Biografi Singkat Ulama’ Ahli Hadist
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Mempelajari
hadits merupakan sesuatu yang sangat urgen, sebab hadits merupakan salah satu
pegangan dalam ajaran Islam. Begitu pula dalam mempelajari ilmu hadits tak bisa
dielakkan dalam mempelajari sejarah para periwayatnya untuk mengetahui
kedudukan suatu hadits.
Kedudukan hadits juga akan dipengaruhi
oleh siapa yang meriwayatkannya, setelah diketahui bagaimana seorang rawi maka
ini merupakan salah satu faktor penentu apakah hadits tersebut shahih, hasan,
ata dha’if.
Ulama’ adalah orang- orang yang berilmu, ulama’ ahli hadist ialah
orang-orang yang mempunyai ilmu tentang hadist. Banyak muslimin muslimat yang
mengetahui nama-nama ulama’ ahli hadist, diantaranya adalah imam Abu Daud, imam
Tirmidzi, dan imam Ibnu Majjah. Namun diantara muslimin muslimat yang
mengetahui nama-nama tersebut tidak mengenal biografi, asal usul dan
sejarahnya.
Banyak diantara
muslim telah mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh para ahli hadist yang
telah disebutkan diatas, mereka mengikuti dan meyakini bahwa pendapat ketiga
imam itu benar, namun tanpa mengenal siapa sebenarnya mereka, tanpa mengenal
siapa mereka, bagaimana proses belajar mereka, dan kehidupan para imam
tersebut.
Tidak sedikit
pula diantara muslimin muslimat yang tidak percaya dengan apa yang ditetapkan
tiga ahli hadist tersebut, mereka cenderung hanya percaya pada satu ahli
hadist, ada pula yang percaya pada pendapat satu ahli hadist namun
menimbang-nimbang pula dengan pendapat ahli hadist lain.
Mengenai
percaya atau tidak percaya itu hal yang umum dan merupakan hal yang relatif.
Namun seseorang bisa mempercyai orang lain dengan kepercayaan yang tinggi
dibutuhkan pengenalan terhadap apa yang dipercayainya. Untuk memantapkan
kepercayaan muslimin dan muslimat terhadap imam-imam mereka dalam makalah ini
kami mengangkat judul "Biografi singkat ulama’ ahli hadist diantaranya
imam Abu Daud, imam Athirmidzi, imam Ibnu Majjah” sebagaai tugas mata
kuliyah Studi Al Hadist.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah biografi Imam Abu
Daud?
2.
Bagaimanakah biografi Imam At
Tirmidzi?
3.
Bagaimanakah biografi Imam Ibnu
Madjah?
Tujuan
1. Untuk menjelaskan biografi Imam Abu Daud.
2. Untuk menjelaskan bografi Imam At Tirmidzi.
3. untuk menjelaskan biografi Imam Ibnu Madjah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Imam
Abu Dawud
Nama lengkapnya Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asya’ats bin
Ishaq As-Sijistani. Sijistan suatu daerah yang terletak antara Iran dan
Afganistan, tempat kelahiran beiau pada tahun 202 H/817 M. Sama hanya
Al-Bukhori dan Muslim beliau juga berkelana dna berkeliling mencari ilmu dan
berguru hadist dari beberapa ulama hadist. Diantaranya ke Khurrasan, Rayy,
Harat, Kufah, Baghdad, Tarsus, Damaskus, Mesir, dan Bashrah. Beliau mengambil
hadist dari Abdullah bin Maslamah Al-Qa’nabi, Abu Al-Walid Ath-Thayasili Abu
Amar Al-Hawdhi, Ibrahim bin Musa Al-Farra’, Abu Bakar bin Abu Syaibah, Ahmad
bin Hanbal, dan lain-lain. Sedangkan hadisnya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi,
An-Nasa’i, Abu ‘Awanah, Ya’qub bin Ishaq Al-Isfiryini, dan lain-lain.
Beliau menghabiskan waktunya di Tursus kurang lebih 20
tahun. Beliau seorang hafizh, lautan ilmu, terpercaya, dan memilki keilmuan
yang tinggi terutama dalam bidang hadist. Para ulama’ sangat menghormati
kemampuan, kejujuran, dan ketaqwaan beliau yang luar biasa. Abu Dawud tidak
hanya sebagai seorang perawi, penghimpun dan penyusun hadist, tetapi juga
sebagai seorang ahli hukum yang handal dan kritikus hadist yang baik.
Diantara
karyanya Sunan Abi Dawud yang beliau perlihatkan kehadapan Imam Ahmad. Dengan
bangga imam Ahmad memujinya. Didalamnya tehnik pembahasannya seperti fiqih,
yaitu banyak bicara tentang hukum dan tidak dibahas masalah kisah dan
mau’izhah.
Buku ini berisikan 5.274 buah hadis secara berulang-ulang
(mukarrar) yang disaring dan diteliti sebanyak 500.000 hadis kemudian diseleksi
lagi menjadi 4.800 buah hadis. Didalamnya terdapat shahih, hasan, dan dha’if.
Beliau berkata:” Aku sebutkan yang shahih, yang serupa, dan yang
mendekatinya. Hadis yang sangat lemah aku jelaskan.” Kedudukannya dalam
buku Induk Hadis menempati rangking pertama dalam empat kitab sunan dan
mendekati kedua kitab shahihnya.
Para ulama’ sepakat menempatkan bahwa beliau seorang hafizh yang sempurna,
pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, wara’, dan
memiliki pemahaman yang tajam, baik dalam bidnag ilmu hadis mauun lainya.
Al-Khaththabi berpendapat, bahwa tidak ada susunan kitab ilmu agama yang setara
dengan kitab Sunan Abu Dawud, para ulama’ menerimanya dan dia menjadi hakim
antara fuqaha yang berlainan madzhab. Dalam sejarah hidpnya beliau bermukim di
Bashrah dan mengajarkan hadis kepada umat islam di sana sampai meninggal pada
tanggal 16 Syawal 275 H/889 M.
2.2 Imam Tirmidzi
Khazanah keilmuan
Islam klasik mencatat sosok Imam Tirmidzi sebagai salah satu periwayat dan ahli
Hadits utama, selain Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan sederet nama
lainnya. Salah stau karyanya, yaitu Kitab Al Jami’, menjadi salah satu rujukan
penting berkaitan dengan masalah hadits dan ilmunya, serta termasuk dalam Kutubus Sittah (enam kitab pokok di
bidang Ilmu Hadits) dan ensklopedia Hadits terkenal. Sosok penuh tawadlu’ dan
ahli ibadah.
Beliau dilahirkan
di kota Tirmidz pada tahun 297 Hijriah, dengan nama lengkap Imam al-Hafiz Abu
Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad Dahhak as Sulami at Tirmidzi. Sejak
kecil Imam Tirmidzi gemar beajar ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan
inilah ia mengembara ke berbagai negeri, antara lain Hijaz, Irak, Khurasan, dan
lain-lain.
Dalam
lawatannya itu, ia banyak mengunjuungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadist
untuk mendengar hadist dan kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik.
Diantaranya guru-guru besartersebut adalah; Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam
Abu Daud. Selain itu, ia juga belajar pada Imam Ishak bin Musa, Mahmud bin
Abdurrahman, Ali bin Hajar, ahmad bin Muni’, dan lainnya.
Perjalanan
panjang pengembaraannya mencari ilmu, bertukar pikiran, dan mengumpulkan hadist
itu mengantarkan dirinya sebagai ulama hadist yang sangat disegani kalangan
ulama semasanya. Kendati demikian, takdir menggariskan lain. Daya upaya
mulianya itu pula yang pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan
beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra. Dalam kondisi seperrti
inilah, Imam Tirmidzi wafat pada usia 70 tahun.
Di
kemudian hari, kumpulan hadist dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan
oleh banyak ulama, diantaranya; Makhul ibnu al-Fadl,Muhammad bin Mahmud Anbar,
Hammad bin Syakir, Abd bin Muhammad An-Nasyiffun, Al-Haisam bin Kulaib
Asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf An-Nasafi, Abul Abbas Muhammad bin Mahbud
Al-Mahbubi, yang meriwayatkan kisah al-Jami’ daripadanya, dan lain-lain. Mereka
ini pula murid-murid Imam Tirmidzi.
Banyak
kalangan ulama dan ahli hadistyang mengakui kekuatan dan kelebihan dalam diri
Imam Tirmidzi. Selain itu, kesalehan dan ketaqwaannya pun tak dapat direagukan
lagi. Salah satu ulama itu, Ibnu Hibban al-Busti, pakar hadist, mengakui
kemampuan At Tirmidzi dalam mengahafal, menghimpun, menyusun dan meneliti
hadist. Sehingga menjadikan dirinya sumber pengambilan hadist para ulama
terkenal, termasuk Imam Bukhari.
