Fungsi Bimbingan Bimbingan Konseling Sosial
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Fungsi Pencegahan
Bagi konselor professional yang misi tugasnya dipenuhi dengan
perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang bagus,
tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis. Oleh karena itu, pelaksanaan
fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang
amat penting.
a. Pengertian pencegahan
Apakah pencegahan itu ? dalam dunia kesehatan mental
“pencegahan” didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif
dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerudian sebelum
kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi (Honer & McElhaney,1993).
Dalam definisi itu perhatian terhadap lingkungan mendapat pemahaman yang utama.
Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap individu.
Oleh karena itu, lingkungan harus di pelihara dan dikembangakan. lingkungan
yang kira-kira akan memberikan dampak negative kepada individu yang berada dalam
lingkungan itu harus diubah sehingga dalam negative yang sudah dapat
diperkirakan itu tidak menjadi kenyataan.
b. Upaya pencegahan
Sejak lama telah timbul dua sikap yang berbeda terhadap upaya
penceahan, khususnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap skeptis dan optimistic. Sikap skeptic , meskipun menerima konsep pencegahan
sebagai sesuatu yang bagus namun meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat
dilakukan. Meraka yang bersikap skeptic itu menganggap bahwa gangguan mental
emosional itu tidak dapat dicegah. Lebih-lebih gangguan mental emosional yang
terkait dengan kondisi biologis individu, kondisi biologis itu memeang sudah
ditentukan demikian, tidak dapat di ubah ataupun diperbaiki. Lebih jauh mereka
juga menganggap bahwa upaya pencegahan tu tidak praktis. sebaliknya golongan
yang bersikap optimistic menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat penting
dan pelaksanaannya mesti diusahakan. mereka sangat menekankan pengaruh hubungan
timbal balik antara lingkungan dan organisme (individu) terhadap
individu yang bersangkutan.
Setelah memiliki wawasan tentang upaya pencegahan, apa
yang selayaknya dilakukan konselor dalam rangka melaksanakan fungsi pencegahan
itu. Upaya yang pencegahan yang dilakuan konselor adalah :
1) mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan
berdamapak negative terhadap individu yang bersangkutan.
2) mendorng perbaikan kondisi diri pribadi klien.
3) meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan
dan mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya.
4) mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan
memberikan risiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan
manfaat.
5) menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang
bersangkutan.
Secara operasional
konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan funs pencegahan.
kegiatannya antara lain berupa program-program nyata. Secara garis besar,
program-program tersebut dikembangkan, disusun dan diselenggarakan melalui
tahap-tahap::
1) identifikasi permasalahan yang timbul
2) mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab
timbulnya masalah-masalah.
3) mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan
masalah tersebut.
4) menyusun rencana program pencegahan.
5) pelaksanaan dan monitoring.
6) evaluasi dan laporan.
2.
Fungsi Penyembuhan
a. Langkah-langkah penyembuhan masalah
Upaya penyembuhan masalah pada dasarnya dilaukan secara
perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita
individu-individu yang berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian
penanganan pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing
masalah itu. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan san
keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang benareka ragam itu.
b. Penyembuhan masalah berdasarkan diagnosis
Pada umumnya diagnosis dikenal sebagai istilah medis yang
berarti proses penetuan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. Sejak
tahun empat puluhan, Bordin memakai konsep diagnostic yang mirip dengan
pengetian medis itu dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pengertian
diagnostic yang dipakai Bordin itu lebih lanjut dikenal sebagai “diagnostic
pengklasifikasian”. Dalam upaya diagnostic itu masalah-masalah diklasifikasi,
dilihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara pengentasannya.
c. penyembuhan masalah berdasarkan teori konseling
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling,
antara lain teori ego-konseling yang didasarkan pada tahap pekembangan
psikososial menurut Erickson, pendekatan transaksional analysis dengan tokohnya
eric berne, pendekatam konseling berdasarkan self-theory dengan tokohnya carl
rogers, gestalt counseling dengan tokohnya frita perl, dll.
Masing-masing teori konseling itu dilengkapi dengan teori
tentang kepribadian individu, berkembang tingkahlaku individu ang dianggap sebagai
masalah, tujuan konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus konseling.
tujuan teori-teori tersebut tidak lain
adalah untuk mengentaskan masalah yang diderita klien dengan cara yang paling
cepat, cermat, dan tepat.
3.
Fungsi Memelihara dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala ssuatu yang
baik yang ada pada diri individu, baik itu merupakan pembawaan maupun
hasil-hasil prkembangan yang telah dicapai saat ini. Intelegensi ang tinggi,
bakat yang istimewa, minat yang menonjol untu hal-hal yang positif dan
produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan
berperilaku sehari-hari, cita-cita yang tinggi dan cukup realistic, kesehatan
dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan brbagai aspek
positif lainnya dari individu yang perlu dipertahankan dan dielihara. Bukan itu
saja, lingkungan yang baikpun (lingkungan fisik, sosial dan budaya) harus
dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan individu dan
orang-orang lain jagan sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan tampaknya bersifat
lebih umum dan dapat terkait dengan fungsi lainnya. Jika dikaji lebih jauh,
dapatlah dimengerti bahwa “pemeliharaan” dalam artinya yang luas dan
“perkembangan” pada dasarnya merupakan tujuan umum dari seluruh upaya pelayanan
pemulihan manusia, khususnya bimbingan dan konseling, bagaimana dikatakan oleh
Ivey: “…pelayanan kita adalah untuk memberikan kemudaan-kemudahan terhadap
perkembangan manusia” (dalam Mayers, 1992); dan Mayers sendiri menambahkan
bahwa perhatian konselor yang paling utama dalam menjalankan pelayanan adalah
untuk mengoptimalkan perkembangan manusia sekarang. Dengan demikian, sewaktu
konselor menjalani fungsi pemahaman, pencegahan/ pengentasan, ia perlu
menyadari bahwa pelayanan yang dibrikannya itu sebenarnya juga mengemban fungsi
pemeliharaan dan pengembangan.
4.
Fungsi Pemahaman
a)
Pemahaman tentang klien
Pemahan tentang klien merupakan titik
tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau
pihak-pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka
perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman
tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh lagi
yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien, kekuatan dan
kelemahannya, serta kondsi lingkungannya. Materi pemahaman tu lebih lanjut
dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang;
1)
Identitas individu (klien)
: nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, orang tua, status dalam
keluarga, dan tempat tinggal,
2)
Pendidikan,
3)
Status perkawinan (bagi
klien dwasa),
4)
Status sosial-ekonomi dan
pekerjaan,
5)
Kemampuan dosen (
intelegensi), bakat, minat, hobi,
6)
Keshatan,
7)
Kecenderungan sikap dan
kebiasaan,
8)
Cita-cita pendidikan dan
pekerjaan,
9)
Keadaan lingkungan tempat
tinggal,
10) Kedudukan dan prestasi yang pernah dicapai,
11) Kegiatan sosial kemasyarakatan.
Untuk individu-indivdu yang masih
mengikuti jenjang pendidikan tertentu perlu ditambahkan;
12) Jurusan/program studi yang diikuti,
13) Mata pelajaran yang diambil, nilai-nilai yang diperoleh dan
prestasi menonjol yang pernah dicapai,,
14) kegiatan ekstrakulikulikuler,
15) Sikap dan kebiasaan belajar,
16) Hubungan dengan teman sebaya.
Daftar tersebut dapat diperpanjang
dan dirinci lebih jauh sampai dengan peristiwa-peristiwa khusus yang dialami.
Perluasan, spesifikasi atau rincian materi pemahaman itu dikembangkan sesuai
dengan tujuan pemahaman terhadap klie itu sendiri.
b)
Pemahaman tentang Masalah Klien
Apabila pelayanan bimbingan dan
konseling memasuki upaya penanganan masalah klien, maka pemahaman terhadap
masalah klien merupakan suatu kewajiban adanya. Tanpa pemahaman terhadap
masalah, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Pemahaman
terhadap masalah klien itu terutama menyangkut jenis masalahnya, itensitasnya,
sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembanganya (kalau tidak
diatasi).
Selain konselor, pihak-pihak lain
yang amat berkepentingan dengan pemahaman masalah klien adalah klien itu
sendiri, orang tua dan guru. Klien amat perlu memahami masalah yang dialaminya,
sebab dengan memahami masalahnya sendiri itu, ia memiliki dasar bagi upaya yang
akan ditempuhnya untuk mengatasi masalahnya itu.
c)
Pemahaman tentang Lingkungan yang “Lebih Luas”
Secara sempit lingkungan diartikan
sebagai kondisi sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu
tersebut, seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi dan
sosioemosional keluarga, keadaan hubungan antar tetangga dan teman sebaya, dan
sebagainya. keadaan lingungan dalam arti sempit itu pembahasannya telah di
integrasikan dalam pembahasan mengenai pemahaman tentang klien. paparan singkat
lebih lanjut berikut ini menyangkut bebera jenis yang “lebih luas”, seperti
lingkungan sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industri bagi para
karyawan, dan lngkungan-lingkungan kerja bagi individu-individu sesuai dengan
sangkut paut masing-masing. termasuk kedalam lingkungan yang lebih luas itu
adalah berbagai informasi yang diperlukan oleh idividu, seperti informasi
pendidikan dan jabatan bagi para siswa, informasi promosi dan pendidikan lebih
lanjut bagi para karyawan, dan lain sebagainya.
5.
Fungsi Penyaluran
Merupakan bimbingan dalam membantu individu
memilih dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam pelaksanaan
fungsi ini, konselor perlubekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam ataupun
di luar lembaga pendidikan.
6.
Fungsi Adaptasi
Merupakan fungsi untuk membantu para
pelaksana pendidikan, khusunya guru/dosen, widyaoswara, dan wali kelas untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar pendidikan, minat, kemampuan
dan kebutuhan individu. Dengan menggunakan kemampuan informasi yang memadai mengenai
individu, pembimbing/konselor dapat membantu para guru/dosen/widyaiswara dalam
memperlakukan individu secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
perkuliahan, memilih metode dan proses perkuliahanmaupun mengadadaptasikan
bahan perkuliahan sesuai denhgan kemampuan dan kecepatan individu.
BAB III
Kesimpulan
Pelayanan bimbingan dan konseling
dimaksudkan untuk memberikan jasa, manfaat atau keguanaan, ataupun
keuntungan-keuntungan tertentu kepada individu-individu yang menggunakan
pelayanan tersebut. Jasa manfaat atu keuntungan itu akan terwujud melalui
dilaksanakannya fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Fungsi pemahaman
memberikan manfaat dipahaminya dari klien masalah klien, dan lingkungan klien
yang lebih luas, baik oleh klien sendiri, oleh konselor, maupun oleh
pihak-pihak lain (seperti guru, orang tua) yang amat berkepentingan dengen
meningkatnya kwalitas perkembangan dan kehidupan klien atau individu.
Fungsi pemahaman ini dapat dibantu dengan
pemanfaatan berbagai instrumen bimbingan dan konseling. Ditunjang oleh
terlaksananya fungsi pencegahan pelayanan bimbingan dan konseling. Pelayanan
ini mengupayakan tersingkirnya berbagai hal yang secara potensial dapat
menghambat atau mengganggu perkembangan dari kehidupan individu. Dengan fungsi penyembuhan
klien terbebas dari masalah-masalah yang dialaminya, ibarat tersembuhkannya
klien dari penyakit yang dideritanya. Dan ini merupakan inti dan puncak
bimbangan dan konseling
DAFTAR PUSTAKA
Priyatno dan erman anti,1999, dasar-dasar
bimbingan dan konseling, jakarta: rineka cipta
Nurihsan Achmad Juntika. 2006, Bimbingan
dan konseling dalam berbagai latar kehidupan, Bandung: revika aditama
Comments