Proposal Skripsi : Konsep Aswaja

(Study Komparasi Antara Pemikiran Kh. Hasyim Asy’ari Dan Kh. Said Aqil Sirodj)

A.      Latar Belakang Masalah
                  Islam telah mengisaratkan adanya firqah-firqah yang akan terjadi dalam kehidupan umat manusia, termasuk firqah dalam Islam. Setidaknya terdapat 14 hadits yang menjelaskan hal tersebut, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi;Artinya; Diriwayatkan dari Abu Dawud, Imam Tirmidzi, dan Ibn Majah dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulukkah SAW telah bersabda: “Telah terpecah umat yahudi menjadi 71 golongan, umat Nashrani benar-benar terpecah menjadai 72 golongan, dan ummatku menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya: “Siapakah mereka wahai rasulullah?” Nabi menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalanku dan para sahabatku.” [1].(Ahli Sunnah wal Jama’ah)
Dalam firqah-firqah tersebut semuanya akan celaka kecuali golongan yang berkometmen melaksanakan segala amaliyah Nabi dan para sahabatnya. Lafadz “Mă Ana ‘alaihi wa AshhăbÄ­” disebut dengan Ahli Sunnah wal Jama’ah, yang berarti penganut Sunnah Nabi Muhammad dan Jama’ah (sahabat-sahabatnya)[2]. Dalam hal ini pernyataan tersebut hingga saat ini masih begitu aktual, karena masing-masing kelompok merasa sebagai ahlu sunnah wal jama’ah dan pantas sebagai kelompok yang masuk surga.
Aswaja adalah kepanjangan kata dari “Ahlussunnah waljamaah”. Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat (maa ana alaihi wa ashhabi), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan tasawuf”.
KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan tentang ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ dapat difahami sebagai berikut:
1.      Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari,  jangan dilihat dari pandangan ta’rif menurut ilmu Manthiq yang harus jami’ wa mani’ (جامع مانع) tapi itu merupakan gambaran (تصــور) yang akan lebih mudah kepada  masyarakat untuk bisa mendaptkan pembenaran  dan pemahaman secara jelas ( تصــد يق). Karena secara definitif tentang ahlussunnah waljamaah para ulama berbeda secara redaksional tapi muaranya sama yaitu maa ana alaihi wa ashabii.
2.      Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari, merupakan implimentasi dari sejarah berdirinya kelompok ahlussunnah waljamaah  sejak  masa pemerintahan Abbasiyah yang kemudian terakumulasi menjadi firqah yang berteologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat dan bertashuwf al-Ghazali dan Junai al-Baghdadi.
3.      Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) di Indonesia waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran dan as-sunnah, dalam arti  anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. ( tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari penjelasan aswaja versi NU dapat difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah perlu penafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali  kaum m uslimin mampu berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid atau muttabi’  baik mengakui atau tidak[3].
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka KH. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah wal Jamaah. Kedua kitab tersebut, kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU, yang dijadikan dasar dan rujukan sebagai warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan po1itik.
Khusus Untuk membentengi keyakinan warga NU agar tidak terkontaminasi oleh paham-paham sesat yang dikampanyekan oleh kalangan modernis, KH Hasyim Asy'ari menulis kitab risalah ahlusunah waljamaah yang secara khusus menjelaskan soal bid’ah dan sunah. Sikap lentur NU sebagai titik pertemuan pemahaman akidah, fikih, dan tasawuf versi ahlusunah waljamaah telah berhasil memproduksi pemikiran keagamaan yang fleksibel, mapan, dan mudah diamalkan pengikutnya[4].
Dalam perkembangannya kemudian para Ulama’ NU di Indonesia menganggap bahwa Aswaja yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai upaya pembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (Keadilan). Prinsip-prinsip tersebut merupakan landasan dasar dalam mengimplimentasikan Aswaja.
Seiring dengan derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang menuntut kita agar terus memacu diri mengkaji Ahlussunah Wal Jama’ah dari berbagai aspeknya, agar warga nahdliyin dapat memahami dan memperdalam, menghayati dan mengejawantahkan warisan ulama al salaf al salih yang berserakan dalam tumpukan kutub al turast[5].