Sementara
kalangan ulama lainnya mengungkapkan, Imam Tirmidzi adalah sosok yang dapat
dipercaya, amanah, dan sangat teliti. Kisah yang dikemukakan al-Hafiz Ibnu
Hajar dalam Tahzib At-Tahzibnya, dari Ahmad bin Abdullah bin Abu Dawud. Selain
dikenal sebagai ahli dan penghafal hadist, mengetahui kelemahan-kelemahan dan
perawi-perawinya, Imam Tirmidzi juga dikenal sebagai ahli fiqh dengan wawasan
dan pandangan luas. Pandangan-pandangan tentang fiqh itu juga terdapat dalam
kitabnya, yaitu kitab al-Jami’.
Kajian-kajiannya
mengenai persoalan fiqh ini pula yang mencerminkan dirinya sebagai ulama yang
sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya.
Sebagai tamsil, penjelasannya terhadap sebuah hadist mengenai penangguhan
membayar piutang yang si berutang yang sudah mampu.
Hingga
meninggalnya, Imam Tirmizi telah menulis puluhan kitab, diantaranya: Kitab
Al-Jami', terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmizi, Kitab Al-'Ilal, Kitab
At-Tarikh, Kitab Asy-Syama'il an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma'
wal-Kuna.
Selain dikenal
dengan sebutan kitab Jami’ Tirmidzi, kitab yang ditulis oleh Imam Tirmidzi ini
juga dikenal dengan nama kitab Sunan At tirmidzi. Di kalangan muhaddisin (ahli
hadist), kitab ini juga menjadi rujukaan utama, selain kitab-kitab hadist
lainnya dari Imam Bukhari maupun Imam Muslim. Kitab ini dianggap sangat
penting, lantaran betul-betul memperhatikan ta’lil (penentuan nilai) hadist
dengan menyebutkan secara eksplisit hadist yang shahih. Itu sebabnya, kitab ini
menduduki peringkat keempat dalam urutan Kutubus sittah, atau menurut penulis
buku Kasyf Az Zunuun, hajji Khalfah (wafat 1657), kedudukan Sunan Tirmidzi
berada pada peringklat ketiga dalam hierarki Kutubus Sittah.
Beberapa
keistimewaan kitab Jami’ atau Sunan Tirmidzi adalah pencantuman riwayat dari
sahabat lain mengenai masalah yang dibahas dalam hadist pokok (hadist al bab),
baik isinya yang semakna maupun yang berbeda, bahkan yang bertentangan sama
sekali secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga langsung
kaitannya dengan ulum al Hadist (ilmu-ilmu hadist) adalah masalah ta’lil
hadist. Hadist-hadist yang dimuat disebutkan nilainya dengan jelas, bahkan
nilai rawinya yang dianggap penting. Kitab ini dinilai positif karena dapat
digunakan untuk penerapan praktis kaidah-kaidah ilmu hadist, khusunya ta’lil
hadist.
2.3 Imam Ibnu Madjah
Nama
lengkapnya adalah abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, lahir di kota
Qazwin salah satu kota di Ira, pada tahun 207 H/824 M. Beliau belajar hadist di
berbagai kota diantaranya Irak, Hujaz, Mesir dan Syam. Banyak karyanya dalam
tafsir, hadist dan tarikh. Diantaranya karyanya yang populer adalah kitab Sunan
Ibnu Madjah yang disusun seperti bab fiqh, jumlah hadistnya sebanyak 4.341 buah
hadist. 3002 diantaranya diriwayatkan oleh Ashab al-Khamsah dan 1.339 buah
hadist diriwayatkan oleh Ibnu Madjah sendiri.
Di dalamnya terdapat hadist shohih, hasan, dhaif dan wahi. Oleh karenanya
para ulama sebelum abad ke-6 belum memasukkannya kedalam Buku Induk Hadist Enam
(Ummahal al-Kutubas-Sittah),
kemudian dimasukkannya setingkat al-Muwatha’ karya Imam Malik. Beliau meninggal
dunia pada tanggal 22 Ramadhan 237 H.
DAFTAR
PUSTAKA
Majid, Dr. H. Abdul Khon. Ulumul Hadis. 2011. Amzah : Jakarta.
Comments