukung teori atau hasil penalaran tentang mengapa atau keduanya berhubungan. Setelah kedua variabel ditentukan, kemudian dilakukan pengukuran secara individual untuk masing-masing variabel penelitian skor yang diperoleh dijadikan dasar untuk menghitung nilai koefisien kolerasi.
B.        Subyek Penelitian
1.      Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2.      Sample
Sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dalam penelitian dengan hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikendaki dari populasi.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari mahasiswa yang telah menginjak semester awal hingga semester 6.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling. Pengertian purposive random sampling adalah pengambilan sampel dengan mengacak.
Peneliti tidak mengambil secara keseluruhan populasi. Jumlah sampel yang diambil adalah 25 remaja yang tercantum dalam populasi.

C.        Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.                    Variabel terikat (y)
Variabel terikat (y) atau variabel dependen ialah variabel yang terpenuhi atau menjadi akibat. Pada penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah prestasi belajar.
b.    Variabel bebas (x)
Variabel bebas (x) atau variabel independen ialah variabel yang menjadi sebab perubahan. Pada penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah kepercayaan diri.

D.       Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam kegiatan ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan fakta mengenai variabel yang diteliti. Tujuan ini harus di capai dengan menggunakan metode atau cara-cara yang efesien atau akurat.
Untuk mengungkap fakta mengenai variabel kepercayaan diri dalam penelitian ini digunakan skala kepercayaan diri sedangkan untuk variabel prestasi belajar digunakan skala prestasi belajar. Kedua alat ukur tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Intrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Y yaitu prestasi belajar dan variabel X yaitu kepercayaan diri.
Untuk menggali data kuantitatif, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : angket (kuesioner). Melalui teknik ini akan diukur mengenai kepercayaan diri dan prestasi belajar.
Intrument dalam angket penelitian ini disusun berdasarkan indikator variabel penelitian.
Beberapa pertimbangan digunakan metode angket untuk mengumpulkan data adalah :
a.       Dalam waktu yang singkat dapat diperoleh data yang cukup.
b.      Menghemat biaya, waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan penggunaan jenis lain.
c.       Bersifat praktis karena langsung diberikan pada individu yang bersangkutan.
Tujuan pokok pembuatan angket ini adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi dengan reliabilitas setinggi mungkin, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung yaitu angket yang diisi dan dijawab sendiri oleh subyek yang diteliti, angket ini menggunakan tipe pilihan ganda (multiple choice). Subyek diminta untuk menggunakan pertanyaan lewat alternatif jawaban berdasarkan skala Likert (pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) yang sudah dimodifikasi (dengan menghilangkan pernyataan ragu-ragu), yaitu :
SS              = Sangat Setuju
S                 = Setuju
TS              = Tidak Setuju
STS          =  Sangat Tidak Setuju
Skoring Skala psikologi
Favoreble
Sangat Setuju                   (SS)       =  4
Setuju                               (S)         =  3
Tidak Setuju                     (TS)       =  2
Sangat Tidak Setuju         (STS)    =  1
unfavorable
Sangat Setuju                   (SS)     =  1
Setuju                               (S)       =  2
Tidak Setuju                     (TS)     =  3
Sangat Tidak Setuju         (STS)   =  4
Pernyataan favoreble adalah pernyataan menyatakan sikap setuju, sedangkan unfavorable adalah yang menunjukkan sikap tidak setuju.
Peneliti memodifikasi sistem penilaian kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu karena jawaban ragu-ragu sering dijawab oleh responden, dan pada umumnya responden tidak ingin diketahui pikiran sesungguhnya karena dianggap terlalu pribadi. Maka dari itu peneliti menghilaangkan jawaban ragu-ragu atau kategori jawaban yang tengah N/R berdasarkan tiga alasan :
a.    Kategori undecided ini mempunyai arti ganda bisa dikatakan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya) bisa juga diartikan netral, setuju, tidak setuju, bahkan ragu-ragu akan memiliki arti ganda (multi interpretable), dan hal ini tentu saja tidak saja tidak diharapkan dalam suatu intrument.
b.    Tersedianya jawaban diatas telah menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabnya ke arah setuju atau tidak setuju.
c.    Maksud kategori jawaban SS, S, TS, STS, adalah terutama untuk melihat kecenderungan respenden kearah setuju atau kearah tidak setuju. Jika disediakan jawaban netral, akan menghilangkan banyak data penilaian sehingga banyak menghilangkan informasi yang dapat dijaring dari responden.

E.        Uji  Validitas
F.        Uji Reabilitas
G.       Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.       Diskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian
1.      Diskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian
1.      Persiapan penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Persiapan penelitian meliputi penyusunan alat ukur angket penentuan skor untuk alat ukur serta persiapan administrasi. Namun sebelum persiapan penelitian ada tahap – tahap lain yang akan harus dilakukan yaitu :
a.       Merumuskan masalah yang akan dikaji dan menentukan tujuan yang akan dicapai.
b.      Melakukan studi pustaka / studi literature dengan tujuan mencari dan menelaah teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
c.       Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi untuk mendiskusikan dan menyempurnakan data atas konsep yang mendasari penelitian.
d.      Menentukan popolasi dan sample penelitian yang sesuai dengan tujuan sesuai landasan teori.
e.       Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam rangka pengumpulan data, terrmasuk menetukan indikator-indikator untuk menyusun alat ukur dan menentukan skala yang akan dipakai.
2.      Penetuan Lokasi  Penelitian
Kami melakukan penelitian di IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN. Kami melakukan penelitian di wilayah kampus kami sendiri dikarenakan waktu yang terbatas untuk melakukan penelitian.
3.      Penyusunan instrument penelitian
Alat ukur yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan antara tingkat percaya diri terhadap prestasi belajar mahasiswa adalah angket, langkah – langkah dalam penyusunan adalah :
a.       Menentukan indikator setiap variabel yang didasarkan teori pada bab II.
b.      Membuat blue print dari masing – masing kuesioner yang memuat prosentase dan jumlah pernyataan atau item yang digunakan sebagai pedoman penyusunan skala.
c.       Membuat dan menyusun pernyataan yang mencakup item favorebel dan item unfavorabel berdasarkan blue print yang telah dibuat.
d.      Penentuan nomor urut item dengan pertimbangan penyebaran yang merata pada item favorabel dan item unfavorabel berdasarkan yang penting dalam uji validitas dan uji reliabilitas.
e.       Menguji cobakan angket yang digunakan untuk pengumpulan data dengan uji coba terpakai, yaitu melaksanakan uji coba sekaligus pengumpulan data
f.       Dalam penelitian ini terdiri dari 35 item untuk variabel dependent yaitu kepercayaan diri memiliki 4 jawaban yang Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju.
g.      Setelah item–item tiap – tiap alat ukur/skala psikologi sudah dianggap siap maka selanjutnya menentukan subyek penelitian. Subyek penelitian atau populasi (sebagaimana yang telah dirumuskan dalam metode penelitian) ini.

2.      Diskripsi Hasil Penelitian
a)      Pengujian Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini yang di ajukan adalah :
1)      Hipotesa Nihil (Ho)
Tidak ada hubungan antara tingkat kepercayaan diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2)      Hipotesa Kerja (Ha)
Ada hubungan antara tingkat kepercayaan diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.


B.        Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V
PENUTUP
A.       Kesimpulan
B.        Saran






[1] Alfiani. “Pengaruh Percaya Diri Pada Remaj”.Diakses 23 mei 2013. http://www Glorianet.org/berita/b3394.htm1
[2] John W. SantrocK. Adolescence Perkembangan Remaj. (Jakarta: Erlangga, 2003), hal 336
[3] Sriwardani. Studi Korelasi Self Confidence dan Kecendrungan Obidience Karyawan (Tingkat Operator dan Feroman) terhadap Peraturan Perusahaan di Derektorat Produksi PT.Krakatau Steel. Skripsi (Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, 1994), hal 66

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki