Hakikat Pesan Komunikasi
Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi
dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan kepada seseorang.
Dalam setiap melakukan komunikasi unsur penting diantaranya adalah pesan,
karena pesan disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti,
kata-kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan
dan mudah dicerna oleh komunikan. Pesan adalah inti utama
komunikasi. Tanpa pesan, tidak akan terjadi
adanya komunikasi. Karena pesan
termasuk salah satu unsure penting dalam komunikasi.
Definisi Pesan
Adapun pesan itu menurut Onong Effendy,
menyatakan bahwa pesan adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan
dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang,
bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.(Effendy,
1989:224)
Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu
adalah“produkfiktif yang nyata yang di hasilkan oleh sumber–encoder”.
(Siahaan, 1991:62). Kalau berbicara maka
“pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat maka “tulisan surat” itulah
yang dinamakan pesan.
Selain itu, Sastropoetro
(1982:13) memberikan pengertian bahwa pesan (encoding)
merupakan suatu kegiatan penting, sulit dan menentukan apakah gagasan yang ada
dapat dituangkan secara pasti kedalam lembaga yang berarti dan telah disusun
sedemikian rupa, sehingga menghindari timbulnya salah paham.
Pratikno (1987 : 42) mendefinisikan pesan dengan
melihat dari bentuknya, yaitu :“Pesan adalah
semua bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Yang
dimaksud dengan komunikasi verbal
adalah komunikasi lisan,
sedangkan nonverbal adalah komunikasi dengan
simbol, isyarat, sentuhan perasaan dan penciuman”.
Sedangkan Menurut De Vito, pesan adalah
pernyataan tentang pikiran dan perasaan
kita yang dikirim kepada orang lain agar orang tersebut diharapkan bisa
mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh sipengirim pesan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan adalah suatu materi yang disampaikan kepada orang
lain dalam bentuk gagasan baik verbal maupun nonverbal, untuk menyatakan maksud
tertentu sesuai dengan kebutuhan orang lain berkenaan dengan manfaat dan kebutuhannya. Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapatdan
sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang lain atau komunikan.
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan
oleh komunikator. Pesan seharusnya
mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengaruh di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir dari pesan itu sendiri. Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yaitu isi pesan (The content of message) dan lambang/symbol
untuk mengekspresikannya. Lambang utama pada
komunikasi umumnya adalah bahasa, karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang dan sebagainya.
Menurut Hanafi ada tiga factor yang perlu
dipertimbangkan dalam pesan, yaitu:
a)
Kode pesan adalah sederetan
simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh
bahasa Indonesia adalah kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata
yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.
b)
Isi pesan adalah
bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk
mengomunikasikan maksudnya.
c)
Wujud pesan adalah sesuatu
yang membungkus inti pesan itu sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar
komunikan tertarik akan isi pesan didalamnya. (Siahaan,1991:62).
Jenis-jenis Lambang dan Pesan dalam Komunikasi
Membicarakan pesan (message)
dalam proses komunikasi, kita tidak
bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim komunikator kepada
penerima terdiri atas rangkai simbol dan kode. Menurut
Cangara (2004:95) bahwa simbol adalah suatu proses
komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial
budaya yang berkembang pada suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial
dan makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam
simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang bersifat alami. Secara umum, jenis symbol dan kode pesan
terbagi menjadi dua, yakni
a.
Pesan Verbal
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya
menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa
yang didengarnya.
Pesan verbal dalam pemakaiannya, menggunakan
bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun
secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti, bahasa
menjadi peralatan yang sangat penting untuk memahami lingkungan. Melalui
bahasa, kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu bangsa, meski
kita belum pernah berkunjung ke negaranya.
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat
menerima sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita
kepada orang lain. sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyarakat,
bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan
mudah diterima oleh orang lain. Sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak
disusun dengan bahasa yang sistematis sesuai dengan aturan yang telah diterima,
maka ide yang baik itu akan menjadi kacau. menurut Benyamin Lee Whorf (dalam
Cangara, 2004:97) bahwa bahasa bukan hanya membagi pengalaman, tetapi juga
mebentuk pengalaman itu sendiri.
b.
Pesan Non-Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai pesan verbal (bahasa) juga memakai pesan non-verbal. Pesan nonverbal menurut
Cangara (2004:99) bahwa pesan non-verbal adalah jenis pesan
yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat
dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka
pengirim pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli
yang timbul. pesan nonverbal bisa disebut bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam (silent languange).
Bentuk-bentuk Pesan
Selain hal tersebut di atas, pesan juga dapat
dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat
tiga bentuk pesan yaitu:
Ø Informatif
Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan
mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan
informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif.
Ø Persuasif
Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran
manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap berubah. Tetapi
berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa
dipaksakan akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima.
Ø Koersif
Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi
bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti adalah agitasi dengan
penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif
berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target. (Widjaja
& Wahab,1987:61)
Karakteristik Pesan
·
Pesan dikemas. Pengemasan
pesan tidaklah hanya sebuah kebiasaan tapi melibatkan perasaan kita
juga.
·
Pesan dibangun oleh
berbagai aturan. Pesan diatur oleh
sistem, norma dan nilai yang berkembang.
·
Pesan memiliki abstraksi (wujud). Pesan
memiliki makna yang berbeda-beda berdasarkan kesan.
·
Pesan memiliki nilai kesopanan. Nilai
kesopanan lahir dari pengalaman, dan nilai budaya yang berbeda.
·
Pesan menjadi bagian dalam diri seseorang. Pesan
yang lebih kita mengerti sendiri ataupun hanya pada kelompok tertentu.
·
Pesan berada dalam tingkat keberagaman dan
kelangsungan tertentu. Suatu pesan memiliki
tingkat keuntungan dan kerugian
·
Pesan berada dalam tingkat ketegasan dan
tidak tegasan. Pesan ini cenderung dilakukan dengan orang
terdekat.
Terhadap suatu pesan yang dikomunikasikan ingin mempunyai kemampuan untuk
meramalkan efek yang timbul pada komunikan. Maka tidaklah mengherankan apabila
dalam setiap melaksanakan penyampaian pesan tidak terlepas dari keinginan untuk
menjadikan pesan itu diterima oleh komunikan. Tetapi untuk menjadikan pesan itu
dapat di terima maka harus memperhatikan berbagai macam kondisi cara
penyampaian dan memenuhi syarat dari suatu pesan. Wilbur Schramm menampilkan
apa yang disebut “The Condition Of Succes In Communication” yakni
kondisi yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan
tanggapan yang dikehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
·
Pesan harus direncanakan secara
baik-baik, serta sesuai dengan kebutuhan
kita.
·
Pesan tersebut dapat menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti kedua belah
pihak.
·
Pesan harus menarik minat dan
kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.
Dalam penyampaian pesan, pesan dapat disampaikan
dengan Lisan / fice to fice / langsung, maupun menggunakan
media / saluran. Kedua model
penyampaian pesan tersebut merupakan
bentuk penyampaian pesan yang secara umum
di dalam komunikasi.
Penyajian dan Penyampaian
Pesan
Menurut A.W. Widjaja dalam
buku “Ilmu Komunikasi Pengantar Studi” menyatakan pesan yang disampaikan
dan disajikan harus tepat, ibarat membidik dan menembak maka peluru yang keluar
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
·
Umum. Berisikan hal-hal yang umum dipahami oleh
sasaran, bukan soal-soal yang dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.
·
Jelas dan gamblang. Pesan itu harus jelas tidak
samar-samar jika menggunakan perumpamaan hendaknya yang senyata mungkin.
·
Bahasa yang jelas. Sejauh mungkin hindari
menggunakan istilah-istilah yang tidak di pahami oleh audience atau khalayak
gunakanlah bahasa yang sesuai dengan komunikan. Hati-hati dalam menggunakan
bahasa istilah daerah karena akan memberikan penafsiran yang berbeda diantara
satu daerah dengan daerah yang lainnya.
·
Positif. Setiap pesan agar diusahakan
atau diutamakan dalam bentuk positif dengan mengemukakan pesan itu diupayakan
agar lebih mendapatkan simpati.
·
Seimbang. Pesan yang disampaikan
hendaknya wajar sebab jika tidak wajar akan cenderung ditolak, sebaliknya pesan
itu harus seimbang, selaras dan serasi.
