Hakikat Pesan Komunikasi


Description: F:\pesan\Pesan_files\150px-Mail-message-new.pngHorizontal Scroll: Nama : Mieke Pratiwi
NIM    : B06210125
Kelas  : 5F/3.2 Public Relations
 Komunikasi dalam kehidupan manusia terasa sangat penting, karena dengan komunikasi dapat menjembatani segala bentuk ide yang akan disampaikan kepada seseorang. Dalam setiap melakukan komunikasi unsur penting diantaranya adalah pesan, karena pesan disampaikan melalui media yang tepat, bahasa yang dimengerti, kata-kata yang sederhana dan sesuai dengan maksud, serta tujuan pesan itu akan disampaikan dan mudah dicerna oleh komunikan. Pesan adalah inti utama komunikasi. Tanpa pesan, tidak akan terjadi adanya komunikasi. Karena pesan termasuk salah satu unsure penting dalam komunikasi.
*    Definisi Pesan
Adapun pesan itu menurut Onong Effendy, menyatakan bahwa pesan adalah: “suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain”.(Effendy, 1989:224)
Sedangkan Abdul Hanafi menjelaskan bahwa pesan itu adalah“produkfiktif yang nyata yang di hasilkan oleh sumber–encoder”. (Siahaan, 1991:62).  Kalau berbicara maka “pembicara” itulah pesan, ketika menulis surat maka “tulisan surat” itulah yang dinamakan pesan.
Selain itu, Sastropoetro (1982:13) memberikan pengertian bahwa pesan (encoding) merupakan suatu kegiatan penting, sulit dan menentukan apakah gagasan yang ada dapat dituangkan secara pasti kedalam lembaga yang berarti dan telah disusun sedemikian rupa, sehingga menghindari timbulnya salah paham.
Pratikno (1987 : 42) mendefinisikan pesan dengan melihat dari bentuknya, yaitu :Pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Yang dimaksud dengan komunikasi verbal adalah komunikasi lisan, sedangkan nonverbal adalah komunikasi dengan simbol, isyarat, sentuhan perasaan dan penciuman”.
Sedangkan Menurut De Vito, pesan adalah pernyataan tentang pikiran dan perasaan kita yang dikirim kepada orang lain agar orang tersebut diharapkan bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh sipengirim pesan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan adalah suatu materi yang disampaikan kepada orang lain dalam bentuk gagasan baik verbal maupun nonverbal, untuk menyatakan maksud tertentu sesuai dengan kebutuhan orang lain berkenaan dengan manfaat dan kebutuhannya. Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa gagasan, pendapatdan sebagainya yang sudah dituangkan dalam suatu bentuk dan melalui lambang komunikasi diteruskan kepada orang lain atau komunikan.
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema sebagai pengaruh di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan adalah tujuan akhir dari pesan itu sendiri. Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yaitu isi pesan (The content of message) dan lambang/symbol untuk mengekspresikannya. Lambang utama pada komunikasi umumnya adalah bahasa, karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang dan sebagainya.
Menurut Hanafi ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu:
a)      Kode pesan adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh bahasa Indonesia adalah kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti.
b)       Isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya.
c)      Wujud pesan adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri, komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan didalamnya. (Siahaan,1991:62).

*    Jenis-jenis Lambang dan Pesan dalam Komunikasi
Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, kita tidak bisa lepas dari apa yang disebut simbol dan kode, karena pesan dikirim komunikator kepada penerima terdiri atas rangkai simbol dan kode. Menurut Cangara (2004:95) bahwa simbol adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat. Sebagai makhluk sosial dan makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu maupun yang bersifat alami. Secara umum, jenis symbol dan kode pesan terbagi menjadi dua, yakni
a.      Pesan Verbal
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.
Pesan verbal dalam pemakaiannya, menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti, bahasa menjadi peralatan yang sangat penting untuk memahami lingkungan. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu bangsa, meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya.
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain. sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyarakat, bahasa dapat membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima oleh orang lain. Sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak disusun dengan bahasa yang sistematis sesuai dengan aturan yang telah diterima, maka ide yang baik itu akan menjadi kacau. menurut Benyamin Lee Whorf (dalam Cangara, 2004:97) bahwa bahasa bukan hanya membagi pengalaman, tetapi juga mebentuk pengalaman itu sendiri.
b.      Pesan Non-Verbal
Manusia dalam berkomunikasi selain memakai pesan verbal (bahasa) juga memakai pesan non-verbal. Pesan nonverbal menurut Cangara (2004:99) bahwa pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul. pesan nonverbal bisa disebut bahasa isyarat atau gesture atau bahasa diam (silent languange).

