Teori Belajar Kognitif
Psikologi
kognitif merupakan salah satu cabang psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala –
gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam
memperoleh pengetahuan, mengolah kesan – kesan yang masuk melalui indera,
pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari. Kehidupan mental mencakup gejala
kognitif, afektif, konatif, sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang
tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi
kognitif tidak hanya menggali dasar
gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan
yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak). Ilmu kognitif
menjelaskan bidang penelitian psikologi yang mengurusi proses kognitif seperti
perasaan, pengingatan, penalaran, pemutusan dan pemecahan masalah, serta
menghindari adanya tumpang tindih ilmu pengetahuan yang tertarik dalam proses
tersebut seperti filosofi.
Teori belajar kognitif
lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia.
Teori
Kognitif Pieget
·
Jean Piaget menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia
kognitif mereka; informasi tidak sekadar dituangkan ke dalam pikiran mereka
dari lingkungan. Seorang
anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa.
Proses Kognitif Pieget
•
Skema Ã
kerangka kognitif / kerangka referensi
•
Asimilasi à proses memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yg sudah ada
•
Akomodasi à menyesuaikan diri dengan infomasi yg baru
•
Organisasi à mengelompokkan perilaku/ konsep kedalam kelompok2 yg
terpisah ke dalm sistem kognitif yang lebih tertib, lancar; dengan menggunakan
kategori2
•
Ekulibirasi à bergerak dari satu tahap ke tahap yg lain à rawan konflik dalam usahanya memahami dunia. Jika
berhasil akan mendapatkan keseimbangan pemikiran
Tahap-Tahap Perkembangan Piaget
•
Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
•
Tahap praoperasional (2-7 tahun)
•
Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
•
Tahap operasional formal (mulai 11 atau 12 tahun)
•
Periode sensorimotor
Menurut
Piaget, bayi lahir
dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode
sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat
bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting
dalam enam sub-tahapan:
- Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
- Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
- Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
- Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
·
Tahapan
praoperasional
Tahapan ini
merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan,
Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi
dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara
logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan
untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan
objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,
mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan
ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya
di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka
kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda
yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
•
Tahapan operasional
konkrit
Tahapan ini
adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan
untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya,
bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai
memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di
gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan
sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap
operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada
di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Ujang.
·
Tahapan
operasional formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang
tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta,
bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk
hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak
sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Implikasi Dalam Belajar
•
Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
siswa.
•
Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
•
Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
•
Berikan peluang agar siswa belajar sesuai tahap.
• Di dalam kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang
untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Prinsip Pembelajaran Piaget
1. Belajar aktif
Proses
pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam
subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu
diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri,
misalnya: melakukan percobaan sendiri; memanipulasi simbol-simbol; mengajukan
pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri; membandingkan penemuan sendiri
dengan penemuan temannya.
2. Belajar lewat interaksi social
Dalam
belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di
antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya
maupun orang yang lebih dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka.
Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya.
Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan semakin beragam.
3. Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan
menggunakan pengalaman nyata maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih
baik daripada hanya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat
penting untuk berkomunikasi namun jika tidak diikuti oleh penerapan dan
pengalaman maka perkembangan kognitif seseorang akan cenderung mengarah ke
verbalisme.
Contoh
Aplikasi
Menentukan tujuan instruksional
Memilih materi pelajaran
Menentukan topik yang mungkin dipelajari secara aktif
oleh siswa
Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok
untuk topik yang akan dipelajari siswa.
Mempersiapkan pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas
siswa untuk berdiskusi atau bertanya
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Comments