·
Kondisi. Penyesuaian dengan keinginan
komunikan dan orang-orang yang menjadi sasaran komunikasi selalu mempunyai
keinginan tertentu oleh sebab itu perlu mengetahui keadaan, waktu dan tempat
dalam penyampaian. (Widjaja, 1987 : 32)
Dengan
demikian berdasarkan pernyataan di atas dapat di katakan bahwa pesan yang
disiarkan media massa bersifat umum, karena memang demi kepentingan umum, maka
penataan pesannya bergantung pada media yang bersangkutan.
Pikiran
Sebagai Isi Pesan Komunikasi
Secara
elementer, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain, atau oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi
ini terdiri dari dua aspek, yakni, aspek pertama isi pesan (the content of the massage), dan aspek kedua lambang (symbol).
Isi
pesan komunikasi terutama adalah pikiran,
ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan factor pengaruh saja;
lambang umumnya adalah bahasa, oleh
karena hanya bahasa dibandingkan dengan lambang-lambang lain, seperti kial
(gesture), gambar, warna, isyarat, dan lain-lain yang mampu memberi makna pada
segala hal dalam kehidupan manusia, baik benda yang konkret maupun konsep yang
abstrak.
Pentingnya
bahasa sebagai lambang.Oleh karena tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak
mungkin dikomunikasikan.Oleh karena itu pula, bahasa melekat pada pikiran,
sehingga bahasa tidak mungkin dilepaskan dari pikiran.Tepatnya orang berpikir
dengan bahasa.
Kemampuan
berpikir adalah ciri khas manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi
daripada makhluk-makhluk lain di dunia.Dalam filsafat komunikasi masalah
berpikir sebagai tugas komunikator ini perlu ditelaah secara mendalam,
setidak-tidaknya mengenai dua hal, yakni intensitas berpikir dan sitematika
berpikir.
1. Intensitas
Berpikir
Berpikir
dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas
yang muncul di hadapan kesadarannyadalam pengalaman dan pengertian (Huijbers :
1986, 116). Jadi, komunikasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia
untuk mengutarakan pikirannya kepada orang lain. Dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk social, berpikir mengenai realitas social yang dalam prosesnya
berlangsung secara horizontal atau berpikir secara sensitive-rasional dan secara vertical atau berpikir secara metarasional.
a) Berpikir
sensitive-rasional
Secara
horizontal, manusia berpikir mengenai suatu realitas dengan dilandasi
pengalaman sebagai rekaman dari penginderaan selama hidupnya. Rekaman dari
fungsinya sebagai komunikan dalam setiap proses komunikasi yang melibatkan
dirinya. Maka, apabila ia berkomunikasi secara horizontal yang berkisar pada
persoalan tahu dan mengetahui, sifatnya menjadi sensitivorasional.
b) Berpikir
metarasional
Manusia
tidak hanya puas dengan sekedar mengetahui (wissen), tetapi juga ingin
memahaminya secara mendalam, manusia tidak lagi memandang suatu relaita sosial
dengan indera mata (das Ding ansich), tetapi dengan mata batiniah apa yang
terdapat di seberang realita (beyond the reality), secara metafisik.
Dalam keradikalannya pemikiran
manusia secara vertical itu bisa menyentuh hal-hal yang sifatnya ilahi.Ia
mengetahui adanya tuhan serta ia percaya akan mahakuasa-Nya. Kepercayaan
seperti itu bersifat suprarasional, suatu tingkat pemahaman di luar jangkauan
pemikiran secara sensitive-rasional.
Berdasarkan intensitas berpikir itu
komunikator yang berpikir secara sensitivo-rasional hanya berfungsi sebagai
informan saja, sedangkan komunikator yang berpikir secara metarasional
berfungsi sebagai interpretator, menyampaikan interpretasi, yakni proses
menyampaikan pesan yang secara eksplisit dan implicit termuat dalam realitas.
Proses memperantarai dan
menyampaikan pesan agar dapat dipahami mencakup tiga arti yang terungkap di
dalam tiga kata kerja yang saling berkaitan satu dengan yang lain
(Prospoprodjo: 1987, 192).
2. Sistematika
Berpikir
Pentingnya sistematika berpikir bagi seorang komunikator
adalah ketika ia melakukan komunikasi intra sebelum melakukan komunikasi social
dengan orang lain. Seperti yang ditegaskan pesan komunikasi terdiri dari
pikiran sebagai isi pesan dan lambang
sebagai media primer sebagai sarana pembawa pikiran pada komunikan.Pikiran ini
dikemas oleh bahasa. Proses ini dinamakan ideasi
(ideation).
Jadi,
efektif tidaknya komunikasi bergantung pada pesan.Dan pesan bergantung pada isi
pesan, yaitu pikiran itu.Pada akhirnya bergantung pada komunikator yang
menyusun pikiran itu.Berikut ini adalah sistematika berpikir berdasarkan karya
Dr. Marseto Donoseputro.
·
Berpikir
Deduktif
Reasoning
yang deduktif berasal atau bersumber dari suatu pandangan umum (general
conclution). Sumber dari filsafat berpikir seperti ini berasal dari plato dan
aristoteles. Meskipun cara ini kurang sempurna, tetap bermanfaat kalau deduksi
ini didasarkan pada suatu perumusan yang betul. Dasar dari pelajaran ilmu pasti
alam adalah demikian pula halnya.Dari satu rumus
umumdapat ditarik sebagai kesimpulan.Metode
berpikir ini dapat disebut berpikir analitik.
·
Berpikir
induktif
Kebalikan
dari berpikir deduktif adalah berpikir induktif, yakni menarik suatu kesimpulan
umum dari berbagaikejadian (data) yang ada di sekitarnya.Dasarnya adalah
observasi, proses berpikirnya adalah synthesis,
tingkatan berpikirnya adalah inductive.Jelas,
bahwa pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.
·
Berpikir
memecahkan masalah (problem solving thingking)
Manusia
mulai berpikir pada waktu ia mencoba mengenal untuk kemudian menguasai situasi
(to control the situation). Tingkatan ini merupakan suatu kelanjutan yang logis
dari kedua tingkatan terdahulu. Dengan pengetahuan mengenai gejala umum yang
dikenalnya dari pengalaman yang lampau (deduksi) ditambah dengna observasi
terhadap situasi yang dihadapinya, yang memberikan suatu kesimpulan (induksi),
maka ia kemudian akan menyelesaikan persoalannya dalam situasi tersebut.
·
Berpikir
Kausatif
Titik
berat berpikir kausatif adalah membentuk peristiwa mendatang dan prestasi
daripada menunggu nasib yang akan menimpa (G. Terry, principles of mangement).
·
Berpikir
Kreatif
Adalah
suatu tingkatan berpikir yang tinggi, kesanggupan sesorang untuk menciptakan
ide baru yang berfaedah.Creative thingking berbeda dengan original thingking
yakni, bahwa yang pertama selalu berguna bagi usaha penciptanya, sedangkan
original thingking tidak perlu.
·
Berpikir
Filsafati
Louis
O. Kattsoff dalam bukunya “element of philosophy” menyatakan bahwa kegiatan
filsafati merupakan perenungan yaitu, suatu jenis pemikiran yang meliputi
kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan
yang satu dengna yang lainnya.
Tujuan
filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan
kritik, menemukan hakikatnya serta mengatur semuanya dalam bentuk yang
sistematika.Fisafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita
kepada tindakan yang lebih layak.Filsafat adalah suatu analisis secara
hati-hati terhadap penalaran mengenai suatu masalah, serta penyusunan secara
sengaja dan sistematis suatu pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
3. Pertimbangan
Nilai
Pertimbangan
nilai dilakukan seorang komunikator disaat mengemas pikirannya dalam bahasa
dalam ideasi, sesaat sebelum suatu pesan ditransmisikan kepada komunikan. Nilai
adalah pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan
tanggapan emosional pada seseorang atau
masyarakat tertentu.
Hakikat
nilai dipelajari oleh cabang filsafat yaitu aksiologi.Aksiologi terdiri dari
perkataan “axios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti ilmu.Jadi, secara
harfiah aksiologi berarti ilmu tentang nilai.Dalam filsafat terutama filsafat
komunikasi, nilai berkaitan dengan logika, etika dan estetika.
Penilaian
bersifat kontekstual dan situasional seperti halnya komunikasi.Suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan ditentukan oleh konteksnya dan
situasinya ketika komunikasi itu berlangsung.Itulah sifat nilai manusiawi yang
terpaut pada komunikasi antar manusia.
Menurut
Andrain, ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut: nilai adalah amat umum dan
abstrak, nilai adalah konseptual, tidak konkret, nilai menunjukkan dimensi
keharusan, nilai menunjukkan ketidakajegan, dan nilai bersifat mapan.
Demikian
ciri-ciri nilai menurut Andrain, dalam kaitannya dengan komunikasi pemahaman
mengenai ciri-ciri nilai itu sangat penting, terutama dalam hubungannya dengan
lambang sebagai aspek komunikasi.Lambang yang diekspresikan komunikator
mengandung makna khusus dari nilai-nilai.Suatu pesan yang menggunakan lambang
tertentu dapat diterima oleh komunikan secara denotatif yang mengandung makna objektif.
Suatu lambang berarti sama bagi sejumlah orang yang heterogen, misalnya bendera
sang Saka Merah Putih yang berkibar pada sebuah kapal menunjukkan eksistensinya
sebagai kapal milik Republika Indonesia.
Tetapi,
lambang juga dapat dipandang oleh komunikan secara konotatif yang menimbulkan
makna subjektif emosional.Disini lambang dapat mengkonotasikan nilai-nilai
tertentu.Sang Saka Merah Putih yang secara denotatif menunjukkan eksistensi
Republika Indonesia, namun secara konotatif menunjukkan nilai keberanian oleh
warna merah, dan nilai kesucian yang dilambangkan oleh warna putih.
Nilai Logika,
Etika, dan Estetika dalam Komunikasi
Seperti
yang telah dijelaskan tadi, jenis-jenis nilai yang terkait dalam proses
komunikasi dapat dikelompokkanke dalam tiga jenis nilai inti, yakni, logika,
nilai etika, dan nilai estetika.
Ø Logika
Bahwa
logika sangat penting dalam proses komunikasi, jelas karena suatu pemikiran
harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus
merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir
logis. Logika sangat penting bagi komunikator untuk menghindari kekeliruan,
kesesatan, dan kesalahan.
Ø Etika
Perkataan,
etika, etik, moral, dan akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam percakapan maupun dalam media komunikasi massa. Dr.franz Von Magnis
dalam bukunya “Etika Umum” berpendapat bahwa etika adalah penyelidikan filsafat
tentang bidang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta yang baik dan buruk.Dalam
pengertian tersebut tercakup unsure-unsur kepribadian yang meliputi sikap,
opini dan prilaku atau perbuatan, yang dapat dinilai baik atau buruk adalah
perilaku atau perbuatan seseorang secara sadar.
Ø Estetika
Bagi
seorang komunikator, lebih-lebih komunikator media massa, memahami estetika ini
amat penting, oleh karena efek yang diharapkan dari khalayak tidak hanya efek
kognitif dan efek konatif, tetapi juga efek afektif dengan estetika juga sangat
berkaitan.
Pesan
apapun yang dikomunikasikan melalui media apapun harus ditata sedemikian rupa
sehingga mampu memikat perhatian khalayak, di sinilah factor estetika amat
mendukung.
Gambar skema pesan dalam komunikasi
Daftar Pustaka
- Cangara, Hafied, 1998, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
·
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Cetakan IV, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
- Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
- Effendy, Onong Uchyana. 1994. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Littlejohn, Stephen W., 1983, Theories of Human Communication, Columbus –Ohio, Charles E. Merrill Publishing Company.
·
Pratikno. 1987. Globalisasi Komunikasi. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
·
Sastroputro, Santoso 1982. Komunikasi Internasional.
Sarana Interaksi, antar bangsa, Alumni, Bandung.
- Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1984, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.
- Vardiansyah, Dani, 2008, filsafat komunikasi suatu pengantar, Jakarta: PT. Indeks.
- Zamroni, Mohammad, 2009, Filsafat Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Comments