Nahdlatul Ulama’ dalam menjalankan paham ahlusunah waljamaah pada dasarnya menganut lima prinsip. Yakni, at-Tawazun (keseimbangan), at-Tasamuh (toleran), at-Tawasuth (moderat), at-Ta'adul (patuh pada hukum), dan amar makruf nahi mungkar. Dalam masalah sikap toleran pernah dicontohkan oleh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari saat muncul perdebatan tentang perlunya negara Islam atau tidak di Indonesia. Kakek mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan, selama umat Islam diakui keberadaan dan peribadatannya, negara Islam atau bukan, tidak menjadi soal. Sebab, negara Islam bukan persoalan final dan masih menjadi perdebatan[6].
Lain dengan para Ulama’ NU di Indonesia yang menganggap Aswaja sebagai upaya pembakuan atau menginstitusikan prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tasamuh (toleran) dan tawazzun (seimbang) serta ta’addul (Keadilan). Maka Said Aqil Shirodj dalam mereformulasikan Aswaja adalah sebagai metode berfikir (manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berdasarkan atas dasar modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi, tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang sudah mulai tidak menarik lagi dihadapan dunia modern.
Hal yang mendasari imunitas (daya tahan) keberadaan paham Ahlus sunnah wal jama’ah adalah sebagaimana dikutip oleh Said Aqil Siradj, bahwa Ahlus sunnah wal jama’ah adalah “Ahlu minhajil fikri ad-dini al-musytamili ‘ala syu’uunil hayati wa muqtadhayatiha al-qa’imi ‘ala asasit tawassuthu wat tawazzuni wat ta’adduli wat tasamuh”, atau “orang-orang yang memiliki metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar-dasar moderasi, menjaga keseimbangan dan toleransi”[7].
Prinsip dasar yang menjadi ciri khas paham  Ahlus sunnah wal jama’ah adalah tawassuth, tawazzun wat ta’adul, dan tasamuh; moderat, seimbang dan netral, serta toleran. Sikap pertengahan seperti inilah yang dinilai paling selamat, selain bahwa Allah telah menjelaskan bahwa umat Nabi Muhammad adalahummat wasath, umat pertengahan yang adil (QS. Al-Baqarah : 143).
Harus diakui bahwa pandangan Said Aqil Siradj tentang Aswaja yang dijadikan sebagai manhaj al fikr memang banyak mendapatkan tentangan dari berbagai pihak. Apalagi sejak kyai Said mengeluarkan karyanya yang berjudul “Ahlussunnah wal Jama’ah; Sebuah Kritik Historis”.
Meskipun banyak sekali yang menentang pemikiran Said Aqil Sirodj dalam memahami Aswaja dalam konteks saat ini, akan tetapi harus diakui bahwa paradigma yang digunakan Said Aqil Siradj dalam menafsiri Aswaja patut untuk dihormati. Karena yang dilakukan merupakan wujud tafsir dalam memahami Aswaja di era Globalisasi.
Oleh sebab itulah, penulis tertarik untuk mengupas tentang pemahaman Aswaja dari sudut pandang KH Hasyim Asy’ari dan dari sudut pandang KH Said Aqil Siradj dalam sebuah proposal ini.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut:
      1.    Bagaimana konsep  aswaja menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said Aqil
             Siroj?
      2.       Bagaimana persamaan konsep  aswaja menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said
             Aqil Siroj?
      3.   Bagaimana perbedaan konsep  aswaja menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said
            Aqil Siroj?      
C.      Tujuan penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah yang ada di atas yaitu:
1.        Untuk mengetahui konsep  aswaja menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said Aqil Siroj
2.        Untuk mengetahui persamaan konsep  aswaja menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said Aqil Siroj?
3.        Untuk mengetahui perbedaan konsep  aswaja menurut KH Hasyim Asy’ari dan KH Said Aqil Siroj?
D.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara peraktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
a.    Dapat memberikan kontribusi keilmuan secara konseptual dan pengembangan cakrawala pemikiran ke islaman.
b.    Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsi terhadap perkembangan aswaja kedepan.
c.    Dapat menjadi sumber atau acuan peneliti-peneliti yang berkeinginan untuk mengkaji permasalahan yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini pada suatu saat nanti.
