Penelitian : Hubungan Antara Tingkat Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada awal masa kehidupan seseorang
selalu di awali dari masa perkembangan pra kelahiran dan dilanjutkan dengan
masa kelahiran, yang dimana pada masa kelahiran harus melewati masa bayi, masa
awal kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam masa perkembangan remaja, masa
lalu dibawah kedalam masa remaja dan kepribadian remaja terbentuk sejak dari
masa kanak-kanak tetapi juga beberapa hal penting lainnya yang akan sangat
berpengaruh pada masa remaja, salah satunya adalah kepercayaan diri, salah satu
faktor yang penting dalam kehidupan remaja tersebut mulai dibina dan terbentuk
sejak masa anak-anak yang terbawah hingga kedalam masa ini.
Salah satu faktor yang perlu
dikembangkan apabila remaja tersebut ingin melakukan interaksi dengan
lingkungan sosialnya adalah rasa percaya diri karena adanya rasa percaya diri
yang tinggi akan semakin membuat remaja tersebut berhasil dalam menjalani suatu
proses interaksi tersebut, meskipun masih banyak lagi faktor–faktor lain yang
mendukung. Menurut Albert Bandura, psikolog dan peniliti dari Stanford
University, kepercayaan diri adalah “rasa percaya terhadap kemampuan diri dalam
menyatakan dan menggerakkan (istilah Bandura : memobilisasikan) motivasi dan
semua sumber daya yang dibutuhkan dan memunculkannya dalam tindakan yang sesuai
dengan apa yang harus diselesaikan, atau sesuai tuntutan tugas”. Memiliki rasa
percaya diri yang tinggi juga merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian individu (khususnya remaja). Adanya rasa percaya diri
yang tinggi akan membuat individu mersa optimis, dan dari rasa optimis ini akan
mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kepribadian dan kehidupan yang
dijalaninya.[1]
Pada kenyataan, tidak semua
individu memilki rasa percaya diri yang tinggi, dan kurangnya rasa percaya diri
yang tinggi juga merupakan gejala khas yang banyak menimpa para remaja, apalagi
dalam masa remaja emosi masih labil.
jadi dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai konsep diri yang positif
terhadap dirinya maka dia memelihara kemampauannya dengan perasaan yang positif
terhadap dirinya, terhadap keraguan akan kemampuannya. Sebaliknya jika orang
yang kepercayaan dirinya rendah, maka pada dirinya terdapat keraguan, kehampaan
dan keputusan dari individu dalam menghadapi tuntutan dan tantangan hidupnya,
serta menghasilkan penilaian yang rendah atas dirinya dalam kaitannya dengan
orang lain. Sebuah penelitian yang menggunakan observasi tingkah laku untuk
mengukur rasa percaya diri menunjukkan bahwa beberapa tingkah laku positif dan
juga negatif dapat memberi petunjuk tentang rasa percaya diri remaja.[2]
B.
Rumusan Masalah
Masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, apakah terdapat hubungan
antara tingkat percaya diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN Sunan
Ampel Surabaya.
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat percaya diri terhadap
prestasi belajar mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Secara
Teoritis
Memberi sumbangan
pemikiran bagi perkembangan teori-teori psikologi tentang hubungan antara
tingkat percaya diri terhadap prestasi belajar
2. Secara Praktis
Sebagai bahan
pertimbangan atau tambahan literatur bagi rekan-rekan ataupun yang lainnya yang
berminat untuk meneliti lebih jauh tentang variabel atau permasalahan yang sama
dengan penelitian ini.
E.
Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam
pembahasan dan penyusunan karya ilmiah ini, maka penulis akan menyajikan
pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai
berikut:
BAB I (Pendahuluan)
Pada bab ini diuraikan
secara singkat menenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika pembahasan.
BAB II (Kajian Pustaka)
Pada bab ini membahas tentang pengertian
kepercayaan diri, ciri-ciri kepercayaan diri, perkembangan kepercayaan diri,
pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, pengukuran prestasi belajar, kajian teoritik,
serta hipotesis penelitian.
BAB III (Metode Penelitian)
Pada bab ini membahas
tentang pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, variabel dan
indikator penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas, uji
reabilitas, serta analisis data.
BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan)
Pada bab ini membahas
tentang diskripsi proses pelaksanaan penelitian, dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V (Penutup)
Pada bab ini merupakan
bab terakhir dari pembahasan karya ilmiah yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembahasan Teori
1.
Kepercayaan Diri
a.
Pengertian Kepercayaan Diri
Lautser menytakan bahwa pada dasarnya
kepercayaan diri merupakan salah satu dari sifat kepribadian manusia yang
sangat menentukan. Pada dasarnya kepercayaan diri tidak mudah untuk diubah
tetapi bukan berarti pula untuk tidak dapat diperbaiki.
Menurut James O. Lugo, kepercayaan
diri merupakan cirri orang kreatif dan biasanya orang tersebut mendapatkan self assurance “keyakinan pada kemapuan
diri sendiri”.
Rasa percaya diri adalah dimensi
evaluatif yang menyeluruh dari diri Bandura memberikan batasan pengertian
kepercayaan diri sebagai suatu keyakinan seorang bahwa dirinya akan dengan
sukses mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan agar sesuai dengan hasil yang
diharapkan. (Amitya Kumara, 1998:7)
Gilmer menyatakan bahwa kepercayaan diri
berkembang melalui self understanding
“pemahaman diri” dan berhubungan bagaimana kita belajar menyelesaikan tugas di
sekitar kita terhadap pengalaman-pengalaman baru dan suka menghadapi tantangan.
Gubrin menyatakan bahwa kepercayaan diri dari keyakinan akan kemampuan dan
kondisi yang ada pada individu itu sendiri. Kepercayaan diri diperlakukan untuk
menghadapi sejumlah situasi dengan tenang dan terarah sehingga tekanan psikologis
dapat teratasi. (Ellyana, 1995:60)
Kepercayaan diri, diartikan sebagai
suatu perasaan atau sikap tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain,
karena telah merasa cukup aman dan atau apa yang dibutuhkan di dalam hidup ini.
Orang yang mempunyai kepercayaan diri tidak memerlukan orang lain sebagai
standart, karena dapat menentukan standar sendiri selalu mampu mengembangkan
motivasinya. Kepercayaan diri adalah kemapuan berfikir secara original.
Berfikir, aktif, agresif dalam mendekati pemecahan masalah dan tidak lepas dari
situasi lingkungan yang mendukungnya. Bertanggung jawab atas keputusan yang
telah diambil, mampu menatap fakta dan realita secara obyektif yang didasari
kemampuan dan ketrampilan.
b.
Ciri-ciri Kepercayaan Diri
Lautser menyebutkan cirri-ciri
orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah tidak mementingkan diri
sendiri, cukup toleran. Ambisius, tidak memerlukan dukungan orang lain, tidak
berlebihan, terlalu optimis dan gembira, serta dipengaruhi untuk bersikap bebas
merdeka. Oleh sebab itu, orang yang memiliki kepercayaan diri yakin akan
kemandiriannya, karena ia cukup yakin pada dirinya, ia tidak akan secara
berlebihan mementingkan dirinya sendiri yang akan mengarah ke congkak, sehingga
individu itu bisa dikatakan cukup toleran dan selalu optimis. Tidak perlu bagi
dirinya untuk melakukan kompensasi dari keterbasannya.
Waterman memberikan ciri orang yang
memiliki kepercayaan diri adalah sebagai orang yang mampu bekerja secara efektif mampu melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan
secara relatif yang bertanggung jawab serta merencanakan masa depan, serta
melibatkan berbagai alternatif pemikiran, yaitu :
a.
Aktif
mendekati tujuan
b.
Dapat
membedakan antara pengetahuan dan perasaan serta dapat memberi keputusan yang
dapat mempengaruhi intelektualnya.
c.
Mampu
secara mandiri menganalisis dan mengontrol pikirannya dalam hubungan yang
tepat.
Abdul
Azis mencirikan orang yang kepercayaan dirinya rendah adalah :
a.
Tidak
aman, adanya rasa takut, tidak bebas
b.
Ragu,
lidah terasa terkunci dihadapan banyak orang, murung, pemalu, dan kurang
berani.
c.
Membuang-buang
waktu dalam mengambil keputusan
d.
Ada
perasaan rendah diri, pengecut
e.
Kurang
cerdas, cenderung untuk menyalahkan suasana luas sebagai penyebab masalah yang
dihadapi. (Amitya Kumara, 1998:20)
Lebih jauh nesser menyatakan bahwa
orang yang memiliki kepercayaan diri rendah biasanya bergaya besar, agresif,
berusaha untuk menarik perhatian, sering canggung dalam pergaulan, memilik rasa
cemas, serta takut mencoba atau mengadakan eksploitas dalam mengembangkan
pengenalan dan penyesuaian terhadap lingkungan.
Lautser menambahkan bahwa dalam
konteks berhungan dengan orang lain kepercayaan diri yang rendah terlihat
sebagai rasa malu, kebingungan, rendah hati yang berlebihan, kemashuran yang
besar, kebutuhan yang berlebihan untuk pamer keinginan.
c.
Perkembangan Kepercayaan Diri
Perkembangan kepercayaan diri menurut
Arnold H. Buss diawali dengan pengenalan secara fisik, bagaimana seseorang
menilai dirinya, menerima atau menolaknya. Selanjutnya hal ini akan menimbulkan
rasa puas atau sebaliknya rasa rendah diri dan kecewa, yang akan mempengaruhi
perkembangan mentalnya.[3]
Kepercayaan diri berkembang melalui
pemahaman diri dan berhungan dengan kemampyan bagaimana kita belajar
menyelsaikan tugas di sekitar kita, terbuka dan pengalaman baru dan suka
menghadapi tantangan.
Neisser mengemukakan unsur-unsur yang
berpengaruh dalam perrtumbuhan dan perkembangan kepercayaam diri berasal ari
dalam pribadi it sendiri, norma dan penglaman keluarga, serta tradisi,
kebiasaan dan nilai-nilai lingkungan atau kelompok. (Neisser, 1982:7)
Disamping itu, hal-hal yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah sikap bebas merdeka, tidak mementingkan diri sendiri,
toleran dan memiliki ambisi. Seseorang yang sangat percaya diri yakin akan
kemandiriannya karena ia cukup yakin pada dirinya. Ia tidak akan secara
berlebihan mementingkan dirinya sendiri yang akan mengarah pada kecongkakan,
cukup toleran dan selalu optimis. Ia tidak perlu melakukan kompensasi dan
keterbatasannya. Perkembangan perubahan kepercayaan diri yang sehat dicirikan
sebgai kemapuan secara original, berprestasi, aktif, agresif dalam mendekati
pemecahan masalah yang tidak lepas dari situsai lingkungan yang mendukungnya.
2.
Prestasi Belajar
a. Pengertian
Belajar
Prestasi
belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan
suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran
tersebut.
Hitzman
berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
dipengaruhi oleh tingkah laku organisme tersebut.
Chaplin
berpendapat bahwa belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Barlow,
mengemukakan bahwa perubahan itu terjadi pada bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sedangkan sifat perubahan yang terjadi pada bidang-bidang
tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami. (Saiful Bahri
Djamarah, 1994: 20-21)
Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. (Slameto, 2003:2)
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. (Abu Ahmadi, 1991 :
121)
Belajar
menurtut logan dkk, belajar dapat menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan.
(Sia Tjuding, 2001-79)
Belajar
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam
diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. (Ahmad Mudzakir, 1997:34)
Di
dalam belajar, seseorang mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu,
karena itu menurut Cronbach :
“Belajar
yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar
mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera
pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain”. (Sumadi
Suryabrata, 1998 : 231)
Belajar
dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri seseorang, namun
tidak semua perubahan prilaku ikatakan belajar karena perubahan tingkah laku
akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas antara lain :
1. Perubahan intensional
Perubahan
dalam proses belajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan
secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini seseorang menyadari bahwa ada
perubahan dalam dirinya seperti perubahan penampilan, penambahan pengetahuan,
kebiasaan dan ketrampilan.
2. Perubahan positif dan aktif
Positif
berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai
dangan harapan kerena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari
sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya
usaha dari orang yang bersangkutan.
3. Perubahan efektif dan fungsional
Perubahan
dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi seseorang.
Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri individu
tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan lagi. (muhibbin Syah, 2000:116)
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, secara sengaja, disadari, dan perubahan tersebut relatif
menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi individu dalam
berinteraksi dalam lingkungannya.
b. Pengertian
Prestasi Belajar
Untuk
mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan
perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Penilaian
terhadap hasil belajar individu untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai
sasaran belajar, inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang
dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh individu
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam
bidang nilai, sikap dan ketrampilan. Melalui prestasi belajar individu dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Prestasi
belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni prestasi dan
belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh
karena itu sebelum memberi pengertian prestasi belajar penulis kemukakan
terlebih dahulu pengertian dari prestasi itu sendiri. Sehingga nantinya hal
tersebut untuk memudahkan memahami lebih mendalam pengertian tentang prestasi
belajar itu sendiri.
Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Dalam
kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi
penuh dengan perjuangan dan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk
mencapainya. (Syaiful Bahri, Djamrah, 1994:19)
Prestasi
merupakan hasil yang dicapai seorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu. “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan guru.” (Tulus Tu’u, 2004:75).
Kemudian
prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan
suatu hal (Zainal Arifin, 1991 : 31).
Selain
itu pada dasarnya prestasi adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas,
disisi lain belajar pada dasarnya adalah proses yangmenyebabkan atau
mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku.
Menurut
Poerwodarminto prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau
dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri di artikan
sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan
di catat dalam buku raport sekolah. (Mila Ratnawati, 1996: 206)
Dengan
demikian, jika kedua hal tersebut dipadukan maka akan menjadi suatu definisi
yang sempurna. Sehingga Syaiful Bakhri Djamrah member definisi sebgai berikut :
“ prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas
belajar. (Syaiful Bahri Djamrah, 1994: 23)
Menurut
Marsun dan Martaniah, prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu
sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang
diikiuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan
baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui juka telah
dilakukan penilaian terhadap hasil belajar seseorang. (Sia Tjuding, 2001: 71)
Sedangkan
menurut Sumadi Suryabrata mengartikan prestasi belajar adalah sebagai “nilai
yang merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan
kemajuan atau prestasi belajar setiap individu selama waktu tertentu”. (Sumadi
Suryabrata, 2002: 297)
Dari
beberapa pengertian tentang prestasi belajar diatas maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang selama
berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, biasanya
prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat
dalam periode tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti
laporan yang disebut dengan raport.
c. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali
factor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit
sisa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang
kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam
kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk prestasi belajar yang baik banyak sekali
factor-faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrat, Shertzer dan
Stone (Winklee, 1997: 591), secara garis besar factor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan pestasi belajar dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu factor
inrternal dan factor eksternal :
1.
Factor Internal
Merupakan factor yang berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Factor ini dapat dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu :
a.
Factor fisiologis
Dalam hal ini, factor fisiologis yang dimaksud adalah
factor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
(1)
Kesehatan Badan
Untuk dapat menempuh study yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat
menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program styudynya. Dalam
upaya memelihara kesehtan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan
pola tidur, untuk memperlancar metabolism dalam tubuhnya. Selain itu, juga
untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga yang teratur.
(2)
Panca indera
Berfungsinya panca indera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam system pendidikan dewasa ini di
antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata
dan telinga. Hala ini penting, karena sebagian besar hal – hal yang dipelajari
oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian,
seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat
dirinya di dalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi
prestasi belajarnya.
b. Faktor psikologis
Ada
banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara
lain adalah:
1)
Intelegensi
Pada
umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan seseorang mempunyai kaitan yang erat
dengan kecerdasan yang dimiliki setiap orang.
Menurut
Binet, hakikat intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapati tujuan itu dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Taraf
intelegensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang, dimana seseorang
memiliki taraf intelegensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, seseorang yang memiliki taraf
intelegensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang
rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf
intelegensi rendah memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi, juga
sebaliknya. (Winkle, 1997:529)
2)
Sikap
Sikap
yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang
menghambat individu dalam menampilkan prestasi belajarnya.
3)
Motivasi
Motivasi
adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk
belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam
diri seseorang, seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar
(Irwanto, 1997:193)
Motivasi
belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya khas
ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, seseorang yang termotivasi kuat
akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. (Winkel,
1997:39)
2.
Faktor
Eksternal
Selain
faktor – faktor yang ada dalam diri, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah :
a) Faktor
lingkungan keluarga, yang terdiri dari :
1. Sosial ekonomi keluarga
Dengan
sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan
fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan
sekolah atau universitas.
