TV Broadcast
TV
adalah media terbesar di setiap Negara,
exposurenya hampir mendominasi di setiap sektor bisnis media, termasuk
periklanan, produksi, bahkan sampai jumlah audience. Chapter ini akan berbicara
bagaimana mekanisme dan struktur TV, dan juga perputaran keuntungan yang ada di
dalamya. Setelah mempelajarai chapter ini, diharapkan mahasiswa mampu :
·
Karakteristik economic
characteristic yang melekat erat dengan broadcasting
·
Menganalisa kelebihan
membangun jaringan kerja dan strategi yang matang
·
Menganalisa pentingnya
direct viewer payment dalam penguatan financial televise.
Economics
Characteristic of TV Broadcast
Dalam
perpektif ilmu ekonomi dan bisnis, sebuah produk atau jasa, akan dilahirkan
berdasakan pada kebutuhan konsumen. Harga dan jumlah yang terkait dengan produk
atau jasa tersebut akan dirumuskan dalam demand and supply (kebutuhan dan
pemenuhan). Konsumen akan membayar upah sesuai dengan produk atau jasa yang
didapatkan kepada produsen. Ironisnya, kondisi ini hanya berlaku pada kondisi
pasar yang normal dan tidak berlaku bagi konsumen media. sampai hari ini,
konsumen media tidak ditarik serupiah pun dari layanan media yang mereka
konsumsi, konsumen dapat menikmati layanan media sebanyak dan selama yang
diinginkan, tanpa harus berpikir membayar kepada media.[1]
Dalam binis media, kondisi ini dikatakan sebagai kegagalan pasar “market
failure”.
Kegagalan
pasar media ini disebabkan oleh beberapa hal, pertama, asymmetric information.
Apa yang ditawarkan oleh broadcaster kepada audience adalah sebuah wawasan dan
hiburan baru, hanya saja tidak semua masyarakat mampu mamandang setiap sajian
TV sebagai sesuatu yang penting, bisa karena tingkat pendidikan maupun status
social di masyarakat. Jika sajian itu bersifat mendidik, maka masyarakat selaku
konsumen belum siap dengan tayangan edukatif karena timpang dengan background
pendidikan yang dimiliki. Jika sajian TV bersifat hiburan, maka apa yang dilihat adalah jauh
dengan kenyataan masyarakat yang sebenarnya, terlalu mewah, terlalu glamour,
terlalu hyperbolic sehingga jauh dari realitas audience yang sebenarnya.
Singkatnya, “People do not know what they are ‘buying’ until they have
experienced it, yet once they have experience it they no longer need to buy
it!” (Graham and Davies, 1997:19).
Pemicu
kedua atas kegagalan pasar media adalah externalities or external effects.
Factor eksternal adalah factor yang mempengaruhi hubungan antara audience
dengan media, contoh : meningkatnya angka kejahatan, sehingga melahirkan
ketakutan di tengah masyarakat dalam mengkonsumsi media. Faktor ketiga yang
menentukan kegagalan TV adalah merit good (kualitas
layanan/service). Pada kondisi tertentu ketika ragam media semakin bervariasi
dengan ragam sajian yang ditawarkan, mulai dari radio, internet, bahkan surat
kabar, maka saat itulah masyarakat mulai bisa memilih media yang diinginkan,
baik secara kualitas maupun kepentingan, sehingga tidak menutup kemungkinan
masyarakat lebih memilih internet daripada TV.
Competitive Scheduling Strategies
Banyak
diasumsikan bahwa keuntungan sebuah media ditentukan dari kualitas tayangan
yang disajiakan. Namun kenyataannya tidak hanya demikian, factor lain yang juga
menentukan adalah bagaimana media dapat memonopoli bisnis media yang dibangun,
diharapkan dengan monopoli yang dibangun kekuatan bisnis media semakin tumbuh
berkembang. Walaupun dengan monopoli akan ada dampak negative yang dimunculkan,
salah satunya adalah uniformity of output (penyeragaman
produk media). Seharusnya hal ini tidak terjadi, sebab masyarakat butuh keberagaman
sajian media dan harus banyak pilihan, sehingga objektifitas sajian media tetap
terjaga.
Pada
kondisi dimana media hanya dikuasai kelompok tertentu dan berlaku system
monopoli, maka yang berlaku adalah competitive duplication, jenis
program di media yang satu akan identik bahkan sama persis dengan media lain
dibawah induk kepemilikan yang sama, sebagai bentuk penyeimbang dari model ini, para pengamat media menawarkan
bentuk programme choice models. Dengan model ini diharapkan masyarakat
lebih banyak mendapat pilihan sajian media. Walaupun, dengan model ini akan
dijalankan penuh dengan spekulasi tinggi, sebab boleh jadi, program media yang
disajikan tidak seirama dengan selera masyarakat pada umumnya, berbeda dengan
model yang pertama yang jelas mendapat tempat di hati khalayak sehingga
dilakukan duplikasi program. Akan tetapi yang harus dipahami
adalah ketika media menawarkan banyak ragam sajian media dengan spekulasi
tinggi, maka ketika salah satu sajian media mendapat tempat di hati masyarakat,
maka saat itulah media meraup keuntungan yang berlipat, sebab mereka akan mampu
menjadikan tayangan dengan selera monoritas sebagai ladang keuntungan layaknya
selera mayoritas, sebab hanya sedikit competitor yang dihadapi di ladang
garapan yang sama.
Impact of New Distribution Technologies
Teknologi
adalah kekuatan besar yang memberikan dampak signifikan terhadap industry
media, kususnya stasiun televise. Ada perubahan mendasar yang disebabkan oleh
pertumbuhan teknologi. Pertama, awal
mula lahirnya teknologi satelit, TV kabel, dan digitalisasi perangkat,
melahirkan cara bagi konsumen dalam mengkonsumsi TV. Kondisi ini sedikit banyak
merubah struktur persaingan bisnis media
yang dulu ada. Keberadaan teknologi menjadi variable
cost yang harus diperhitungakan matang dalam bisnis media. Pada era ini, dimana teknologi memeiliki
peran penting dalam persaingan bisnis media, maka tantangan selanjutnya ada
pada persaingan konten, diantaranya adalah difersifikasi tayangan program,
sebagai contoh adalah bagaimana stasiun TV mendapat hak siar eksklusif sebuah
tayangan liga Eropa. Langkah inilah
salah satu cara untuk bisa bertahan di persaingan bisnis media yang kuat
dipengaruhi kuat oleh teknologi. Perubahan kedua
adalah lahirnya jaringan TV berbayar dengan model consumer direct payment (atau di Indonesia lazim dikenal dengan TV
berbayar/berlangganan). Umumnya TV berbayar akan menyajikan “premium” programme content yang tidak
dimiliki oleh stasiun TV lainnya, dan jika ditarik benang merah diantara TV berbayar yang ada di
Indonesia, proporsi terbesar pada tayangan mereka ada pada film dan olahraga,
sebab kedua program inilah yang berpotensi besar meraup keuntungan dengan loyal
audiens yang fanatic dengan kedua program ini. Rupert Murdoch, seorang raja
mediapun mengakui bahwa film dan olahraga adalah ‘battering rams’ (kekuatan
pendobrak) bagi TV berbayar.
[1]
Kondisi ini adalah gambaran untuk TV umum,
berbeda dengan TV berlangganan yang mematok harga tertentu untuk tayangan yang
diberikan kepada konsumen
Comments