2. Secara Praktis
Dapat memberikan pengertian kepada masyarakat umumnya dan para ilmuan civitas akademika secara khusus dalam upaya menindak lanjuti penelitian berikutnya yang ada relevasinya dengan kajian ini.
E.       Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah adalah salah satau faktor terpenting dalam salah satu penelitian sebagai alat untuk dapat memperoleh data-data yang akurat dan objektif, sehingga tidak terdapat sebuah manipulasi data dan bisa di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Maka dari itulah dalam penelitian ini mengacu kepada beberapa literature buku dan karya ilmiah lainya, sebagai pengayaan datanya, baik mengacu kepada buku atau data yang bersifat primir maupun sekunder, data-data tersebut di antaranya sebagai berikut:
  • ·         KH Hasyim Asy’ari. Risalah Ahl al-sunnah wal Jama’ah fi Hadithal-Mawta wa Ashrat al-Sa ah wa Bayan Mafhum al-Sunna wa al-Bid ah. Jombang: Maktabah al-Turath al-Islami, 1415 H.
  • ·         Achmad Muhibbin  Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyi Asy’ari tentang Ahl Al-Sunna Wa Al-Jama’ah. Surabaya: Khalista, 2010
  • ·         Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Risalah Ahlussunna Wal-Jama’ah. Surabaya: Khalista, 2012
  • ·         Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A, Membumikan Aswaja Pegangan Guru NU. Surabaya: Khalista, 2012
  • ·         Muhammad Rifai, KH. M. Hasyi Asy’ari Bigrafi Singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi, 2009
  • ·         Said Agil Siradj "Ahlussunnah Waljamaah dalam Lintasan Sejarah," Yogyakarta: LKPSM, 1997
  • ·         Said Agil Siradj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam Sebagai Inspiras Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan, 2006
  • ·         Mastuki HS, MA, Kiai Menggugat, Mengadili Pemikiran Kang Said. Jakarta: Fatma Press, 1999
  • ·         Imam Baehaqi, Kontroversi Aswaja, Aula Perdebatan dan Interpretasi. Yogyakarta: LKiS 2000


F.       Metode Penelitian
Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan, kerena kebenaran itu hanya dapat diperoleh dengan jalan setapak demi setapak. Dengan demikian bila tercapai hasilnya dalam ilmu pengetahuan itu merupakan urut-urutan demonstrasi pembuktian tentang kebenaran mulai dari asas-asasnya yang telah diketahui sedikit demi sedikit untuk mengetahui pengetahuan tentang hal yang belum diketahui. Jadi metode adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah.
1.      Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibliografi research, yaitu jenis penelitian kepustakaan. Kerena penelitian ini merupakan kajian mengenai pemikiran tokoh yaitu tenatang KONSEP ASWAJA (Study Komparasi Antara Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Said Aqil Sirodj). Juga bias disebut jenis penelitian literer (teks naskah), yaitu suatu penelitian  yang berdasarkan kepustakaan , menjadikan bahan pustaka sebagai bahan sumber utama.
Sedangkan pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari oaring-orang dan prilaku yang diamati, dalam hal ini data yang digunakan adalah data kepustakaan kerena penelitian ini merupakan library research.

2.      Sumber Data
Megingat studi ini seluruhnya bersifat kepustakaan library research, maka sumber data yang digunaka penulis adalah buku-buku dan karya tulis lain (artikel dan sebagainya) yang ada kaitannya dengan masalah pokok yang saya teliti. Mengenai sumber data kepustakaan tersebut di bedakan dua data yaitu: data primir dan data skunder. Data primir adalah data yang di ambil dari buku-buku asli karya tokoh yang bersangkutan, baik berbentuk teks asli maupun terjemahan. Dan sekunder adalah data yang brasal dari sumber lain yang ada relevansinya dengan pokok bahasan dan penelitian.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Sesuai drngan jenis penelitian yaitu library research, maka teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data di atas adalah teknik dokumentasi[8]. Data tersebut kemudian di olah dan dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
4.      Metode Analis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, studi ini ditekankan pada penelitian kepustakaan. adapun langkah-langkah metodis  yang dipergunakan  dalam studi ini adalah:
a.       Analisis Historis: yaitu analis mengenai sejarah kehidupan para tokoh dalam penelitian ini sehingga bias ditemukan latar belakang dari pemikiran mereka.
b.      Analisis Deskriptif: yaitu dengan cara mengumpulkan dan menyusun data. Dalam konteks ini metode yang digunakan penulis tersebut dimaksudkan untuk memaparkan secara jelas dan mendalam konsep aswaja menurut KH. Hasym Asy’ari dan KH. Said Aqil Sirajd.