*    Bentuk-bentuk Pesan
Selain hal tersebut di atas, pesan juga dapat dilihat dari segi bentuknya. Menurut A.W. Widjaja dan M. Arisyk Wahab terdapat tiga bentuk pesan yaitu:
Ø  Informatif
Yaitu untuk memberikan keterangan fakta dan data kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri, dalam situasi tertentu pesan informatif tentu lebih berhasil dibandingkan persuasif.
Ø  Persuasif
Yaitu berisikan bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan sikap berubah. Tetapi berubahnya atas kehendak sendiri. Jadi perubahan seperti ini bukan terasa dipaksakan akan tetapi diterima dengan keterbukaan dari penerima.
Ø  Koersif
Menyampaikan pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi bentuk yang terkenal dari penyampaian secara inti adalah agitasi dengan penekanan yang menumbuhkan tekanan batin dan ketakutan dikalangan publik. Koersif berbentuk perintah-perintah, instruksi untuk penyampaian suatu target. (Widjaja & Wahab,1987:61)

*    Karakteristik Pesan
·        Pesan dikemas. Pengemasan pesan tidaklah hanya sebuah kebiasaan tapi melibatkan perasaan kita juga.
·        Pesan dibangun oleh berbagai aturan. Pesan diatur oleh sistem, norma dan nilai yang berkembang.
·        Pesan memiliki abstraksi (wujud). Pesan memiliki makna yang berbeda-beda berdasarkan kesan.
·        Pesan memiliki nilai kesopanan. Nilai kesopanan lahir dari pengalaman, dan nilai budaya yang berbeda.
·        Pesan menjadi bagian dalam diri seseorang. Pesan yang lebih kita mengerti sendiri ataupun hanya pada kelompok tertentu.
·        Pesan berada dalam tingkat keberagaman dan kelangsungan tertentu. Suatu pesan memiliki tingkat keuntungan dan kerugian
·        Pesan berada dalam tingkat ketegasan dan tidak tegasan. Pesan ini cenderung dilakukan dengan orang terdekat.
Terhadap suatu pesan yang dikomunikasikan ingin mempunyai kemampuan untuk meramalkan efek yang timbul pada komunikan. Maka tidaklah mengherankan apabila dalam setiap melaksanakan penyampaian pesan tidak terlepas dari keinginan untuk menjadikan pesan itu diterima oleh komunikan. Tetapi untuk menjadikan pesan itu dapat di terima maka harus memperhatikan berbagai macam kondisi cara penyampaian dan memenuhi syarat dari suatu pesan. Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut “The Condition Of Succes In Communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang dikehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
·         Pesan harus direncanakan secara baik-baik, serta sesuai dengan kebutuhan kita.
·         Pesan tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.
·         Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan    kepuasan.
Dalam penyampaian pesan, pesan dapat disampaikan dengan Lisan / fice to fice / langsung, maupun menggunakan media / saluran. Kedua model penyampaian pesan tersebut merupakan bentuk penyampaian pesan yang secara umum di dalam komunikasi.