2. Pendidikan orang tua
Orang
tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih
mempertahankan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya,
dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
3. Perhatian orang tua dan suasana hubungan
antara anggota keluarga
Dukungan
dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang.
Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berapa pujian atau nasihat; maupun
secara tidak langsung, seperti hubungan keluarga yang harmonis.
b) Faktor lingkungan sekolah
1. Sarana dan prasarana
Kelengkapan
fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu kelancaran proses
belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
2. Kompetensi guru dan siswa
Kualitas
guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan
prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia
belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik
disekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dsn tenaga pendidik
yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya, hubungan dengan guru
dan teman –temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim
belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi prestasi belajarnya.
3. Kurikulum dan metode mengajar
Hal
ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa.
Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor
yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif
bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa
menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung
tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.(
Sarlito Wirawan, 1997:122)
c) Faktor lingkungan masyarakat
1. Sosial budaya
Pandangan
masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik
dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
enggan mengirimkan anaknya kesekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan
guru/pengajar.
2. Partisipasi terhadap pendidikan
Bila
semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari
pemerintah ( berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,
setiap orang akn lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
d. Pengukuran
Prestasi Belajar
Dalam
dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat
ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di
indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik disekolah- sekolah
dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat
diketahui sejauhmana prestasi belajar
dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar dibidang akademik
disekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam
rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut
berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran .
Rapor
merupakan perumusan terakhiryang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau
hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.( Sumadi Suryabrata, 1998:
296)
Ada
beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu :
1)
Penilaian
berfungsi selektif (fungsi sumatif)
Fungsi
penilaian ini merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya
dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus atau tidak dalam
program pendidikan tersebut. Dengan kata lain
penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi terhadap beberapa siswa, misalnya :
a) Memilih siswa yang akan diterima
disekolah
b) Memilih siswa untuk dapat naik kelas
c) Memilih siswa yang seharusnya dapat
beasiswa
2)
Penilaian
berfungsi akademik
Fungsi
penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa juga mengetahui
hasil yang dicapai siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya
penilaian, maka guru han masing-masing siswa. Jika guru dapat mengetahui kelemahan
siswa, maka kelemahan tersebut dpat segera diperbaiki.
3)
Penilaian
berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap
siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Penilaian dilakukan untuk
mengetahui dimana seharusnya siswa tersebut ditempatkan sesuai dengan
kemampuannya yang telah diperlihatkannya pada prestasi belajar yang telah
dicapainya
4)
Penilaian
berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)
Penilaian
berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program dapat diterapkan. Sebagai
contoh adalah raport disetiap semester disekolah – sekolah tingkat dasar dan
menengah dapat dipakai untuk mengetahui apakah program pendidikan yang telah
diterapkan berhasil diterapkan atau tidak pada siswa tersebut.
B.
Kajian Teoritik
C.
Hipotesis Penelitian
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian ilmu yang mempelajari cara-cara
melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui
tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun dan menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan.
Dalam metode penelitian salah satu unsur penting
adalah penggunaan metode ilmiah tertentu yang digunakan sebagai sarana yang
bertujuan untuk mengidentifikai besar kecilnya suatu obyek / gejala-gejala
mencari pemecahan masalah yang sedang diteliti, sehingga hasil yang diperoleh
dapat dipertanggung jawabkan.
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif korelasional dimana dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antar kedua variabel. Untuk menunjukkan adanya hubungan tersebut
digunakan koefisien korelasi. Dalam penelitian jenis ini, peneliti berusaha
menghubungkan suatu variabel dengan variabel yang lain untuk memahami suatu
fenomena dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara
variabel-variabel tersebut.
Pada dasarnya desain penelitian hubungan ini cukup
sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok
subyek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena
itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang
variabel yang akan di selidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel
tersebut harus di dasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului
atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan. Meskipun berdasarkan
analisis dua variabel mempunyai hubungan yang kuat, hasil temuan tentang
hubungan tersebut tidak ada artinya bila tanpa di dukung teori atau hasil
penalaran tentang mengapa atau keduanya berhubungan. Setelah kedua variabel
ditentukan, kemudian dilakukan pengukuran secara individual untuk masing-masing
variabel penelitian skor yang diperoleh dijadikan dasar untuk menghitung nilai
koefisien kolerasi.
B.
Subyek Penelitian
1.
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2.
Sample
Sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel
adalah suatu prosedur dalam penelitian dengan hanya sebagian dari populasi saja
yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikendaki
dari populasi.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari mahasiswa
yang telah menginjak semester awal hingga semester 6.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive random sampling. Pengertian purposive random sampling adalah
pengambilan sampel dengan mengacak.
Peneliti tidak mengambil secara keseluruhan
populasi. Jumlah sampel yang diambil adalah 25 remaja yang tercantum dalam
populasi.
C.
Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.
Variabel terikat (y)
Variabel terikat (y) atau variabel dependen ialah
variabel yang terpenuhi atau menjadi akibat. Pada penelitian ini yang merupakan
variabel terikat adalah prestasi belajar.
b.
Variabel bebas (x)
Variabel bebas (x) atau variabel independen ialah
variabel yang menjadi sebab perubahan. Pada penelitian ini yang merupakan
variabel bebas adalah kepercayaan diri.
D.
Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam kegiatan ini mempunyai
tujuan untuk mengungkapkan fakta mengenai variabel yang diteliti. Tujuan ini
harus di capai dengan menggunakan metode atau cara-cara yang efesien atau
akurat.
Untuk mengungkap fakta mengenai variabel kepercayaan
diri dalam penelitian ini digunakan skala kepercayaan diri sedangkan untuk
variabel prestasi belajar digunakan skala prestasi belajar. Kedua alat ukur tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Intrument penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Y yaitu prestasi belajar dan
variabel X yaitu kepercayaan diri.
Untuk menggali data kuantitatif, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : angket (kuesioner). Melalui teknik
ini akan diukur mengenai kepercayaan diri dan prestasi belajar.
Intrument dalam angket penelitian ini disusun berdasarkan indikator
variabel penelitian.
Beberapa pertimbangan digunakan metode angket untuk
mengumpulkan data adalah :
a.
Dalam waktu yang singkat dapat diperoleh data yang
cukup.
b.
Menghemat biaya, waktu dan tenaga jika dibandingkan
dengan penggunaan jenis lain.
c.
Bersifat praktis karena langsung diberikan pada
individu yang bersangkutan.
Tujuan pokok pembuatan angket ini adalah untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh
informasi dengan reliabilitas setinggi mungkin, angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket langsung yaitu angket yang diisi dan dijawab
sendiri oleh subyek yang diteliti, angket ini menggunakan tipe pilihan ganda
(multiple choice). Subyek diminta untuk menggunakan pertanyaan lewat alternatif
jawaban berdasarkan skala Likert (pernyataan sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju) yang sudah dimodifikasi (dengan menghilangkan
pernyataan ragu-ragu), yaitu :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Skoring Skala psikologi
Favoreble
Sangat Setuju (SS)
= 4
Setuju (S) = 3
Tidak Setuju (TS)
= 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
unfavorable
Sangat Setuju (SS) = 1
Setuju (S)
=
2
Tidak Setuju (TS) = 3
Sangat Tidak Setuju (STS) = 4
Pernyataan favoreble adalah pernyataan menyatakan
sikap setuju, sedangkan unfavorable adalah yang menunjukkan sikap tidak setuju.
Peneliti memodifikasi sistem penilaian kuesioner
yang menggunakan skala Likert dengan menghilangkan jawaban ragu-ragu karena
jawaban ragu-ragu sering dijawab oleh responden, dan pada umumnya responden
tidak ingin diketahui pikiran sesungguhnya karena dianggap terlalu pribadi.
Maka dari itu peneliti menghilaangkan jawaban ragu-ragu atau kategori jawaban
yang tengah N/R berdasarkan tiga alasan :
a.
Kategori undecided ini mempunyai arti ganda bisa
dikatakan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya)
bisa juga diartikan netral, setuju, tidak setuju, bahkan ragu-ragu akan
memiliki arti ganda (multi interpretable), dan hal ini tentu saja tidak saja
tidak diharapkan dalam suatu intrument.
b.
Tersedianya jawaban diatas telah menimbulkan
kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka
yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabnya ke arah setuju atau tidak setuju.
c.
Maksud kategori jawaban SS, S, TS, STS, adalah
terutama untuk melihat kecenderungan respenden kearah setuju atau kearah tidak
setuju. Jika disediakan jawaban netral, akan menghilangkan banyak data
penilaian sehingga banyak menghilangkan informasi yang dapat dijaring dari
responden.
E.
Uji Validitas
F.
Uji Reabilitas
G.
Analisis Data
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Diskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian
1.
Diskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian
1.
Persiapan penelitian
Sebelum
mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan
penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan penelitian
dilapangan. Persiapan penelitian meliputi penyusunan alat ukur angket penentuan
skor untuk alat ukur serta persiapan administrasi. Namun sebelum persiapan
penelitian ada tahap – tahap lain yang akan harus dilakukan yaitu :
a. Merumuskan masalah yang akan dikaji dan
menentukan tujuan yang akan dicapai.
b. Melakukan studi pustaka / studi
literature dengan tujuan mencari dan menelaah teori serta hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
ini.
c. Melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing skripsi untuk mendiskusikan dan menyempurnakan data atas konsep yang
mendasari penelitian.
d. Menentukan popolasi dan sample
penelitian yang sesuai dengan tujuan sesuai landasan teori.
e. Mempersiapkan alat ukur yang akan
digunakan dalam rangka pengumpulan data, terrmasuk menetukan indikator-indikator
untuk menyusun alat ukur dan menentukan skala yang akan dipakai.
2.
Penetuan Lokasi
Penelitian
Kami
melakukan penelitian di IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk mengetahui hubungan
antara kepercayaan diri terhadap prestasi belajar mahasiswa IAIN. Kami
melakukan penelitian di wilayah kampus kami sendiri dikarenakan waktu yang
terbatas untuk melakukan penelitian.
3.
Penyusunan instrument penelitian
Alat
ukur yang digunakan untuk mengungkapkan hubungan antara tingkat percaya diri
terhadap prestasi belajar mahasiswa adalah angket, langkah – langkah dalam
penyusunan adalah :
a. Menentukan indikator setiap variabel
yang didasarkan teori pada bab II.
b. Membuat blue print dari masing – masing
kuesioner yang memuat prosentase dan jumlah pernyataan atau item yang digunakan
sebagai pedoman penyusunan skala.
c. Membuat dan menyusun pernyataan yang
mencakup item favorebel dan item unfavorabel berdasarkan blue print yang telah
dibuat.
d. Penentuan nomor urut item dengan
pertimbangan penyebaran yang merata pada item favorabel dan item unfavorabel
berdasarkan yang penting dalam uji validitas dan uji reliabilitas.
e. Menguji cobakan angket yang digunakan
untuk pengumpulan data dengan uji coba terpakai, yaitu melaksanakan uji coba
sekaligus pengumpulan data
f. Dalam penelitian ini terdiri dari 35
item untuk variabel dependent yaitu kepercayaan diri memiliki 4 jawaban yang
Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju.
g. Setelah item–item tiap – tiap alat
ukur/skala psikologi sudah dianggap siap maka selanjutnya menentukan subyek
penelitian. Subyek penelitian atau populasi (sebagaimana yang telah dirumuskan
dalam metode penelitian) ini.
2.
Diskripsi Hasil Penelitian
a)
Pengujian Hipotesis
Hipotesa dalam
penelitian ini yang di ajukan adalah :
1) Hipotesa Nihil (Ho)
Tidak
ada hubungan antara tingkat kepercayaan diri terhadap prestasi belajar
mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2) Hipotesa Kerja (Ha)
Ada
hubungan antara tingkat kepercayaan diri terhadap prestasi belajar mahasiswa
IAIN Sunan Ampel Surabaya.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
[1]
Alfiani. “Pengaruh Percaya Diri Pada Remaj”.Diakses 23 mei 2013.
http://www Glorianet.org/berita/b3394.htm1
[2]
John W. SantrocK. Adolescence Perkembangan Remaj. (Jakarta: Erlangga,
2003), hal 336
[3] Sriwardani. Studi Korelasi Self Confidence dan Kecendrungan Obidience Karyawan
(Tingkat Operator dan Feroman) terhadap Peraturan Perusahaan di Derektorat
Produksi PT.Krakatau Steel. Skripsi (Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga, 1994), hal 66
Comments