Gangguan Enuresis Pada Anak Balita
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keluarga mempunyai
peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab
keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai
fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga
menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara
bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada
prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan
yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi
seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya,
menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya
pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan
pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak.
Namun yang namanya anak
pasti mengalami permasalahan yang dapat meresahkan orang tua bahkan perdampak
juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Masalah yang dihadapi oleh anak
ini masih merupakan hal yang wajar, karena kenakalan anak juga dapat
menumbuhkan kreativitas anak dan menambah pengalamannya. Asalkan kenakalan
tersebut tidak terlalu berbahaya. Masa-masa anak yang seperti ini harus selalu
dalam pengawasan orang tua. Karena
sebagai orang tua yang berperan untuk mendidik dan membesarkan anak mampu
membimbing dan dapat mengarahkan kepada perbuatan yang baik. Berikut ini akan
diberikan sedikit gambaran tentang permasalahan anak.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
Masalah
anak
Dalam kasus ini, subyek mengalami
masalah yaitu masih mengompol atau enuresis. Pada umumnya anak mulai berhenti
ngompol sejak usia 2,5 tahun, dimulai dengan berhenti ngompol siang hari,
berangsur berhenti di malam hari. Pada usia 5 tahun, sekitar 10-15% anak
ngompol paling tidak satu kali dalam seminggu. Usia 6-7 tahun diperkirakan ada
5-10%, dan masih ada yang ngompol hingga usia 15 tahun. Anak laki-laki lebih
lama berhenti ngompol daripada anak perempuan. Kebanyakan anak ngompol di malam
hari (enuresis nokturnal), hanya sedikit yang siang hari atau siang dan malam.
Enureis terjadi pada 20 % anak
berusia 5 sampai 6 tahun dan sekitar 1 % remaja. Enuresis bisa terjadi sebagai
efek dari berbagai faktor organis dan psikologis, tetapi faktor psikologis
relatif lebih dominan sebagai penyebabnya, terutama pada penderita enuresis
remaja. Masih banyak lagi masalah emosional yang bisa menyertai perilaku
mengompol yang disebabkan kondisi medis seperti infeksi saluran air seni atau
penyakit kencing manis. Diantara anak – anak dan remaja, enuresis ditandai oleh
pola dinamika psikologis, antara lain sebagai berikut :
a. Ekpresi tidak langsung dari kecemasan psikologis oleh berbagai sebab,
misalnya tertekan di sekolah karena kurang mampu mengikuti pelajaran.
b. Suatu upaya mendapatkan perhatian dan pertolongan dari orang tua misalnya
dalam persaingan dengan adik atau saudara sekandung lain.
c. Ekpresi kemarahan yang tidak disadari yang tertuju kepada orang tua,
misalnya kemarahan yang tidak berani diungkapkan karena perlakuan orang tua
yang tidak adil.
d. Neurotisme, kecenderungan anak untuk memiliki potensi predisposisi mental
yang rentan terhadap tekanan.
e. Ketidakmatangan biologis dan emosional oleh karena pemanjaan yang eksesif
dan perlindungan berlebihan dari keluarga.
Dalam teori psikoanalisa, Freud mengatakan bahwa represi merupakan
mekanisme pertahanan yang paling umum dan kuat. Menurut Freud, impuls yang
tidak dapat diterima di dorong keluar dari kesadaran dan kembali ke pikiran
yang tidak disadari. Represi merupakan dasar dari semua mekanisme pertahanan
bekerja. Tujuan dari mekanisme ini adalah menekan atau mendorong impuls yang
mengancam keluar dari kesadaran.
Etiologi/penyebab enuresis yaitu keterlambatan pematangan sistem saraf ini
masih pro dan kontra, biasanya berhubungan dengan faktor genetik. Keterlambatan
perkembangan oleh kurangnya latihan pola buang air yang baik (toilet training).
Hormon antidiuretik (ADH), faktor urodinamik, faktor tidur yang dalam dan
faktor psikologis.
BAB
III
IDENTIFIKASI
SUBJEK WAWANCARA
Nama
siswa : Muhammad Reza Anandita
Nama
orang tua :
·
Ayah : Muhammad Ridwan
·
Ibu : Zainab
Alamat
: Wonocolo gg. Salafiyah 27 c
Telepon : 03177040655
Pekerjaan
orang tua :
·
Ayah : Sopir
·
Ibu : Pedagang
Makanan
Data
anak (Subjek)
Anak
no/dr : Anak ketiga dari tiga bersaudara
TTL :
Surabaya, 13 april 2007
Pendidikan :
TK. An Nur,
BAB
IV
PEDOMAN
WAWANCARA
Masalah
anak
a.
Deskripsi permasalahan : masih mengompol
b.
On set pertama kali : sejak balita
c.
Frekuensi/intensitas/durasi : waktu tidur
malam hari, sering
d.
Penyebab : genetik /
keturunan , terlalu dimanja orang tua karena anak terakhir.
e. Akibat : menjadi agak
pemalas dan banyak menggantungkan orang tua dalam melakukan sesuatu karena
terlalu dimanja.
Sikap
orang tua pada masalah anak
a. Pendapat orang tua pada masalah anak
: wajar, tidak terlalu khawatir karena merupakan sifat bawaan atau genetik.
b.
Perhatian orang tua pada masalah
anak : ingin tidak ngompol lagi
c. Kesulitan orang tua menghadapi
masalah anak : kadang – kadang jika tidak dituruti kemauannya bisa menangis
tetapi tidak terlalu berlebihan.
d. Upaya yang sudah dilakukan (treatmen
apa, bagaimana, oleh siapa) : ibu melakukan
teori toilet klinik dan alarm bed.
e. Hasil : subyek cukup
jarang mengompol dan intensitasnya berkurang dari setiap hari menjadi kadang –
kadang 4 hari sekali.
Situasi
di rumah
a. Komposisi keluarga : ayah, ibu, kakak
perempuan, kakak laki – laki dan subyek.
b. Suasana dirumah : tenang, sunyi,
sempit, tidak panas, karena
kurangnya pencahayaan dari sinar matahari yang masuk ke rumah.
c.
Orang signifikan di rumah : ibu
d. Penetapan aturan di rumah : ayah
dan ibu menentukan kapan jam tidur siang, mengaji, dan main.
e. Pola pengasuh : memberikan kebebasan pada anak,
namun tetap harus menjalankan aturan yang dibuat oleh orang tua
DAFTAR PUSTAKA
Aas saomah, 2004, permasalahan-permasalahan
anak upaya penanganannya, Makalah
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Soffy
Balgies,2011, wawancara teori & aplikasi dalam Psikodiagnostik, Surabaya:
IAIN Sunan Ampel PRESS.
Hjalmas K. Enuresis in children. Brazilian J Urol 2002; 28(3):232-49
Welch T. Nocturnal enuresis – Nothing to be alarmed about. J Pediatr 2004;
144
Blum N J. Nocturnal enuresis: Behavioral treatments. Urol Clin N Amer 2004;
31: 5-12
Comments