*     Penyajian dan Penyampaian Pesan
Menurut A.W. Widjaja dalam buku “Ilmu Komunikasi Pengantar Studi” menyatakan pesan yang disampaikan dan disajikan harus tepat, ibarat membidik dan menembak maka peluru yang keluar harus memenuhi syarat sebagai berikut :
·         Umum. Berisikan hal-hal yang umum dipahami oleh sasaran, bukan soal-soal yang dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.
·          Jelas dan gamblang. Pesan itu harus jelas tidak samar-samar jika menggunakan perumpamaan hendaknya yang senyata mungkin.
·         Bahasa yang jelas. Sejauh mungkin hindari menggunakan istilah-istilah yang tidak di pahami oleh audience atau khalayak gunakanlah bahasa yang sesuai dengan komunikan. Hati-hati dalam menggunakan bahasa istilah daerah karena akan memberikan penafsiran yang berbeda diantara satu daerah dengan daerah yang lainnya.
·         Positif. Setiap pesan agar diusahakan atau diutamakan dalam bentuk positif dengan mengemukakan pesan itu diupayakan agar lebih mendapatkan simpati.
·         Seimbang. Pesan yang disampaikan hendaknya wajar sebab jika tidak wajar akan cenderung ditolak, sebaliknya pesan itu harus seimbang, selaras dan serasi.
·         Kondisi. Penyesuaian dengan keinginan komunikan dan orang-orang yang menjadi sasaran komunikasi selalu mempunyai keinginan tertentu oleh sebab itu perlu mengetahui keadaan, waktu dan tempat dalam penyampaian. (Widjaja, 1987 : 32)
Dengan demikian berdasarkan pernyataan di atas dapat di katakan bahwa pesan yang disiarkan media massa bersifat umum, karena memang demi kepentingan umum, maka penataan pesannya bergantung pada media yang bersangkutan.
*    Pikiran Sebagai Isi Pesan Komunikasi
Secara elementer, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, atau oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi ini terdiri dari dua aspek, yakni, aspek pertama isi pesan (the content of the massage), dan aspek kedua lambang (symbol).
Isi pesan komunikasi terutama adalah pikiran, ada kalanya juga perasaan, tetapi hanya merupakan factor pengaruh saja; lambang umumnya adalah bahasa, oleh karena hanya bahasa dibandingkan dengan lambang-lambang lain, seperti kial (gesture), gambar, warna, isyarat, dan lain-lain yang mampu memberi makna pada segala hal dalam kehidupan manusia, baik benda yang konkret maupun konsep yang abstrak.
Pentingnya bahasa sebagai lambang.Oleh karena tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin dikomunikasikan.Oleh karena itu pula, bahasa melekat pada pikiran, sehingga bahasa tidak mungkin dilepaskan dari pikiran.Tepatnya orang berpikir dengan bahasa.
Kemampuan berpikir adalah ciri khas manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi daripada makhluk-makhluk lain di dunia.Dalam filsafat komunikasi masalah berpikir sebagai tugas komunikator ini perlu ditelaah secara mendalam, setidak-tidaknya mengenai dua hal, yakni intensitas berpikir dan sitematika berpikir.

1.      Intensitas Berpikir
Berpikir dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannyadalam pengalaman dan pengertian (Huijbers : 1986, 116). Jadi, komunikasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mengutarakan pikirannya kepada orang lain. Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social, berpikir mengenai realitas social yang dalam prosesnya berlangsung secara horizontal atau berpikir secara sensitive-rasional dan secara vertical atau berpikir secara metarasional.
a)      Berpikir sensitive-rasional
Secara horizontal, manusia berpikir mengenai suatu realitas dengan dilandasi pengalaman sebagai rekaman dari penginderaan selama hidupnya. Rekaman dari fungsinya sebagai komunikan dalam setiap proses komunikasi yang melibatkan dirinya. Maka, apabila ia berkomunikasi secara horizontal yang berkisar pada persoalan tahu dan mengetahui, sifatnya menjadi sensitivorasional.
b)      Berpikir metarasional
Manusia tidak hanya puas dengan sekedar mengetahui (wissen), tetapi juga ingin memahaminya secara mendalam, manusia tidak lagi memandang suatu relaita sosial dengan indera mata (das Ding ansich), tetapi dengan mata batiniah apa yang terdapat di seberang realita (beyond the reality), secara metafisik.
            Dalam keradikalannya pemikiran manusia secara vertical itu bisa menyentuh hal-hal yang sifatnya ilahi.Ia mengetahui adanya tuhan serta ia percaya akan mahakuasa-Nya. Kepercayaan seperti itu bersifat suprarasional, suatu tingkat pemahaman di luar jangkauan pemikiran secara sensitive-rasional.
            Berdasarkan intensitas berpikir itu komunikator yang berpikir secara sensitivo-rasional hanya berfungsi sebagai informan saja, sedangkan komunikator yang berpikir secara metarasional berfungsi sebagai interpretator, menyampaikan interpretasi, yakni proses menyampaikan pesan yang secara eksplisit dan implicit termuat dalam realitas.
            Proses memperantarai dan menyampaikan pesan agar dapat dipahami mencakup tiga arti yang terungkap di dalam tiga kata kerja yang saling berkaitan satu dengan yang lain (Prospoprodjo: 1987, 192).

2.      Sistematika Berpikir
Pentingnya  sistematika berpikir bagi seorang komunikator adalah ketika ia melakukan komunikasi intra sebelum melakukan komunikasi social dengan orang lain. Seperti yang ditegaskan pesan komunikasi terdiri dari pikiran sebagai isi pesan dan lambang sebagai media primer sebagai sarana pembawa pikiran pada komunikan.Pikiran ini dikemas oleh bahasa. Proses ini dinamakan ideasi (ideation).
Jadi, efektif tidaknya komunikasi bergantung pada pesan.Dan pesan bergantung pada isi pesan, yaitu pikiran itu.Pada akhirnya bergantung pada komunikator yang menyusun pikiran itu.Berikut ini adalah sistematika berpikir berdasarkan karya Dr. Marseto Donoseputro.
·         Berpikir Deduktif
Reasoning yang deduktif berasal atau bersumber dari suatu pandangan umum (general conclution). Sumber dari filsafat berpikir seperti ini berasal dari plato dan aristoteles. Meskipun cara ini kurang sempurna, tetap bermanfaat kalau deduksi ini didasarkan pada suatu perumusan yang betul. Dasar dari pelajaran ilmu pasti alam adalah demikian pula halnya.Dari satu rumus umumdapat ditarik sebagai kesimpulan.Metode berpikir ini dapat disebut berpikir analitik.
·         Berpikir induktif
Kebalikan dari berpikir deduktif adalah berpikir induktif, yakni menarik suatu kesimpulan umum dari berbagaikejadian (data) yang ada di sekitarnya.Dasarnya adalah observasi, proses berpikirnya adalah synthesis, tingkatan berpikirnya adalah inductive.Jelas, bahwa pemikiran semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.
·         Berpikir memecahkan masalah (problem solving thingking)
Manusia mulai berpikir pada waktu ia mencoba mengenal untuk kemudian menguasai situasi (to control the situation). Tingkatan ini merupakan suatu kelanjutan yang logis dari kedua tingkatan terdahulu. Dengan pengetahuan mengenai gejala umum yang dikenalnya dari pengalaman yang lampau (deduksi) ditambah dengna observasi terhadap situasi yang dihadapinya, yang memberikan suatu kesimpulan (induksi), maka ia kemudian akan menyelesaikan persoalannya dalam situasi tersebut.
·         Berpikir Kausatif
Titik berat berpikir kausatif adalah membentuk peristiwa mendatang dan prestasi daripada menunggu nasib yang akan menimpa (G. Terry, principles of mangement).
·         Berpikir Kreatif
Adalah suatu tingkatan berpikir yang tinggi, kesanggupan sesorang untuk menciptakan ide baru yang berfaedah.Creative thingking berbeda dengan original thingking yakni, bahwa yang pertama selalu berguna bagi usaha penciptanya, sedangkan original thingking tidak perlu.
·         Berpikir Filsafati
Louis O. Kattsoff dalam bukunya “element of philosophy” menyatakan bahwa kegiatan filsafati merupakan perenungan yaitu, suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengna yang lainnya.
Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik, menemukan hakikatnya serta mengatur semuanya dalam bentuk yang sistematika.Fisafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.Filsafat adalah suatu analisis secara hati-hati terhadap penalaran mengenai suatu masalah, serta penyusunan secara sengaja dan sistematis suatu pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.

3.      Pertimbangan Nilai
Pertimbangan nilai dilakukan seorang komunikator disaat mengemas pikirannya dalam bahasa dalam ideasi, sesaat sebelum suatu pesan ditransmisikan kepada komunikan. Nilai adalah pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan tanggapan emosional  pada seseorang atau masyarakat tertentu.
Hakikat nilai dipelajari oleh cabang filsafat yaitu aksiologi.Aksiologi terdiri dari perkataan “axios” yang berarti nilai dan “logos” yang berarti ilmu.Jadi, secara harfiah aksiologi berarti ilmu tentang nilai.Dalam filsafat terutama filsafat komunikasi, nilai berkaitan dengan logika, etika dan estetika.
Penilaian bersifat kontekstual dan situasional seperti halnya komunikasi.Suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan ditentukan oleh konteksnya dan situasinya ketika komunikasi itu berlangsung.Itulah sifat nilai manusiawi yang terpaut pada komunikasi antar manusia.
Menurut Andrain, ciri-ciri nilai adalah sebagai berikut: nilai adalah amat umum dan abstrak, nilai adalah konseptual, tidak konkret, nilai menunjukkan dimensi keharusan, nilai menunjukkan ketidakajegan, dan nilai bersifat mapan.
Demikian ciri-ciri nilai menurut Andrain, dalam kaitannya dengan komunikasi pemahaman mengenai ciri-ciri nilai itu sangat penting, terutama dalam hubungannya dengan lambang sebagai aspek komunikasi.Lambang yang diekspresikan komunikator mengandung makna khusus dari nilai-nilai.Suatu pesan yang menggunakan lambang tertentu dapat diterima oleh komunikan secara denotatif yang mengandung makna objektif. Suatu lambang berarti sama bagi sejumlah orang yang heterogen, misalnya bendera sang Saka Merah Putih yang berkibar pada sebuah kapal menunjukkan eksistensinya sebagai kapal milik Republika Indonesia.
Tetapi, lambang juga dapat dipandang oleh komunikan secara konotatif yang menimbulkan makna subjektif emosional.Disini lambang dapat mengkonotasikan nilai-nilai tertentu.Sang Saka Merah Putih yang secara denotatif menunjukkan eksistensi Republika Indonesia, namun secara konotatif menunjukkan nilai keberanian oleh warna merah, dan nilai kesucian yang dilambangkan oleh warna putih.

Nilai Logika, Etika, dan Estetika dalam Komunikasi
Seperti yang telah dijelaskan tadi, jenis-jenis nilai yang terkait dalam proses komunikasi dapat dikelompokkanke dalam tiga jenis nilai inti, yakni, logika, nilai etika, dan nilai estetika.
Ø  Logika
Bahwa logika sangat penting dalam proses komunikasi, jelas karena suatu pemikiran harus dikomunikasikan kepada orang lain, dan yang dikomunikasikan itu harus merupakan putusan sebagai hasil dari proses berpikir, dalam hal ini berpikir logis. Logika sangat penting bagi komunikator untuk menghindari kekeliruan, kesesatan, dan kesalahan.
Ø  Etika
Perkataan, etika, etik, moral, dan akhlak sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam percakapan maupun dalam media komunikasi massa. Dr.franz Von Magnis dalam bukunya “Etika Umum” berpendapat bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta yang baik dan buruk.Dalam pengertian tersebut tercakup unsure-unsur kepribadian yang meliputi sikap, opini dan prilaku atau perbuatan, yang dapat dinilai baik atau buruk adalah perilaku atau perbuatan seseorang secara sadar.
Ø  Estetika
Bagi seorang komunikator, lebih-lebih komunikator media massa, memahami estetika ini amat penting, oleh karena efek yang diharapkan dari khalayak tidak hanya efek kognitif dan efek konatif, tetapi juga efek afektif dengan estetika juga sangat berkaitan.
Pesan apapun yang dikomunikasikan melalui media apapun harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu memikat perhatian khalayak, di sinilah factor estetika amat mendukung.
                                       Gambar skema pesan dalam komunikasi

Daftar Pustaka
  • Cangara, Hafied, 1998, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
·         Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan IV, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
  • Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,  Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
  • Effendy, Onong Uchyana. 1994. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Littlejohn, Stephen W., 1983, Theories of Human Communication, Columbus –Ohio, Charles E. Merrill  Publishing Company.
·         Pratikno. 1987. Globalisasi Komunikasi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
·         Sastroputro, Santoso 1982. Komunikasi Internasional. Sarana Interaksi, antar bangsa, Alumni, Bandung.
  • Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1984, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.
  • Vardiansyah, Dani, 2008, filsafat komunikasi suatu pengantar, Jakarta: PT. Indeks.
  • Zamroni, Mohammad, 2009, Filsafat Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.


Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki