Concept Note Skripsi : Perilaku Minum Minuman Keras pada Mahasiswa Ditinjau dari Tingkat stress di kota Surabaya
A. LATAR BLAKANG
Perilaku
minum akohol menjadi salah satu masalah yang cukup besar sejak dulu. Perilaku
meminum alkohol terjadi hampir disemua lapisan masyarakat baik itu pelajar,
mahaiswa bahkan paraeksekutif baik yang muda maupun yang sudah berusia lanjut.
Puncak perilaku minum alkohol ditunjukkan peralihan masa remaja ke masa dewassa
awal. Masa itu di sebut masa peningkatan perilaku mengkonsumsi obat-obatan dan minum-minuman
alkohol. Sebagai contoh dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan
Bachman dkk (dalam Santrock,1995, h 76) ketika seorang individu bergerak dari
kelas sepuluh menuju lima tahun setelah sekolah menengah atas, mereka lebih
banyak merokok, minum-minuman keras, merokok mariyuana, dan menggunakan amphetamine barbiturate dan halusinogen.
Masih
oleh Bachman , dkk (dalam Santrock,1995, h 76) data lain membuktikan bahwa
periode dari masa remaja akhir ke masa akhir usia 20-an adalah waktu penggunaan
obat-obatan tingkat tinggi. Perhatian ditujukan terutama pada pesta
minum-minuman keras oleh mahasiswa dan bertambahnya pengguna kokain oleh kaum
muda. Pesta minum-minuman keras tingkat berat oleh mahasiswa laki-laki adalah
biasa dan menjadi semakin biasa.
Perilaku
minum alkohol juga menjadi masalah yang cukup meresahkan masyarakat karena
banyaknya permasalahan yang ditimbulkan, mulai dari masalah kesehatan, sampai
masalah sosial. Semakin banyaknya kasus perilaku meminum alkohol yang
berlebihan mengakibatkan semakin tinggi angka kriminalitas. Sekitar 25.000
orang terbunuh dan 1,5 cedera oleh para pengendara mobil yang mabuk. 65%
tindakan laki-laki yang agresif terhadap kaum perempuan juga ternyata,
pelakunya berada dibawah minimal alkohol (dalam Santrock,1995, h 20). Hal itu
tentu menjadi masalah tersendiri bagi orang tua dan masyarakat.
Minuman
berolkohol itu sendiri adalah minuman yang ggterbuat dari bahan alami yang
dihasilakn dari reaksi fregmentasi gula, buah-buahan dan spora. Namun secara
medis minuman ini dapat digunakan untuk merangsang istirahat dan
bersantai-santai aatu pengendoran atau
relaksasi atau tidur, mengurangi dan menghilangkan kecemasan, meredahkan
kejang-kejang urat atau ketegangan
Selain
merusak kesehatan secara fisik, kebiasaan meminum alkohol juga dapat
menimbulkan ganguan kepribadian seperti menjadi mudah tersinggung, sering tidak
dapat menahan emosi, sikap agresif.
Akibat minum-miunuman keras juga akan menekan pusat pengendalian diri
seseorang, sehinnga yang bersangkutan menjai berani dan agresif, karena
kweagresifan dan keberaniannya serta tertekannya pengendalian diri tersebut,
seseorang cenderung melakukan gangguan kamtibnas baik alam bentuk pelanggaran
norma-norma dan sikap moral bahkan
tidak sedikit pula yang melakukan tindakan kriminal. Tindakan akibat pemicu
oleh minuman keras dapat mengakibatkan cedera, cacat hingga kematian
Banyak
faktor yang menyebabkan stres. Faktor yang menyebabkan mahasiswa stres
santaranya faktor nternal (fisik, kognitif, dan kepribadian) dan faktor
eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat).
Menurut penelitian Sudiana (2007) yang dilakukan pada siswa SMK, faktor yang
paling dominan menyebabkan siswa stres adalah faktor sekolah.
Sebagian
remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namum bebrapa remaja bisa jadi
mengalami penurunan kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Jika remaja tidak
mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut dengan baik dan kesesuaian antara
perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah
tekanan atau stres dan terjadi permasalahan lainnya sehingga berakibat pada
perilaku-perilaku negatif seperti meminum minuman beralkohol. Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasnya banyak berhubungan dengan karakteristik
yang ada pada diri remaja. Perilaku beresiko yang paling sering dilakukan
adalah rokok, alkohol dan narkoba. (Rey 2002)
Dari
keterangan diatas, maka dapat dilihat bahwa salah satu kodisi yang menyebabkan
timbulnya perilaku meminum alkohol adalah stres. Stres tidak hanya mempengaruhi
individu untuk memulai memakai alkohol, namun individu yang juga pevandu
alkohol. Dengan demikian penelitibakan melakukan penelitian dengan judul “Perilaku
minum minuman keras pada mahasiswa ditinjau dari tingkat stress di kota
Surabaya ”.
B. BATASAN MASALAH
Malasah
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah hubungan perilaku
minum alkohol dikalangan mahasiswa dengan tingkat stres.
C. SIGNIFIKASI PENELITIAN
Penelitian
ini untuk menguji hubungan perilaku minum alkohol dikalangan mahasiswa dengan
tingkat stres. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi
khususnya dalam bidang psikologi kesehatan, tentang penggunaan alkohol yang
berlebihan.
D. KAJIAN RISET SEBELUMNYA
Sebelum
penelitian ini dilakukan peneliti mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu Kartikasari,
Nofi (2007) Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Perilaku Penyalahgunaan
Alkohol Pada Remaja Putra di Desa Pandeyan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
Undergraduate thesis, Diponegoro University. (http://eprints.undip.ac.id/16227/).
E. KERANGKA TEORI
1.
Pengertian Perilaku Minum Alkohol di Kalangan Mahasiswa
Perilaku
dapat diartikan sebagai tindakan manusia yang dapat dilihat (Kartono dan
Gulo,1987.). menurut Kartono, perilaku adalah sesuatu yang dilakuak individu
dimana antara individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama
(Sarwono,1987.). Menurut definisi diatas dapat dikatakan bahwa perilaku adalah
segala sesuatu yang dilakukan oleh individu yang dapat terlihat.
Minuman
keras atau alkohol merupakan satu senyawa alfatis etil alkohol dan tergolong
kelompok alkohol, WHO memasukkan etil alkohol kedalam jenis obat berbahaya (drugs) dan alkohol termasuk kelompok
obat psikoaktif atau obat penenang bersama dengan transkiliser, sedativa, atau
hipnotikumdan narkotika atau opiat
Jumlah
alkohol yang diminum juga mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada tubuh
manusia mulai dari tahapan ringan yaitu 0,05% alkohol dalam darah manusia hanya
mempengaruhi kemampuan control dan pertimbangan manusia. Bila kadar alkohol
mencapai 0,10% maka akan terjadi ganguan pusat bicara, keseimbangan dan
kecekatan tangan. Ganguan motoric tubuh akan terganggu pada saat alkohol dalam darah
mencapai 0,70% (Joewana)
Hundleby
dan Marcer (dikutip Hardani ) menggolongkan alkohol menjadi tiga jenis :
a.
bir dengan kadar alkohol 1-5%
b.
anggur dengan kadar alkohol 5-20%
c.
linguar dengan kadar alkohol 20-55%
Menurut
Ray dan Ksir (1987,h.150) penggolongan peminum alkohol menurut frekuensidan
intensitasnya adalah
Frekuensi
|
intensitas
|
||
1
|
2-4
|
5-12
|
|
tidak
pernah kurang dari 1 kali per tahun
|
rendah
|
||
Sekali/11bulan
|
rendah
|
sedang
|
tinggi
|
tidak
lebih dari 3-4 kali/bulan
|
sedang
|
sedang
|
tinggi
|
kurang
lebih 1kali/minggu
|
sedang
|
tinggi
|
tinggi
|
Salim
, mahasiswa adalah seorang yang terdaftar menjalani perndidikan di perguruan
tinggi. Usia mahasiswa seperti ditegaskan oleh Winkel, pada umumnya berkisar
antara 18-25 tahun (Kartono). berdasarkan pengertian tersebut, maka mahasiswa
dapat diartikan sebagai remaja yang berusia sekitar 18-25 tahun. Saat ini
menjalani studi di perguruan tinggi.
Berdasarkan
dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku minum
alkohol dikalangan mahasiswa adalah tindakan siswa yang apat diamati secara
langsung dengan jumlah dak kadar alkohol yang diminum dari yang terendah sampai
yang tertinggi yang dilakukan oleh ornag yang belajar diperguruan tinggi yang
dilakuka oleh orang yang belajar diperguruan tinggi dengan usia sekitar 18-25
tahun
2.
Konsep Tingkat Stres
Pengertian stres
Stres
adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
dan tidak dapat dihindari setiap orang yang mengalaminya (Rasmun, 2004).
Selye
(dalam Prabowo, 1998) mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesifik
dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Sedangkan Korchin (dalam
Prabowo, 1998) menyatakan bahwa keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan
yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas
seseorang.
Dari
beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan
psikologis individu yang disebabkan oleh tuntutan-tuntutan yang terlalu banyak
yang bersumber dari kondisi internal maupun lingkungan eksternal sehingga
terancam kesejahteraannya.
Penyebab stres
Penyebeb
sters (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang menyebebkan inidvidu
merasa tertekan atau terancam. Stresor yang sama akan dinilai berbeda oleh
setiap individu. Penilaian individu terhadap stresor akan mempengeruhi
kemampuan individu untuk melakukan tindakan pencegahanterhadap stresor yang
membuat stres (Safaria & Saputra,2009.Rawlins.1993). Losyk (2005)
menyatakan bahwa stres pada individudapat terjadi karena tuntutan-tuntutan yang
individu letakkan pada diri sendiri.
Potter
& Perry (2005) mengklasifikasikan stresor menjadi dua yaitu, stresor
internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang
berasal dari dalam individu dan stresor eksternal adalah penyebeb stres yang
berasal dari luar diri individu. Penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa
selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial,
manajement waktu, serta persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas,
kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan, dan biaya perkuliahan
(Kausar,2010;Lubis dan Nurlaila,2010;Robotham,2008)
Jenis stres
Para
peneliti membedakan antara stres yang merugikan atau merusak, yang disebut
sebagai distres dan stres yang
menguntungkan atau membangun, yang disebut sebagai eustres stres (Safaria & Saputra,2005). Selye (1976) dalam
Potter & Perry (2005) membagi stres menjadi dua yaitu eustres dan distres.
Eustres
Eustres adalah stres yang menghasilkan respon individu
bersifat sehat, positif dan membangun. Respon positif tersebut tidak haya
dirasakan oleh individu tetapi juga lingkungan sekitar individu. Seperti dengan
adanya pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tiungkat performance
yang tinggi.
Distres
Distres adalah stres yang bersifat berkebalikan dengan
Eustres, yaitu tidak sehat , negatif
dan merusak. Hal itu termasu konsekuensi indivdu dan juga organisasi seperti
tingkat ketidakhadiran (absenteism) yang tinggi, sulit berkonsentrasi, sulit
menerima hasil yang di dapat.
Tingkat stres
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Destanti,Handayani, dan Yanuarsita (2011) terhadap 41 mahasiswa Ekstensi 2010
Fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia menunjukan bahwa mahasiswa yang
ekstensi yang tidak bekerja 60,9% mengalami stres ringan dan 39,1% mengalami
stres sedang dan mahasiswa yang bekerja 83,3% mengalami stres ringan dan 16,7% mahasiswa
mengalami stres sedang. Potter & Perry (2005) menjelaskan perbedaan antara
tingkat stres ringan, sedang dan berat.
a.
Stres Ringan
Stres
ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan setiap
individu misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan dan kritikan. Suzanne &
Brenada (2008) mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningkatan
kesadaran dan persepsinya. Stres biasanya berakhir beberapa menit atau jam dan
tidak menimbulkan penyakit kecuai jika dihadapi terus menerus.
b.
Stres Sedang
Stres
sedang yang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai hari. Fase ini ditandai
dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan dan pendengaran, peningkatan
ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu mengatasi situasi yang dapat
mempengaruhi dirinya (Suzanne & Brenada,2008.). contoh stres sedang yang
dihadapi mahasiswa adalah perselisihan antar teman, tugas yang berlebihan,
mengharapkan liburan dan permasalahan keluarga.
c.
Stres Berat
Stres
berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin
sering dan lama situasi stres, semakin tinggi resiko kesehatan
yang ditimbulkan (Wiebe & Williams 1992 dalam Potter & Perry, 2005.).
hal tersebut terjadi karena pada tahap ini dndividu tidak mampu menggunakan
koping yang adaptif, tidak mampu melakukan kontrol aktivitas fisik dalam jangka
waktu yang lama, dan sulit fokus pada satu hal terutama dalam memecahkan
masalah (Suzanne & Brenada,2008.)
Dampak stres
Stres yang dialami oleh individu akan
menimbulkan dampak positif dan negatif. Rafidah, dkk (2009) menyatakan bahwa
stres dapat meningkatkan kemampuan individu dalam proses blajar dan perpikir.
Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan
menimbulkan gejala-gejala tertentu. Rice (1992) dalam Safira & Saputra
(2005) mengelompokkan dampak negatif stres yang dirasakan individu dalam lima
gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis kognitif, interpersonal dan
organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan sakit
kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan
darah tinngi, kelelahan, sakit perut, maag, berubah selera makan,susah tidur
dan kehilangan semangat.
Selain
dampak fisiologis individu yang mengalami stres akan mengalami perubahan
kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah
tersinggung, sedih dan depresi. Perubahan psikologis akibat stres akan
mempengaruhi kemampuan penurunan kognitif seperti sulit berkonsentrasi, sulit
membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau
sehingga membuat individu mengarah kepada hal negatif sebagai penghilang rasa
stres tersebut.
F. METODE PENELITIAN
a.
Identifikasi Variabel Penelitian
adapun
variabel dalam penelitian ini adalah :
Variabel
bebas (X) : perilaku
minum-minuman keras
Variabel
terikat (Y) : tingkat
stress
b.
definisi operasional
1.
Perilaku Meminum Alkohol Pada Kalangan Mahasiswa
perilaku
minum alkohol dikalangan mahasiswa adalah tindakan siswa yang apat diamati secara
langsung dengan jumlah dak kadar alkohol yang diminum dari yang terendah sampai
yang tertinggi yang dilakukan oleh ornag yang belajar diperguruan tinggi yang
dilakuka oleh orang yang belajar diperguruan tinggi dengan usia sekitar 18-25
tahun, perilaku meminum alkohol pada mahasiswa
ini akan diukur dengan menggunakan skala perilaku minujm alkohol yang
disusun berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada perilaku minum alkohol yaitu
Frekuensi, intensitas, dan lamanya
berlangsung. Tinggi rendahnya skor yang diperoleh akan menunjukkan tinggi
rendahnya perilaku minum alkohol yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut.
Semakin gtinggi sekor maka akan semakin tinggi pula perilaku minum alkoholnya.
Sebaliknya semakin rendah skor semakin rendah pula perilaku minum alkohol yang
dilakukan mahasiswa tersebut.
2.
Tingkat stres
Penelitian
ini akan meneliti tingkat stres yang dialami mahasiswa. Tingkat stres
dikategorikan menjadi tiga, yaitu tingkat stres ringan, tingkat stres sedang
dan tingkat stres berat. Dimana akan mengukur tentang keadaan atau perasaan
yang mengancam kesejahterahan individu, dengan menggunakan kuesioner skala
stres yang terdiri atas 20 pertanyaan skala linkert dengan rentang pilihan
jawaban tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu. Stres ringan
jika nilai 0-25, stres sedang jika nilai 26-52 dan stres berat jika nilai ≥53
c.
Subjek Penelitian
subjek
penelitian merupakan paling utama yang harus ditentukan sebelum melakukan
kegiatan penelitian.
1.
Populasi
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berada dikota
Surabaya.
2.
Teknik Sampel
Teknik
pengambilam sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Quota Inccidental Sampling yaitu teknik sampling ini yang dijadikan
sebagai anggota sampel adalah mereka yang kebelutan ditemui atau mereka yang
mudah temui pada tempat tertentu namun jumlahnya sudah ditentukan
(Soehartono,1998.h.62).
d.
Metode Pengambilan Data
dalam
skala pengumpulan data ini, peneliti menggunakan dua macam skala yaitu, skala
perilaku alkohol dan tingkat stres.
e.
Metode Analisis Data
pada
penelitian ini akan diteliti, hubungan perilaku minum alkohol dikalangan
mahasiswa dengan tingkat stres. Dengan metode Kuantitatif.
Daftar Pustaka
Kausar.2010.Perceived stress, academic workloads and use
of coping strategist by university students.journal of behavioral
sciences.vol 20.
Potter
and Parry.2005.Fundamental Nursing:
concepts, prosess and practice.6th edition.St.Louis ; Mosby Year
Book.
Ray,
J .2002.More than Just the Blues : understanding Serious Teenage
Problems, Sydney: Simon & Schuster.
Safira
,T. & Saputra.2009.Manajemen Emosi .Jakarta:
Bumi Aksa
Santrock
J.W.2003.Adolescence.perkembangan remaja.Alih
Bahasa : Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta : Erlangga.
Comments