G.      Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan sistematika pembahasan yang jelas, maka dalam skripsi ini penulis mencoba menguraikan isi kajian pembahasan. Adapun sistematiaka pembahasan skripsi ini terdiri dari dari lima bab dengan uraian sebagai berikut:
Bab pertama,  Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, bab ini berisi tentang biografi dari tokoh yang akan dibahas dalam skripsi ini biografi tentang KH. Hasym Asy’ari dan KH. Said Aqil Sirajd.
Bab ketiga, yaitu berisi mengenai konsep pemikiran dari kedua tokoh tersebut. Dalam hal ini adalah mengenai konsep aswaja menurut KH. Hasym Asy’ari dan KH. Said Aqil Sirajd, dalam bab ini akan dipaparkan secara jelas dan mendalam mengenai pemikiran kedua took tersebut.
Bab keempat, dalam bab ini focus dari penelitian skripsi ini, berbicara mengenai penilaian atsu analisis terhadap konsep dari KH. Hasym Asy’ari dan KH. Said Aqil Sirajd mengenai Aswaja. Bab ini akan memaparkan bagaimana komparasi antara pemikiran keua tokoh tersebut.
Bab kelima, penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka
1.      Asy’ari, Hasyim, Risalah Ahl al-sunnah wal Jama’ah fi Hadithal-Mawta wa Ashrat al-Sa ah wa Bayan Mafhum al-Sunna wa al-Bid ah. Jombang: Maktabah al-Turath al-Islami, 1415 H.
2.      Arikunto, suharsimi,  prosedur penelitian: suatu pendekatan peraktek. Jakarta: PT. Reneka Cipta, 1993
3.      Muhibbin  Zuhri, Achmad, Pemikiran KH. M. Hasyi Asy’ari tentang Ahl Al-Sunna Wa Al-Jama’ah. Surabaya: Khalista, 2010
4.      Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Risalah Ahlussunna Wal-Jama’ah. Surabaya: Khalista, 2012
5.      Chalim, Asep Saifuddin, Membumikan Aswaja Pegangan Guru NU. Surabaya: Khalista, 2012
6.      Rifai, Muhammad, KH. M. Hasyi Asy’ari Bigrafi Singkat 1871-1947. Jogjakarta: Garasi, 2009
7.      Sirajd , Said Agil, "Ahlussunnah Waljamaah dalam Lintasan Sejarah," Yogyakarta: LKPSM, 1997
8.      Sirajd , Said Agil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengedepankan Islam Sebagai Inspiras Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan, 2006
9.      Mastuki, Kiai Menggugat, Mengadili Pemikiran Kang Said. Jakarta: Fatma Press, 1999
10.  Baehaqi, Imam, Kontroversi Aswaja, Aula Perdebatan dan Interpretasi. Yogyakarta: LKiS 2000



[1]. Hasyim Asy’ari, “Risalah Ahl al-Sunnah wal Jama’ah” hlm 23.
[2]. Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama;ah, (Jakarta, Pustaka Tarbiyah, 1983), hlm. 16.
[3]. KH. Hasyim Asy’ari, Al-Qanun Al-Asasi; Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, terjemah oleh Zainul Hakim, (Jember: Darus Sholah, 2006).
[4]. Marwan Ja’far, Ahlussunnah Wal Jama’ah; Telaah Historis dan Kontekstual, (Yogyakarta: LKiS, 2010), Cet. Pertama, hlm. 81.
[5]. Said Aqil Siraj dalam Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunah Wal Jama’ah (Surabaya: Khalista, 2011).
[6]. Marwan Ja’far, Op.cit, hlm. 81.
[7]. Said Aqil Siraj, Op.cit, hlm. 8.
[8]. Menurut Suharsimi Arikunto, teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar majalah, atau data-data tertulis lainnya. H 135.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki