Komunikasi Bisnis Pedagang Batik
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, nikmat kesehatan
dan kesempatan-Nyalah sehingga tugas penelitian ini dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas penelitian ini hingga selesai,
terutama buat Bapak Dosena Dr. Agus Mufad, M.Si yang begitu besar jasanya dalam
memberikan motivasi sehingga penulis tidak mengalami kesulitan dalam penyusunan
tugas penelitian ini.
Dalam penyusunan tugas penelitian ini penulis menyadari penuh bahwa tugas
penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Namun demikian, semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Amin………….
Surabaya, 07 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................... 1
Kata Pengantar ....................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ............................................................. 4
B.
Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C.
Tujuan peenelitian 7
D.
Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E.
Definisi Konsep .......................................................................... 8
F.
Metode Penelitian ....................................................................... 9
G. Sistematika
Pembahasan ............................................................. 16
BAB II KAJIAN TEORITIS
A.
Kajian Pustaka ............................................................................ 17
B. Kajian
Teori 32
BAB III PENYAJIAN DATA
A.
Detugas penelitian Subyek dan Lokasi Penelitian...................... 35
B. Detugas
penelitian Data Penelitian ............................................ 36
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Temuan Penelitian ...................................................................... 38
B. Konfirmasi
Temuan dengan Teori .............................................. 40
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan ..................................................................................... 41
B.
Rekomendasi .............................................................................. 42
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................. 43
FOTO-FOTO.......................................................................................... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital
dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia
baik yang primitif maupun yang modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan
mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi.
Komunikasi bisnis adalah pertukaran gagasan, pendapat, informasi, instruksi
yang memiliki tujuan tertentu yang disajikan secara personal atau impersonal
melalui simbol - simbol atau sinyal.
Di Indonesia
batik dibuat di berbagai daerah, terutama di pulau jawa. Jawa Timur dan Jawa
Tengah merupakan salah satu pusat kegiatan membatik. Dibandingkan dengan
perhatian dari daerah lain, batik dari Jawa lebih halus pembatikannya. Setiap
daerah pembatikan mempunyai keunikan dan cirri khas masing-masing, baik dalam
ragam hias maupun tata warnanya. Namun demikian, dapat dilihat adanya persamaan
maupun perbedaan antara batik berbagai daerah tersebut.
Industri batik
di Indonesia merupakan salah satu industri kerajinan rakyat yang berkembang
pesat. Sekarang batik telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat nusantara. Diberbagai tempat dan kesempatan kita dapat melihat
keanekaragaman batik ditinjau dari pola hiasan tata warna, serta fungsi dan
maknanya. Batik telah menjadi salah satu hasil seni budaya bangsa Indonesia,
tetapi juga dikagumi dan diminati oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Bangsa
Indonesia sebagai suatu bangsa yang bersatu, walaupun terdiri dari berbagai
suku bangsa dengan adat yang berbeda, ternyata memiliki selera dan pola citra
yang hampir sama. Tentu saja kaliau ada perbedaan dalam gaya dan selera, itu
disebabkan oleh letak geografis daerah pembuat batik yang bersangkutan, sifat
dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan, kepercayaaan dan adat istiadat
yang ada didaerah yang bersangkutan, keadaan alam sekitarnya, adanya kontak
atau hubungan dengan daerah pembatikan lain.
Masih dapat
bertahannya seni batik sampai saat ini tidak dapat dilepaskan dari adanya rasa
kebangsaan dan usaha untuk melestarikan pemakaian batik dalam bentuk busana
tradisional maupun busanan masa kini. Memang dalam kenyataannya beberapa daerah
penghasil batik telah mengurangi kegiatannya, bahkan diantara mereka ada yang
tidak berarti lagi sebagai daerah penghasil batik. Mereka lebih tertarik pada
bidang usaha yang dianggapnya lebih memberikan keuntungan dan masa depan yang
lebih baik. Namun tidak berarti bahwa batik dengan gaya dan selera daari daerah
tersebut menghilang dari peredaran. Ini disebabkan karena beberapa daerah
pembuat batik lainnya yang masih berkembang mengambil alih pembuatannya.
Batik adalah bagian dari budaya bangsa
Indonesia sejak lama dan merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi.
Wanita Indonesia khususnya jawa dimasa lalu, membuat batik merupakan
ketrampilan yang menjadi mata pencarian sehingga membuat batik merupakan
pekerjaan eksklusif. Batik juga
merupakan salah satu bahan busana yang banyak dikenakan orang jawa. Seni batik
berbeda dengan seni yang lain, dilihat dari kedalaman maknanya.
Pada awalnya, membatik merupakan tradisi keluarga yang turun menurun
sehingga dengan melihat suatu motif, bisa diketahui keluarga mana asal batik
tersebut. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang, bahkan
sampai saat ini, beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga
tertentu. Sebagai warisan budaya, batik memiliki berbagai motif.
Ragam corak dan warna batik juga
dipengaruhi oleh bangsa asing. Masa lalu, batik memiliki corak dan warna
terbatas dan hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun untuk batik
pesisir yang mampu menyerap berbagai pengaruh luar seperti pengaruh dari
pedagang asing. Warna Merah cerah dipopulerkan oleh bangsa Tionghoa, yang
sekaligus mempopulerkan corak Phoenix.
Batik khas Indonesia khususnya yang
dimiliki provinsi Jawa Timur adalah Batik Tulis Gedog. Batik Tulis Gedog merupakan
produk asli daerah kecamatan Kerek Tuban. Dalam buku “Batik Fabled Cloth Of
Java” karangan Inger Mc Cabe Elliot, batik Tuban mirip dengan batik Cirebon
pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini tampak dalam penggunaan benang
pintal serta penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan. Namun kota
Cirebon mengalami perubahan secara dramatis dan diikuti pula dengan perubahan
pada batiknya, batik tuban tetap seperti semula dan masih eksis sebagai batik
motif pesisir.
Batik Tulis Gedog Tuban merupakan batik
paling khas di jawa Timur. Alasannya karena proses pembatikannya dimulai dari
bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas. Jadi,
gulungan kapas tersebut dipintal menjadi benang ditenun, dan setelah menjadi
selembar kain lalu dibatik.
Inilah
yang menghasilkan kain tenun yang kasar dan berserat besar. Batik Tulis Gedog
memiliki banyak ciri khas, mulai dari kain tenun, motif sampai pewarnanya kain
tersebut. Popularitas kain Batik Gedog masih kalah dibandingkan dengan Batik
Solo, Jogja dan pekalogan. Hal ini disebabkan kurangnya promosi secara tepat
yang dilakukan oleh para pengusaha Batik Gedog sendiri.
Dari sinilah kemudian dibutuhakan
suatu konsep komunikasi bisnis yang bertolak pada kemandirian pengusaha dalam
mengkomunikasikan usaha mereka, sehingga dengan adanya konsep komunikasi
tersebut akan dapat ditemukan suatu pola atau model komunikasi yang mereka
jalankan selama ini. Pola komunikasi bisnis yang dilakukan memang memiliki
peranan yang cukup penting.
Hal ini akan terbukti apabila
dimasukkannya konsep komunikasi bisnis dalam pola komunikasi bisnis yang
dilakukan dalam meningkatkan pengembangan usaha melalui cara berkomunikasi yang
baik sehingga sampai saat ini masalah komunikasi bisnis hanya berkisar pada
bagaimana meningkatkan jumlah pelanggan yang masih selalu banyak disoroti sebagai salah satu aspek peningkatan
usaha.
Batik yang dulu hanya dipakai oleh
keluarga kerajaan, akhirnya menjadi pakaian rakyat. Bahan kain putih pada waktu
itu adalah hasil tenunan sendiri, sedang bahan pewarna diambil dari
tumbuh-tumbuhan asli Indonesia. Sampai saat ini Jawa Timur mempunyai unit usaha
batik dan border yang terbesar di daerah kabupaten/kota. Saya tertarik dengan
batik maka saya memilih judul “ Komunikasi Bisnis Antar Pedagang Batik
(Pola Kumunikasi Antar Pedagang Batik Di Pasaar Baru Tuban)”.
B. Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
pola komunikasi yang digunakan antar pedagang Batik di Pasar Baru Tuban?
2. Bagaimana
proses pemasaran Batik di Pasar Baru Tuban?
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian
tersebut ialah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pola komunikasi antar pedagang Batik di pasar baru Tuban
2. Untuk
mengetahui proses pemasaran Batik di Pasar Baru Tuban
D. Manfaat
Penelitian
Sesuai
dengan tujuan penelitian, penulis ingin mempertegas kegunaan hasil penelitian
yang ingin dicapai dalam penulisan ini sekurang-kurangnya dalam dua aspek
yaitu:
1. Aspek
Teoritis
· Dapat
memberikan wawasan keilmuan kepada pembaca.
· Berguna
bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.
2. Aspek
Praktis
· Dapat
dijadikan bahan pedoman penelitian selanjutnya bila kebetulan ada kaitannya
dengan masalah ini.
· Dapat
dimanfaatkan sebagai pedoman sebagai bahan untuk menambah pengetahuan di bidang
perdagangan.
E. Definisi
Konsep
Konsep
merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Konsep sebenarnya adalah definisi
secara singkat dari kelompok fakta atau gejala yang menjadi pokok penelitian.
Apabila masalah dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui
pula fakta yang mengenai gejala-gejala yang menjadi gejala-gejala yang menjadi
pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah suatu definisi secara
singkat dari sekelompok fakta tersebut.
Selanjutnya
peneliti menjelaskan landasan teori menurut beberapa ahli, agar tidak terjadi
salah interpretasi adalah sebagai berikut:
1.
Komunikasi atau communication
berasal dari bahasa latin yang communicatio dan bersumber dari bahasa communis
yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
2.
Bisnis adalah proses sosial yang
dilakukan oleh setiap individu atau kelompok melalui proses penciptaan dan
pertukaran kebutuhan dan keinginan akan suatu produk tertentu yang memiliki
nilai atau memperoleh manfaat dan keuntungan.[1]
3. Komunikasi
bisnis adalah pertukaran gagasan, pendapat, informasi, instruksi yang memiliki
tujuan tertentu yang disajikan secara personal atau impersonal melalui simbol -
simbol atau sinyal.
4.
Pola komunikasi merupakan model dari
proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan
dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah yang digunakan dalam komunikasi.
5. Pedagang adalah orang yang menjual
barang dagangan.
6. Pemasaran
merupakan satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengomunukasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.[2]
F. Metodologi
Penelitian
1. Pendekatan
dan Jenis Penelitian
1) Pendekatan
Penelitian
Metode
penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode penelitian, ilmu
tentang alat-alat dalam penelitian.[3]
Sedangkan menurut Dedy Mulyana, metodologi penelitian adalah proses, prinsip
dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.
Dengan kata lain metodologi penelitian adalah seuatu pendekatan ilmu mengkaji
ilmu topik penelitian.[4]
Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan asumsi bahwa penelitian
dengan mengunakan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada
proses kesimpulan yang dilakukan dari teori atau hal umum kepada yang khusus.
Pendekatan
kualitatif ini digunakan karena beberapa perkembangan. Pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda.kedua.metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara
peneliti dan responden dan ketiga metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.[5]
2) Jenis
Penelitian
Dalam penelitian ini jenis
penelitian yang diguanakan adalah deskreptif. Jenis deskreptif digunakan untuk
menditugas penelitian kan atau menguraikan suatu hal yang sebagaimana adanya
mencatat, analisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang
terjadi. Penelitian ini tidak menguji hepotesis melainkan hanya mendetugas
penelitian kan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang
diteliti. Dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menggambarkan
secara sistematis mengenai komunikasi bisnis pedagang batik.
2. Obyek
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di pasar Baru Tuban. Pemilihan lokasi tersebut mudah dijangkau
peneliti dengan harapan pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar.
3. Jenis
dan Sumber Data
1) Jenis
Data
Adapun
jenis data yang perlukan dalam
penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Data
primer
Data primer merupakan
data yang diambil pada lokasi atau lapangan (dari sumbernya), atau data yang
masih asli dan masih memerlukan analisa lebih lanjut.[6]
Data ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi lembaga yang
berhubungan dengan data tersebut dan data-data lain yang ada kaitannya dengan
penelitian ini.
b. Data
sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari bahan perpustakaan
dan peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.[7]
Maksud peneliti dalam hal ini,data sekunder biasa terwujud data dokumentasi
yang berupa data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang berfungsi
sebagai pendukung terhadap kelengkapan hasil penelitian. Sedangkan data
sekunder yang digunakan untuk menghimpun data yang terkait.
2) Sumber
data
Menurut
Lofland sunber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.[8]
Sumber
data utama bersumber dari kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber utama melalui
wawancara atau pengamatan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan
melihat, mendengar dan bertanya.[9]
Semua
data tersebut akan digali dari para devisi-devisi yang bersangkutan, devisi
disini adalah devisi pemasaran, yang menangani mengenai komunikasi bisnisnya
pada bidang pendistribusian secara retail yang terlebih dahulu memperhatikan
perencanaan produk, promosi analisa persaingan, penetapan harga, perilaku
konsumen, informasi pasar dan lain-lain. Kemudian untuk memperoleh data yang
diperlukan yang sesuai dengan penelitian yang diangkat maka peniliti memilih
informasi tersebut.
4. Tahap-tahap
Penelitian
Dalam
melakukan penelitian kualitatif, peneliti perlu mengetahui tahapan-tahapan yang
akan dilalui dalam proses penelitian, untuk itu peneliti harus menyusun
tahap-tahap penelitian yang lebih sistematis.
Ada
empat tahap yang bisa dikerjakan dalam penelitian yaitu pra lapangan, pekerjaan
lapangan, analisis, dan penulisan laporan.
a) Tahap
Pra Lapangan
Dari tahap pra lapangan
ini merupakan masalah untuk proses pembuatan proposal penelitian sebagai
pedoman dan perencanaan penelitian, membuat surat izin penelitian yang ditanda
tangani oleh dekan fakultas dakwah yang kemudian diserahkan kepada tempat
penelitian pedagang Batikdi Tuban, lalu memilih dan memanfaatkan informan dalam
hal penelitian ini. Kemudian menyiapkan perlengkapan penelitian yang diperlukan
seperti buku catatan, bolpoint, tape recorder, dan jadwal penelitian.
b) Tahap
Pekerjaan lapangan
1. Memahami
latar belakang penelitian dan persiapan diri, yaitu meliputi: pembahasan latar
penelitian, pengenalan hubungan penelitian, dan lain-lain.
2. Memasuki
lapangan, yaitu meiputi: keakraban hubungan, peranan penelitian.
c) Tahap
Analisis Data
Proses analisa data ini
peneliti mulai dari menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi, sehingga memperolah teori-teori baru
dari data-data yang diperoleh.
d) Tahap
Penulisan Lapangan
Tahap penulisan laporan yang
merupakan tahap akhir dari penelitian, sehingga dalam tahap ini peneliti
mempunyai pengaruh terhadap hasil penulisan yang dilaporkan, laporan yang sesuai
dengan prosedur penulisan yang baik dan menghasilkan kualitas yang baik pula
terhadap hasil penelitian.[10]
5. Teknik
Pengumpulan Data
Utuk
melakukan penelitian agar peneliti dapat memperoleh data yang valid serta dapat
dipertanggung jawabkan, maka data tersebut diperoleh melalui:
a. Observasi
Yaitu
pengamatan terhadap suatu kejadian. Observasi partisipan
yaitu penulis langsung ke lapangan dengan mengadakan pengamatan kepada obyek
penelitian dengan mengambil bagian dalam suatu kegiatan yaitu aktifitas warga
terkait system komunikasi yang diselenggarakan oleh pihak pemerintahan.
b. Wawancara
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
langsung yang ditujukan kepada obyek yang di teliti. Data
dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam pada setiap subyek penelitian.
Wawancara ini merupakan wawancara tatap muka antara peneliti dengan responden,
dengan teknik wawancara mendalam. Disini peneliti adalah instrument utama
penelitian.
c. Dokumentasi
Merupakan
teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam misalnya: buku, majalah, dll.
Studi dokumen tidak hanya berupa dokumen resmi.
Dokumen
dapat dibedakan menjadi dua: dokumen primer dan skunder. Dokumen primer adalah
dokumen yang ditulis langsung oleh seseorang yang mengalami peristiwa yang
bersangkutan. Sedangkan dokumen skunder adalah dokumen yang ditulis oleh orang
yang menceritakan kembali pengalaman orang lain.[11]
6. Teknik
Analisis Data
Karena
penelitian ini menggunakan jenis penelitian fenomenologi, maka penelitian ini
mengikuti Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
a) Peneliti
memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena
pengalaman yang telah dikumpulkan.
b) Membaca
data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap
penting kemudian melakukan pengkodean data.
c) Menemukan
dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan
melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan
memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan
topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang
tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan
unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami
penyimpangan).
d) Pernyataan
tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran
tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e) Selanjutnya
peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut
sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan
textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan
structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
f) Peneliti
kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena
yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena
tersebut.
g) Membuat
laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran
tersebut ditulis.
7. Teknik
Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan
data diperiksa berdasarkan atas criteria tertentu. kriteria itu terdiri dari
derajat kepercayaan (kridibilitas), Transferabilitas, Dependability dan
Konfirmabilitas. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan
dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi.
Agar data yang diperoleh dari lapangan tingkat keabsahannya tinggi, maka
peneliti melakukan perpanjangan keikutsertaan yaitu:
- Kredibilitas, yaitu Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
- Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
- Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
- Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah pembahasan penelitian, maka diperlukan adanya sistematika
pembahasan ini dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab satu bab dengan bab
lainnya merupakan integritas atau kesatuan yang tak terpisahkan serta
memberikan atau menggambarkan secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan
hasil-hasilnya. Adapun sistematika tersebut dibagi dalam bab perbab, yaitu
meliputi:
BAB I Pendahuluan
Yang meliputi: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konsep, metode penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II kajian teoritik
Membahas mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kajian pustaka yang meliputi: Kajian pustaka dan
kajian teori.
Bab
III Penyajian Data
Bab ini berisi detugas
penelitian subyek dan lokasi penelitian
serta detugas penelitian data
penelitian.
Bab
IV Analisis Data
Bab
ini berisi temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.
Bab
V Penutup
Bab
ini berisi simpulan dan rekomendasi.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian
Pustaka
1.
Komunikasi
a.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
atau communication berasal dari bahasa latin yang communicatio dan
bersumber dari bahasa communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah sama makna. Pengertian ini merupakan pengertian dasar sebab komunikasi
tidak hanya bersifat informatif yakni agar orang lain paham dan tahu, tetapi
juga persuasif agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.[12]
Sementara
itu komunikasi juga berkembang sebagai satu keilmuan social yang membahas
bagaimana manusia itu berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada manuasia
lain. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegar asas-asaspenyampaian informasi serta pembentukan
pendapat dan sikap. Hovland juga mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (communication
is the process to modify the behaviorof other individuals).[13]
b.
Fungsi Komunikasi
Komunikasi membeikan
sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu dengan mempergunakan suatu
alat. Melalui komunikasi orang dapat merencanakan masa depannya, membentuk
kelompok dan lain-lain. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan informasi,
opini, ide, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya.
Kepada sesama secara timbale balik, baik sebagai penyampai maupun penerima
pesan. Namun dengan demikian apabila dipandang dari arti yang lebih luas
komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi
sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, ide,
maka fungsinya dalam setiap system adalah sebagai berikut:
1)
Informasi: pengumpulan,
penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini
serta komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas
terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan sacara
tepat.
2)
Sosialisasi: penyediaan
sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai
anggota masyarakat yang efektif, sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya
sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
3)
Motivasi: menjelaskan
tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang
menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok
berdasarkan tujuan bersamanya akan dikejar.
4)
Perdebatan dan diskusi:
menyediakan dan saling tukar menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan
persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah public,
menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum
agar masyarakat lebih melibatkan diri dala masalah yang menyangkut kepentingan
bersama ditingkat masyarakat dan lokal.
5)
Pendidikan: pengalihan
ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak
dan pendidikan ketrampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang
kehidupan.
6)
Hiburan: penyebar luasan
sinyal, symbol, suara, drama, tari, kesenian, olaghraga, dan lain-lain.
Ketenangan kelompok dan individu.
7)
Integrasi: menyediakan
bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan
yang mereka perlukan agar mereka dapat saling mengenal dan mengerti serta
menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
c.
Tujuan Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi bertujuan untuk menyampaikan informasi
agar informasi tersebut dapat dimengerti sebagai komunikasi yang dilaksanakan
dapat tercapai. Sedangkan pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan yaitu:
1)
Supaya komunikasi yang
kita sampaikan dapat dimengerti. Sebagai komunikator yang baik harus mampu
menjelaskan kepada komunikan.
2)
Memahami orang lain
sebagai seorang komunikator harus mengetahui dan memahami apa yang diinginkan
oleh komunikan.
3)
Supaya gagasan kita dapat
diterima orang lain.
4)
Menggerakkan orang lain
untuk melakukan sesuatu seperti yang kita inginkan.
Jadi,
inti dari tujuan komunikasi adalah untuk mengharapkan pengertian, dukungan
gagasan dan tindakan. [14]
2.
Komunikasi Bisnis
a.
Pengertian Komunikasi
Bisnis
Bisnis
menurut Redi Panuju adalah kegiatan sistem ekonomi yang diarahkan pada
menejemen dan distribusi hasil industry dan jasa professional yang mendatangkan
keuntungan.[15]
Komunikasi
bisnis adalah pertukaran gagasan, pendapat, informasi, instruksi yang memiliki
tujuan tertentu yang disajikan secara personal atau impersonal melalui simbol -
simbol atau sinyal. Dalam
komunikasi bisnis terdapat enam
unsur pokok, yaitu:
- Memiliki tujuan, artinya komunikasi bisnis harus memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sejalan dengan tujuan organisasi.
- Pertukaran, dalam hal ini melibatkan paling tidak dua orang atau lebih yakni komunikator dan komunikan.
- Gagasan, opini, informasi, instruksi merupakan isi dari pesan yang bentuknya beragam tergantung tujuan, situasi, dan kondisinya.
- Menggunakan saluran personal atau impersonal yang mungkin bersifat tatap muka, menggunakan media tertentu atau melalui media yang menjangkau jutaan orang secara bersamaan.
- Menggunakan simbol atau sinyal yang merupakan alat atau metode yang dapat dimengerti atau dipahami oleh penerima untuk menyampaikan pesan.
- Pencapaian tujuan organisasi: salah satu karakteristik yang membedakan organisasi atau lembaga formal dari informasi adalah adanya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen.
- Ruang Lingkup Komunikasi Bisnis
Komunikasi
bisnis selalu meliputi dua ruang lingkup yaitu: internal communication dan
eksternal communication. Internal communication adalah komunikasi yang terjadi
diantara orang-orang yang berada di dalam suatu perusahaan sedangkan eksternal
communication yaitu komunikasim yang terjadi diantara organisasi di satu pihak
dengan pihak-pihak yang berada diluar organisasi.[16]
Dalam
kaitannya dengan komunikasi internal, Himstrett & Batty menyatakan bahwa :
adapun pengertian ketiga bentuk komunikasi internal sebagai berikut:
1)
Downward
communication (komunikasi kebawah): proses komunikasi dalam Downward
communication mengalir dari tingkat pimpinan tertinggi atau menejemen puncak ke
menejemen yang lebih rendah, dari atas kepada karyawan yang lebih rendah, dari
sari pembuatan kebijaksanaan sampai akhirnya pada karyawan operasional.
2)
Upward
communication (komunikasi keatas): proses komunikasi dalam upward communication
kebalikan dari downward communication ddimulai dari hirarki wewenang yang lebih
rendah ke hirarki wewenang yang lebih tinggi, biasanya mengalir sepanjang
rantai komodo.
3)
Horizontal
or lateral communication: lingkup komunikasi horizontal atau komunikasi lateral
dapat terjadi antara dua pihak yang berbeda dalam tingkatan hirarki wewenang
yang sama atau level yang sama, biasanya komunikasi yang dilakukan adalah dalam
bentuk koordinasi.
Sedangkan
eksternal communication dalam kaitannya dengan komunikasi eksternal ini,
pelaksanaan komunikasinya dilakukan oleh pihak organisasi atau perusahaan
melalui kesepakatan menejemen yang melakukan kegiatan komunikasi dengan pihak
luar atau dengan kata lain public yang berada
diluar organisasi yang tentunya harus menjadi perhatian. Karena
bagaimanapun tanpa public luar ini keberhasilan suatu organisasi perusahaan
akan sulit dicapai.
- Efek Komunikasi Bisnis
Efek
yang ingin dicapai dalam kegiatan komunikasi bisnis dapat berupa perubahan
sikap yakni dengan adanya kecenderungan pada perubahan kognisi, perubahan
afeksi, perubahan-perubahan behavioral. Berkaitan dengan aplikasi komunikasi
dengan pihak luar organisasi dapat dilakukan melalui komunikasi personal,
komunikasi kelompok, komunikasi public maupun komunikasi massa. Semua itu
tergantung dari tujuan dan keadaan perusahaan.
- Tujuan Komunikasi Bisnis
Adapun
tujuan komunikasi bisnis yaitu:
1)
Komunikasi
bisnis adalah komunikasi yang bertujuan mencapai keuntungan sebagai tujuan
akhirnya.
2)
Pencapaian
tujuan dan keuntungan secara etika membawa mereka pada pertanggung jawaban.
3)
Tujuan
komunikasi bisnis dalam hal ini dapat berupa:
a)
Tujuan
awal atau tujuan akhir.
b)
Jangka
pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.
c)
Primer
atau sekunder
d)
Disengaja
atau tidak disengaja
e)
Tuggal
atau beragam
f)
Ditetapkan
atau tidak ditetapkan
4)
Tujuan
dasar bagi sender adalah untuk mengajukan beberapa tindakan yang diinginkan.
5)
Baik
pengisi atau penerima menetapkan tuuan sebaik mungkin bagi
partisipsi-partisispasinya.
- Fungsi Komunikasi Bisnis
Adapun fungsi komunikasi bisnis
adalah:
1)
Fungsi
informatif: suatu fungsi yang digunakan tidak hanya untuk merubah domain
kognitif khalayak sebatas perubahan pengetahuan, tetapi juga memberikan
pilihan-pilihan mengurangi ketidak pastian dan merubah keadaan bisnis yang
sedang anda lakukan begitu pula dalam membuat keputusan.
2)
Fungsi
persuasive atau motivatif: dimana komunikasi dapat digunakan untuk mempengaruhi
orang lain melalui treatment tertentu agar orang lain bertindak seperti apa
yang kita inginkan.
3)
Fungsi
kontrol: mengendalikan dan mengawasi untuk menjalankan secara efektif, fungsi
ini adalah dengan membuka feedback loop atau saluran timbal balik dalam
aktivitas komunikasi bisnis baik secara individual maupun secara organisional
bagi setiap informatif, umpan balik korektif dan peneguhan.
Fungsi
keempat adalah fungsi emotif, dimana komunikasi digunakan sebagai alat ekspresi
emosi yang berorientasi kepada penerimaan isi pesan yang disampaikan.
3. Proses
Komunikasi
Sebelum kita
membahas tentang proses komunikasi maka tidak ada salahnya jika kita proses itu
sendiri. Menurut Luncaid (1987) proses adalah suatu perubahan atau rangkaian
tindakan suatu peristiwa selama beberapa waktu dan yang menuju suatu hasil
tertentu. Dengan begitu setiap langkah yang mulai dari saat menciptakan
informasi sampai saat informasi itu difahami, merupakan proses-proses dalam
rangka proses komunikasi yang lebih umum.
Sedangkan komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak
kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non verbal.
Dalam hubungan dengan komunikasi yang dipandang sebagai
suatu proses, maka menurut Sunarjo (1983) komunikasi sebagai suatu proses dapat
menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang susul menyusul, terus menerus
dan karenanya komunikasi itu tumbuh, berubah, berganti, bergerak sampai akhir
zaman. Dalam
prakteknya, proses komunikasi interpersonal hanya menambahkan kata
interpersonal saja setelah kata komunikasi sehingga menjadi suatu peristiwa
atau perubahan yang susul menyusul, terus menerus. Dan karenanya komunikasi
interpersonal tumbuh, terjadi, berubah, bergerak terus sampai akhir zaman.[17]
Proses komunikasi dengan menggunakan media (channel) alat
yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
1.
Komunikan
(receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang
diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2.
Komunikan
(receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud
oleh si pengirim.
Dalam buku Business Communication, Process & Product
(2005), komunikasi diartikan sebagai proses kegiatan yang terdiri dari enam
tahap, yaitu :
1)
Pengirim (komunikator) mempunyai suatu ide
atau gagasan.
2)
Pengirim (komunikator) mengubah ide menjadi
suatu pesan
3)
Pengirim (komunikator) menyampaikan pesan
4)
Penerima (komunikan) menerima pesan
5)
Penerima (komunikan) menafsirkan pesan
6)
Penerima (komunikan) memberi tanggapan dan
mengirim umpan balik kepada pengirim
- Pola komunikasi
Pola komunikasi merupakan model dari
proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan
dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah yang digunakan dalam komunikasi.
Pola komunikasi identik dengan proses
komunikasi, karena pola komunikasi menyampaikan pesan sehingga diperoleh
feedback dari penerima pesan. Dari proses komunikasi model, bentuk, dan juga
bagian-bagian kecil yang berkaitan erat dengan proses komunikasi. Disini akan
diuraikan proses komunikasi yang sudah masuk dalam kategori pola komunikasi
yaitu pola komunikasi primer, pola komunikasi skunder, pola komunikasi linier,
dan pola komunikasi sirkular.[18]
1)
Pola
Komunikasi Primer
Pola
komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang sebagai media atau saluran.
Dalam
pola ini ada Lambang nonverbal yaitu lambang yang digunakan dalam berkomunikasi
yang bukan bahasa, merupakan isyarat dengan anggota tubuh antara lain mata,
bibir, tangan, jari. Selain itu gambar juga sebagai lambang nonvernbal,
sehingga dengan memadukan keduanya maka proses komunikasi dengan pola ini akan
efektif.
|
|
|
Jadi
dalam proses komunikasi primer ini menggunakan lambang bahasa dan anggota badan
dalam menyampaikan pesan komunikasi atau memberikan respon atas pesan tersebut.
Masalah
penggunaan bahasa dalam pola komunikasi ini, dapat dilihat dari pandangan
Aristoteles yang memberitahukan bahwa sebagai bahasa penentu utama keberhasilan
komunikasi. Dengan bahasa ini pula dapat menyampaikan dan mengetahui informasi
dari orang lain yang berupa ucapan.
Bahasa
sangat penting dalam berkomunikasi antar manusia, karena bahasa tersebut akan
dapat mengungkapkan maksud tertentu. Berdasarkan asumsi dasar ditemukannya pola
ini oleh Aristoteles, maka komunikasi publik antara komunikasi ini tidak begitu
dipermasalahkan. Komunikasi ini mempunyai tiga unsur utama yaitu komunikator, komunikan,
pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut. Pola komunikasi menegak yaitu
pola komunikasi ke bawah merupakan pola komunikasi primer ini , karena hanya
bersifat member arahan atau perintah saja.[21]
2)
Pola
Komunikasi Sekunder
Pola
komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Dalam
proses komunikasi secara sekunder ini semakin lama akan semakin efektif dan
efisien, karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih.
Pola
komunikasi ini didasari atas model sederhana yang dibuat Aristoteles, sehingga
mempengaruhi Harold D.Laswell, seseorang sarjana politik Amerika yang kemudian
membuat model komunikasi yang dikenal dengan Formula Laswell pada tahun 1948.
|
|
|
|
|
Dalam formula Laswell ini ada lima
unsure yang dibahas yaitu siapa, mengatakan apa, kepada siapa, dan apa
akibatnya. Dengan adanya unsur-unsur tersebut member pengertian memberi
pengertian bahwa proses komunikasi ini menyangkut siapa, yaitu siapa yang menyampaikan
pesan atau memberikan informasi yang berarti komunikator.
- Pedagang
a)
Pengertian Pedagang
adalah orang yang menjual barang
dagangan.
b) Antar
Pedagang
Adalah seseorang yang memiliki profesi
yang sama, yang membeli dan menjual barang kembali tanpa merubah bentuk dan
tanggung jawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Pedagang dibedakan menjadi :
a. Pedagang
Besar (Grosir atau Wholesaler) adalah
pedagang yang membeli barang dan menjualnya kembali kepada pedagang yang lain.
Pedagang besar selalu membeli dan menjual barang dalam partai besar.
b. Pedagang
Eceran (Retailer) adalah pedagang
yang membeli barang dan menjualnya kembali langsung kepada konsumen. Untuk
membeli biasanya dalam partai besar, tetapi menjualnya dalam partai kecil atau
per satuan.
Definisi tentang konsep komunikasi
bisnis antar pedagang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang
satu dengan pedagang lainnya yang
bertindak sebagai pengirim pesan dan penerima pesannya. Ciri ini saja memadai
untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang harus
memperhitungkan peranan dan fungsi komunikasi bisnis dalam proses komunikasi.
- Pemasaran
a. Pengertian
Pemasaran
Pemasaran adalah
salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai
ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Kemudian
berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian
mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lainnya, selain itu
juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi
tersebut agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik.
Pemasaran
merupakan satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,
mengomunukasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.[22]
Menurut Philip
Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses social dan manajerial
yamg membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan
orang lain. Sedangkan menurut William J Staton yang dikutip oleh Basu swasta
pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga mempromosikan, mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial.[23]
Jadi pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan
barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta
tujuan perusahaan.
Pemasaran muncul
sebagai akibat dari adanya kebutuhan dan keinginan pembeli. Umumnya pemenuhan
kepuasan pembeli itu banyak persyaratan makin banyak persyaratan yang dipenuhi,
makin besar kemungkinan untuk terjadinya transaksi. Umumnya pembeli menghendaki
barang berkualitas tinggi dengan harga yang murah. Itu tentu saja menyulitkan
bagi penjual untuk memenuhi kedua persyaratan yang bertentangan itu, disinilah
pemasaran berperan, sehingga memungkinkan pembeli membuat peilihan persyaratan
mana yang diutamakan, yang nantinya akan dipenuhi oeh penjualnya.[24]
Sedangkan
pemasaran syari’ah menurut Muhammad Syakir Sula adalah sebuah disiplin
strategis yang mengarahkan proses, penciptaan, penawaran, dan perubahan values
(nilai-nilai) dari satu inisiator kepada stake holdernya yang dalam kseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam islam.[25]
Namun, kemudian dalam melaksanakan pemasaran hendaklah
tidak meninggalkan kewajiban sebagai makhaluk ciptaan Allah SWT, serta tidak
boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
dalam islam, dan proses perubahan nilai dalam pemasaran. Karena
itu Allah SWT mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan zalim dalam
bisnis
b. Konsep
pemasaran
Konsep suatu
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus efisien menjalankan konsep
pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini
menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasi dan
dikelola dengan cara yang lebih baik.
Falsafah konsep
pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan
konsumen. Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konsep pemasaran ini harus
diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Secara devinitif dapat dikatakan
bahwa konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang menyakatan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
Dari definisi
tersebut, perusahaan memiliki konsekuensi seluruh kegiatan perusahaan harus
diarahkan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan mampu memberikan kepuasan
agar mendapat laba dalam jangka panjang. Organisasi perusahaan yang menerapkan
konsep pemasaran ini disebut organisasi.[26]
Pemasaran
merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasi adalah menetapkan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang di inginkan secara
lebih efektif dan efisien dari pada pesaing. Konsep ini dimulai dengan pasar
yang di definisikan dengan baik, pemusatan perhatian pada kebutuhan pelanggan,
dimodifikasi seluruh kegiatan yang akan mempengaruhi pelanggan dan laba yang
dihasilkan dengan memuaskan pelanggan.[27]
Adapun konsep
pemasaran bersandar pada empat bagian yaitu:
1) Pasar
sasaran, perusahaan dapat berhasil jika mereka mendefinisikan pasar sasaran
mereka dengan cermat dan menyiapkan program pemasaran yang sesuai.
2) Kebutuhan
pelanggan, memenuhi kebutihan secara menguntungkan, memahami kebutuhan dan
keinginan pelanggan tidak selalu merupakan tugas yang sederhana.
3) Pemasar
terpadu, semua departemen perusahaan bekerja sama melayani kepentingan
pelanggan dan termotivasi utuk bekerja demi pelanggan. Profitabilitas, tujuan
utama konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuan mereka. Bagi
perusahaan swasta, tujuan utamanya adalah laba, baagi organisasi nirlaba atau
kemasyarakatan adalah agar ia bertahan hidup dan mengumpulkan cukup dana untuk
melaksanakan kegiatan mereka.[28]
c. Kegiatan
pemasaran
Kegiatan
pemasaran dimulai tidak hanya pada saat produksi selesai, tetapi dimulai sejak
sebelum barang diproduksi dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan dalam
pemasaran ini ditujukan untuk memberikan kepuasan baik kepada penjual maupun
pembeli. Adapun kegiatan pemasaran ini dapat dibagi dua:
1) Kegiatan
pemasaran sebelum produk diproduksi
a) Perencanaan
produk
Merencanakan
produk yang akan diproduksi meliputi pembentukan jenis produk, desain produk
dan lain sebagainya.
b) Penetapan
harga
Menentukan harga
yang mencerminkan nilai dari produk tersebut kepada pelanggan.
c) Sistem
distribusi
Menetapkan
saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk hingga mencapai
konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya.
d) Komunikasi
pemasaran
Meliputi
periklanan, personal selling, promosi
penjualan, direct marketing dan public relations.[29]
Komunikasi
pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi
pasar dan kebutuhan konsumen atau persepsi konsumen.
2)
Mengevaluasi
sejumlah prilaku yang tergambar yakni dapat mencapai tujuan.
3)
Menggambarkan
dan mengoprasionalkan gambar atau persepsi tujuan target.
B. Kajian
Teori
Teori yang digunakan peneliti adalah
teori tindakan komunikatif yang telah dikemukakan oleh Jurgen Habermas. Menurut
Habermas komunikasi pada hakikatnya selalu mengandaikan minimal dua orang yang
berinteraksi. Dari hakikat komunikasi ini, menurut Habermas tindakan
komunikatif terarah pada “saling pengertian” dan “koordinasi hidip bersama”,
dimana setiap orang melaksanakan kebebasannya dengan mengakui dan menerima
orang lain sebagai subyek yang bebas.
Akan tetapi dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teori tindakan
komunikatif dalam bentuk situasi yang bersifat sosial, sebab kajian yang
dilakukan peneliti mencakup pada ranah positif yang dilakukan pedagang batik
dalam melakukan komunikasi yang bersifat bisnis. Sehingga dengan adanya teori
tindakan komunikatif yang peneliti gunakan
ini dapat mengungkapkan pola serta penerapan komunikasi bissnis yang
digunakan. Sehingga tindakan yang dilakukan oleh pedagang batik adalah tindakan
yang instrumental dan berada dalam situasi yang bersifat sosial. Teori dan
tindakan komunikasi ini dapat dipahami dan dijelaskan secara skematis.[30]
Pada
teori ini tentang Pola Komunikasi Dalam Kamus Ilmiah Populer, pola diartian sebagai model: contoh, pedoman (rancangan) dasar kerja.[31]
Oleh karena itu, istilah pola komunikasi bisa disebut model tetapi maksudnya
sama, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan satu
sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat. Pola adalah
bentuk atau model yang biasa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan
suatu bagian dari sesuatu, khususnya jika yang ditimbulkan cukup mencapai suatu
sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat.[32]
Sementara
itu, komunikasi sendiri secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu
communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Kamonukais juga
merupakan proses penyamoaian pesan oleh sesorang kepada orang lain untuk
memberi tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung yakni melaui
lisan maupun tak langsung melalui media. Dalam komuniksi memerlukan adanya
hubungan timbak balik antara penyampai pesan dan penerimanya sendiri yaitu
komunikator dan komunikan.
Dengan
demikian pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai salah satu bentuk model,
peraturan, atau cara berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal antara
dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan antara komunikator
dengan komunikan, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dan
dimengerti.
Pola dapat diartikan sebagai model, contoh, pedoman
(rancangan), atau dasar kerja. Model adalah suatu gambaran yang sistematis dan
abstrak, dan model menggambarkan potensi – potensi tertentu yang berkaitan[33]. Dalam
pengertian luas model menunjuk pada setiap representasi simbiolis dari suatu
benda, proses atau gagasan ide.
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moos dalam buku Human
Communication menjelaskan
tiga model komunikasi:
1)
Model komunikasi linier, yaitu model
komunikasi satu arah (one way view of communication). Di mana komunikator
memberikan stimulus dan komunikan memberikan respons atau tanggapan yang di
harapkan, tanpa mengadakan seleksi interpretasi.
2)
Model komunikasi dua arah dua arah adalah
komunikasi interaksional yang biasa dikenal sebagai model komunikasi sirkuler,
merupakan kelanjutan dari pendekatan linier. Pada model ini, terjadi
komunikasi umpan balik (feedback) gagasan. Ada pengirim (sender)
yang mengirimkan informasi dan ada penerima (receiver) yang melakukan
seleksi, interpretasi dan memberikan respon balik terhadap pesan dari pengirim (sender).
Dengan demikian, komunikasi berlangsung dalam proses dua arah (two – way)
maupun proses peredaran atau perputaran arah (cyclical proses),
sedangkan setiap partisipan memiliki peran ganda, di mana pada satu waktu bertindak
sebagai sender, sedangkan pada waktu lain berlaku sebagai receiver,
terus seperti itu sebaliknya.
3)
Model
Komunikasi Transaksional
yaitu komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship)
diantara dua orang atau lebih. Proses komunikasi ini menekankan semua perilaku
adalah komunikatif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi
konten pesan yang dibawanya dan saling bertukar dalam transaksi (Sendjaja,
2002: 4,4).[34]
Dengan konteks penelitian di atas, maka
peneliti menggambarkan kerangka pikir penelitian adalah sebagai berikut :
|
|||||||||
|
|||||||||
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Detugas
penelitian Subyek dan Lokasi Penelitian
Setelah melalui tahap pra lapangan dan pekerjaan
lapangan maka peneliti sampai pada tahap penyajian data, selama beberapa hari
peneliti mendapat data-data mengenai proses komuniksi dan pola komunikasi antar
pedagang yang diterapkan di Pasar Baru Tuban. Penelitian ini memfokuskan pada
pola komunikasi dan proses komunikasi yang dilakukan oleh para pedagang yang
telah diuraikan peneliti pada bab 3.
Para pedagang memang memiliki dilema dalam berkomunikasi salah satunya
adanya anggapan bahwa salah satu pedagang disana adalah mayoritas pedagang perempuan yang melakukan usaha
adalah mereka yang kurang memiliki keluarga yang harmonis dan sejahtera,
sehingga terkadang hal ini mempengaruhi dan membuat pedagang yang mayoritas perempuan,
tetapi mereka merasa kurang percaya diri untuk melakukan komunikasi yang baik.
Seorang pedagang atau pengusaha harus memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik antar pedagang dan para pelanggannya, sehingga diharapkan dapat
memberikan percepatan pada proses pengembangan usaha yang telah ditekuni. Proses komunikasi yang dilakukan oleh para
pedangang adalah menggunakan bahasa yang beragam dan efektif.
Dalam hal ini para pedagang telah menjual berbagai macam dagangannya
bukan hanya baju batik saja tetapi mulai dari kebutuhan setiap hari sampai
makanan juga tersedia disini, hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah
informan padagang, Yang bertidak sebagai informan adalah
a)
Ibu Sulastri,
35 tahun yang berasal dari Kerek yang bekerja sebagai pedagang Batik di Pasar
Baru Tuban. Toko ini sudah di buka sejak tahun 2007 sampai saat ini, dalam
penjualannya Ibu Sulastri dibantu dengan 2 karyawan.
b)
Ibu Sumirah,
40 tahun yang berasal dari desa Widang yang bekerja sebagai pedagang took serba
ada yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Awalnya toko Ibu Sumirah ini
kecil tetapi lama kelamaan menjadi besar dan maju sampai saat ini, dalam hal
ini selain suaminya ada 4 karyawan yang telah membantu dalam menjualkan barang
dagangannya.
c)
Bu Yanti, 30 tahun yang berasal dari Tuban
yang bekerja sebagai penjual makanan basah dan kering. Awalnya Bu Yanti telah
membuka toko kecil tetapi saat ini usahanya telah berkembang dan terkenal.
Lokasi penelitian ini adalah dimana tempat penelitian ini dilakukan.
Dalam penelitian ini peneliti memilih tempat di Pasar Baru Tuban.
B. Detugas
penelitian Data Penelitian
Pada pembahasan
ini penulis membahas data atau profil dari para pedagang yang ditujukan kepada
antar pedagang untuk mengetahui proses komunikasi dan pola komunikasi antar
pedagang di Pasar Baru Tuban.
Disini salah
satu profil yang menjadi informan adalah antar pedagang untuk mengetahui proses
dan pola komunikasi antar pedagang yang terjadi di Pasar Baru Tuban.
1)
Ibu Sulastri,
35 tahun yang berasal dari Kerek yang bekerja sebagai pedagang Batik di Pasar
Baru Tuban. Toko ini sudah di buka sejak tahun 2007 sampai saat ini, dalam
penjualannya Ibu Sulastri dibantu dengan 2 karyawan.
“Bahasa yang
biasa saya gunakan dengan para pedagang dan karyawan iru menggunakan bahasa
jawa, tetapi kalau ada pembeli biasanya juga pakek bahasa Indonesia jadi
tergantung yang diajak mgomong mbak. Saya senang bisa bekerja dengan membuka
toko sendiri, dulunya saya juga ikut jadi karyawan di toko-toko, Alhamdulillah
sekarang saya bisa buka toko sendiri, untuk menambah penghasilan keluarga”.
“proses
pemasaran barang dagang disini biasanya dengan cara menawarkan kepada orang
yang lewat, apabila orang/ pembeli berminat ya orangnya langsung mampir ke toko
untuk melihat barang lalu kalau ada yang cocok baru dibeli”.[35]
2)
Ibu Sumirah
sukses sebagai pedagang Toko Serba ada, yang menampung 4 tenaga kerja dan
mempromosikan aneka barang dagangannya, dengan nama toko Jaya Abadi. Kiprah
suksesnya sebagai padagang toko serba ada, yang dikenal banyak orang.
Perempuan ini memulai karirnya sebagai pedagang toko serba ada
sungguh-sungguh dimulai dari bawah. Awalnya bermula ketika dia bekerja disebuah
toko, lalu bu sumirah ingin membuka toko sendiri maka ia menjual sebagian
tanahnya untuk membeli sebuah toko di Pasar Baru Tuban. Dari situlah ibu
Sumirah pertama kalinya menyiapkan diri untuk menjadi pengusaha yang sekalian
turun berdagang di lapangan.
“kulo tertarik
kaleh kanco-konco pedagang eceran ten pasar Baru Tuban, sebab carane ngomonge
niku sedoyo apik lan langsung tertuju nang carane supaya pembeli iku tertarik
untuk tumbas daganganku”
“Saya tertarik
pada pedagang eceran seperti yang ada di Pasar Baru, sebab cara
berkomunikasinya semua baik dan langsung tertuju pada bagaimana agar pembeli
segera tertarik untuk membeli dagangannya”
“Pemasaran
disini biasanya orang pada berdatangan untuk membeli tanpa harus menawarkan,
tetapi terkadang juga mempromosikan barang dagangan saya”.[36]
40 tahun yang berasal dari
desa Widang yang bekerja sebagai pedagang toko serba ada yang menjual berbagai
kebutuhan sehari-hari. Awalnya toko Ibu Sumirah ini kecil tetapi lama kelamaan
menjadi besar dan maju sampai saat ini, dalam hal ini selain suaminya ada 4
karyawan yang telah membantu dalam menjualkan barang dagangannya.
3)
Bu Yanti, 30
tahun yang berasal dari Tuban yang bekerja sebagai penjual makanan basah dan
kering. Awalnya Bu Yanti telah membuka toko kecil tetapi saat ini usahanya
telah berkembang dan terkenal.
“Disini itu kebanyakan menggunakan
bahasa jawa tetapi ada juga yang tidak mengerti bahasa jawa jadi ya pakek
bahasa Indonesia. Para konsumen juga ada
yang tidak mengerti bahasa jawa jadi disini ya harus melayani pakek bahasa
Indonesia juga, disini kalau berbicara
sesame pedagang kadang ya pakek bahasa jawa, biarpun ada juga selain orang jawa
tapi kadang juga ngerti bicara bahasa jawa”.
“disini saya kalau menjual barang
dagangan saya tanpa promosi, dulunya pada belum ngerti dari dagangan saya jadi
saya promosi didepan toko sambil mempromosikan dagangan saya, sekarang sudah
pada ngerti saya kasih tulisan didepan toko”.[37]
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Temuan
Penelitian
Dari
penelitian yang saya lakukan di
Pasar
Baru Tuban, yang meneliti
tentang komunikasi bisnis antar pedagang menghasilkan temuan bahwa para pedagang
yang menjaga toko di Pasar Baru Tuban.
Di
Pasar Baru ini mayoritas pedagangnya adalah dari Jawa dan ada juga yang orang
China. Ketika pedagang yang pertama kali kerja disini, mereka mayoritas
menggunakan bahasa Jawa, tetapi ada juga yang berbahasa Indonesia.
Komunikasi
antar pedagang terjalin sangat baik disini, mereka sama-sama menghormati para
pedagang lainnya. Disini antar pedagang memiliki hubungan yang lebih akrab
dibanding dengan antar pedagang di pasar lain. Ini menunjukkan bahwa terjadi
kedekatan di antara pedagang meskipun mereka memiliki latar belakang budaya
yang berbeda.
Dalam buku teori komunikasi S
Djuarsa Sandjaja, teori ini merupakan proses bertahap, dimulai dari komunikasi
basa-basi yang tidak akrab yang terus berlangsung hinnga menyangkut pembicaraan
yang lebih pribadi atau akrab, seiring dengan berkembangnya hubungan. Dalam hal
ini seseorang akan membiarkan orang lain untuk lebih mengenal secara bertahap.
Setelah
peneliti melakukan penyajian data seperti yang telah disebutkan pada sub bab
penyajian data, peneliti menemukan beberapa hal yang terkait dengan pola
komunikasi dan proses komunikasi yang dilakukan para pedagang yang meliputi:
1. Proses
komunikasi
Komunikasi pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai
hal berikut:
a. Mengidentifikasikan
pasar dan kebutuhan konsumen atau persepsi konsumen
b. Mengevaluasi
sejumlah perilaku yang tergambar yakni yang dapat mencapai tujuan tertentu.
c. Menggambarkan
dan mengoperasionalkan gambar atau persepsi tujuan target
2. Pola
komunikasi
Adapun pola komunikasi yang diterapkan oleh para
pedagang meliputi:
a)
Tindakan komunikatif, mengarah pada
saling pengertian antara pembicara dan pendengar. Dalam tindakan bahasa
misalnya ucapan yang ditujukan kepada seseorang tidak hanya bersifat memerintah
untuk mencapai suat tujuan, melainkan mengambil bagian dalam proses komunikasi.
Maksudnya kalau ada dua orang berbicara, tindakan bicara itu berorientasi
kepada saling pengertian atau kesepakatan mengenai kondisi-kondisi yang
mengatur atau mengkoordinir tindakan-tindakan mereka supaya apa yang ingin
disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan tindakan yang baik atau
nyata oleh komunikan yaitu pelanggan atau antar padagang.
b)
Pola tindakan teleologis, merupakan
tindakan yang ditentukan oleh suatu tujuan dan bahan merupkan sarana. Dalam
komunikasi para pedagang yang berdasarkan pada pola ini akan memerlihatkan
partisipasi menjadikan cara berkomunikasi yang hanya sebagai sarana untuk
tujuan tertentu, mempengaruhi keyakinan pelanggan atau para pedagang lain, dan
bukan dalam rangka mencapai saling pengertian timbale balik.
c) Pola
tindakan normatif yang menunjuk pada norma-norma para pedagang memainkan
peranannya dalam berorientasi dengan orang lain dengan bertindak sesuai dengan
norma.
B. Konfirmasi
Temuan dengan Teori
Ini sesuai dengan teori yang digunakan
peneliti adalah teori tindakan komunikatif yang telah dikemukakan oleh Jurgen
Habermas. Menurut Habermas komunikasi pada hakikatnya selalu mengandaikan
minimal dua orang yang berinteraksi. Dari hakikat komunikasi ini, menurut
Habermas tindakan komunikatif terarah pada “saling pengertian” dan “koordinasi
hidip bersama”, dimana setiap orang melaksanakan kebebasannya dengan mengakui
dan menerima orang lain sebagai subyek yang bebas.
Apabila terjadi adanya interaksi yang
muncul dalam berbicara adalah yang
sangat efektif antar pedagang. Berbicara itu tergantung dari hubungan diantara
dua individu atau lebih yang didukung dengan adanya kedekatan, keterbukaan dan
dukungan pembicaraan.
Konflik yang terkadang sering muncul dan
terjadi di antara pedagang seringkali terjadi pada pedagang berhubungan baik
dan menjalin kedekatan dengan pedagang toko yang sama – sama menjual barang
dagangannya. Suatu hari toko pedagang lain ramai pembeli sedangkan toko
pedagang satunya sepi pembeli. Hari – hari berikutnya pun demikan. Maka
pedagang satunya secara tidak langsung merasa terancam usahanya karena toko
pedagang lainnya selalu ramai pembeli.
Dengan
berbagai ancaman yang dirasakan oleh para pedagang maka pedagang secara tidak
langsung akan ‘enggan’ untuk meghormati dan menjalin kedekatan dengan para
pedagang launnya. Karena ancaman itulah akhirnya timbul suatu konflik.
Tetapi
kadang juga sering terjadi kecemburuan antara para pedagang yang menjualkan
barang dagangannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
menyajikan data dan menganalisis data sesuai dengan fokus penelitian, peneliti
dapat menarik kesimpulan tentang bagaimana Komunikasi Bisnis antar Pedagang
Batik di Pasar Baru Tuban.
1. Proses
komunikasi bisnis antar pedagang batik di Pasar Baru Tuban awalnya adalah
terjalinnya hubungan antar pedagang dengan menggunakan bahasa yang umum, yaitu
bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Tetapi ketika mereka sudah lama berada di
tempat ini (Pasar Baru Tuban), maka mereka akan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh lawan bicaranya. Ketika antar pedagang
sudah terjalin kedekatan hubungan, maka mereka akan menggunakan kode berbicara
yang baik dan efektif, dalam hal ini adalah bahasa yang digunakan. Berbicara
ini akan muncul apabila terjadi interaksi yang efektif antar pedagang itu
sendiri dan bergantung pada kedekatan, keterbukaan dan dukungan pembicaraan
antar pedagang.
2. Pola
komunikasi yang dilakukan para pedagang adalah Tindakan komunikatif, mengarah
pada saling pengertian antara pembicara dan pendengar. Dalam tindakan bahasa
misalnya ucapan yang ditujukan kepada seseorang tidak hanya bersifat memerintah
untuk mencapai suat tujuan, melainkan mengambil bagian dalam proses komunikasi.
Maksudnya kalau ada dua orang berbicara, tindakan bicara itu berorientasi
kepada saling pengertian atau kesepakatan mengenai kondisi-kondisi yang
mengatur atau mengkoordinir tindakan-tindakan mereka supaya apa yang ingin
disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan tindakan yang baik atau
nyata oleh komunikan yaitu pelanggan atau antar padagang. Pola tindakan
teleologis, merupakan tindakan yang ditentukan oleh suatu tujuan dan bahan
merupkan sarana. Dalam komunikasi para pedagang yang berdasarkan pada pola ini
akan memerlihatkan partisipasi menjadikan cara berkomunikasi yang hanya sebagai
sarana untuk tujuan tertentu, mempengaruhi keyakinan pelanggan atau para
pedagang lain, dan bukan dalam rangka mencapai saling pengertian timbale balik.
Pola
tindakan normatif yang menunjuk pada norma-norma para pedagang memainkan
peranannya dalam berorientasi dengan orang lain dengan bertindak sesuai dengan
norma.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, saran penulis adalah :
Rasa menghormati yang tinggi antar pedagang meskipun
terjadi persaingan usaha diharapkan
menjadi contoh diantara pedagang – pedagang di tempat lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Membangun
Ilmu Komunikasi dan Sosiologi: Diterbitkan Dalam Rangka Sewindu Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Penerbitan: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Muhadjir,
Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1989)
Mulyana,
Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002)
Moleong,
Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya
Offest, 2002)
S.
Bernard Rosenblatt, Thomas Richard Chealham, James T. Watt. Communication In Business (Simon & Suchuster
(Asia), 1992)
A.
W. Wdjaja, Komunikasi & Hubungan
Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)
Panuju,
Redi. Titik Rawan Komunikasi pembangunan, (unit pengembangan &
produksi multi media, Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Dr. Soetomo, 1997)
Marzuki,
Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE UII, 1995)
Nur
Indianto dan Bambang Supono, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Menejemen, (Yogyakarta: BPFE, 2002)
Jalaludin,
Rahmat. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya: 2000)
Onong
Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori
dan Praktek (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001)
Cangara,
Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010.
Mulyana,
Dedy. ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
(Bandung: Remaja Rosdakarya,2000
Basu
Swasta DH, Manajemen Pemasaran Modern, Hal. 5.
Novia,
Windy. Kamus Populer Ilmiah, Wacana Intelektual (Bandung: Wipress, 1990)
FOTO-FOTO
[1]Gugup kismono, 2001. Bisnis Pengantar.
Hal: 4
[2] E. Jerome. McCarthy, 1993. Dasar-dasar
Pemasaran. hal: 8
[3] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1989), hal 15.
[4] Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian
Kualitatif,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal 145.
[5] Lexy J. moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Cet. 17, (Bandung: Remaja Rosda Karya Offest), 2002, hal. 5
[7] Nur Indianto dan Bambang Supono, Metodologi
Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Menejemen, (Yogyakarta: BPFE, 2002)
hal. 147.
[9] Ibid, hal. 112.
[11] Jalaludin, Rahmat. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:
2000). hal. 70.
[14] A. W. Wdjaja, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)
hal. 3
[15]Redi Panuju, Titik Rawan Komunikasi
pembangunan, (unit pengembangan & produksi multi media, Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Dr. Soetomo, 1997) hal.
15.
[16] S. Bernard Rosenblatt, Thomas Richard
Chealham, James T. Watt. Communication In
Business (Simon & Suchuster (Asia), 1992) hal. 23.
[17] Onong Uchyana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2001) hal.147
[18] Hafield Cangara,
[19] Ibid, Hafield Cangara, hal. 41.
[20] Dedy Mulyana, ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000)
hal 135.
[22] E. Jerome. McCarthy, 1993. Dasar-dasar
Pemasaran. hal: 8
[23] Basu Swasta DH, Manajemen Pemasaran
Modern, Hal. 5.
[24] Marwan Asri, Marketing, cet II Ed.
I (Yogyakarta: UPP. YKPN, 1991), hal. 15.
[25] Muhammad Syarik Sula, Asuransi
Syari’ah, hal. 425.
[26]http:/webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:UdAFjhXjZnwJ:fitrian.staff.gunadarma.ac.id/Downoad/files/13728/Pengertian%2BPemasaran.doc+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id.
[27] Philip Kotler, Manajemen pemsaran, (Jakarta:
Erlangga, 1996), hal. 17.
[28] Ibid, hal. 22.
[29] Tjiptono, Fandi. Strategi Pemasaran,Yogyakarta : 1997. hal 7.
[30]Diterbitkan bersama Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Membangun Ilmu
Komunikasi dan Sosiologi: Diterbitkan Dalam Rangka Sewindu Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UAJY Yogyakarta (penerbit: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 1999) hal. 21
[31] Windy Novia, Kamus Populer Ilmiah, Wacana
Intelektual (Bandung: Wipress, 1990), hal.380.
[32] Agus, “Pola Komunikasi Sebagai Model”,
Jurnal Ilmu Pengetahuan, jilid 2. No.1, (http://id.wikipedia.org)
[33]Fisher,B.Aurbey. 1986. Teori-teori Komunikasi
(Penyunting Jamaluddin Rakhmat), Bandung, Remadja Karya. Hal. 66
[34]
Burhan Bungin, 2006. Sosioilogi Kiomunikasi. (Jakarta: Putra Grafika)
hal. 253
[35]
Wawancara dengan ibu Sulastri, 12 mei 2012.
[36]
Wawancara dengan ibu Sumirah, tanggal 12 mei 2012
[37]
Wawancara dengan ibu Yanti, tanggal 12 mei 2012
Comments