Sistem Manajemen Kepengasuhan Panti Asuhan Rodliyatul Banat di Wonocolo Surabaya
- Latar Belakang :
Telah
kita ketahui bahwa Panti Asuhan adalah suatu lembaga non-profit yang di dirikan
sebagai tempat penampungan anak yatim. Peran Panti Asuhan sebagai tempat
penampungan dan pengasuhan anak yatim merupakan investasi berharga yang akan
menentukan nasib dan massa depan para anak yatim. Oleh karena itu, sistem
manajemen / pengelolaan kepengasuhan anak yatim yang baik dan benar juga sangat
berpengaruh dalam menentukan nasib dan massa depan para anak yatim.
Kesejahteraan
para anak yatim tidak hanya di ukur secara fisik semata, tetapi juga di ukur secara
mental. Kepengasuhan yang baik dan benar terhadap anak yatim menjadi fokus
perhatian kita, tidak hanya mensejahterakan secara fisik tetapi juga
meningkatkan kebaikan mental serta menambah wawasan pengetahuan.
Dalam
mengelola Panti Asuhan, maka sistem manajemen / pengelolaan kepengasuhan adalah
hal yang utama dan yang perlu di perhatikan dalam proses kepengasuhan anak
yatim. Maka, tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk meneliti dan
menjelaskan sistem manajemen kepengasuhan Panti Asuhan Rodliyatul Banat di
Wonocolo Surabaya.
Untuk mengemban tugas
tersebut di butuhkan suatu konsep dan metode pengeloaan yang baik sehingga
segala yang di inginkan akan tercapai sesuai dengan tujuan bersama, oleh sebab
itu diperlukan adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab pengurus panti asuhan
tersebut, baik itu berkenaan dengan rencana kerja panti, dan pembagian tugas
diantara anggota pengurus panti asuhan.
Manajemen adalah
merupakan proses terpenting dalam setiap organisasi, sebab pada dasarnya
manajemen itu berurusan dengan tujuan bersama, cara-cara orang bekerja dan
pemamfaatan sumber-sumber yang ada.[1] Dengan
demikian dapat di nyatakan bahwa manajemen selalu berkepentingan dengan tujuan,
pola kerja dan sumber daya manusia yang ada dalam suatu sosial tertentu. Dengan
melihat unsur-unsur pekerjaan manajemen mengenai penempatan sumber daya
manusia, maka timbul kelompok manusia yaitu manjemen personalia yang bersangkut
paut dengan pendayagunaan sumber daya manusia.
Di sisi yang lain
anak yatim dan duafa merupakan suatu permasalahan yang memerlukan suatu
penanganan secara terpadu dan berkesenambungan dalam usaha mengatasinya. Upaya
pengentasan bagi anak terlantar seperti di jelaskan dalam pasal 34
Undang-Undang 1945 bahwa” Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara”, pengertian negara disini bukan hanya pemerintah saja melainkan
bersama-sama masyarakat pada umumnya.
Dengan mengetahui
semua itu maka kesejahteraan anak harus diperhatikan sejak dini, terutama
terpenuhinya kebutuhan pokok yang mencakup kebutuhan sandang, pangan, dan
papan. Namun untuk kebutuhan tersebut bukanlah satu hal yang menjadi alasan
mendasar, akan tetapi semua itu di sebabkan karena beberapa hal, di satu sisi
keadaan ekonomi orang tua anak, dan di sisi yang lain adalah anak tersebut tidak
memiliki orang tua.
Upaya-upaya
penanganan terhadap anak tersebut dapat diimplementasikan kedalam bentuk
pelayanan sosial, yang merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh
lembaga-lembaga dengan tujuan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan
baik perorangan, kelompok maupun masyarakat sehingga
tercapai kehidupan sejahtera.[2]
Tujuan ini akan
tercapai dan terlaksana dengan baik apabila pengelolaannya ditangani dengan
baik. Karena manajemen yang baik akan berimplikasi kepada hasil yang baik, atau
sebaliknya manajemen yang kurang baik akan menghasilkan sesuatu yang kurang
baik. Dan disinilah pentinya ilmu manajemen yang sekaligus menjadi kerangka
dasar atas sekian kegiatan yang akan dilaksanakan.
Dari sinilah dapat
ditarik kesimpulan bahwa kehidupan anak yatim piatu dan anak terlantar adalah
tugas dan tanggung jawab kita semua baik masyarakat maupun pemarintah sesuai
dengan sandi-sandi kehidupan bangsa indonesia yang berjiwa gotong royong untuk
kebajikan. Demikian pula dengan pendidikan yang dilakukan oleh panti asuhan Rodliatul Banat di Wonocolo Surabaya
dalam memberikan pembinaan dan pengasuhan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia pada anak asuhnya yang berupa pendidikan, yayasan memberikan
kebebasan untuk memilih jalur pendidikan sesuai dengan kemampuan anak asuh yang
berada di panti asuhan, baik itu berupa pendidikan formal ataupun non formal.
Panti Rodliatul Banat di Wonocolo Surabaya merupakan salahsatu lembaga sosial yang
memberikan pelayanan sosial terhadap anak yatim piatu dengan meningkat
kesejahteraan anggota panti yang mengalami hambatan sosial dan ekonomi, mereka
sudah tidak mempunyai keluarga yang menggantikan fungsi orang tuanya yang sudah
meninggal dunia atau kedua orang tuanya masih ada namun tidak mampu memenuhi
kebutuhan keluarga.
- Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Bagaimanakah sistem managemen kepengasuhan panti
asuhan Rodliatul Banat di Wonocolo Surabaya ?
- Tujuan Penelitian :
Berdasarkan
dari latar belakang masalah yang ada diatas, maka tujuan penilitian adalah:
Untuk
mengetahui sistem managemen
kepengasuhan yang dijalankan panti asuhan Rodliatul
Banat di Wonocolo Surabaya.
- Manfaat Penelitian :
Berangkat
dari rumusan masalah di atas, maka mamfaat penelitian ini adalah untuk:
Secara
teoritis penelitian ini dapat dijadikan khasanah keilmuan pada umumnya dan ilmu
dakwah pada khususnya yang berhubungan dengan sistem managemen kepengasuhan panti asuhan Rodliatul Banat di
Wonocolo Surabaya.
Secara praktis
penelitian ini dapat memberikan masukan yang konstruktif dan obyektif bagi
pengurus panti asuhan
Rodliatul Banat di Wonocolo Surabaya dalam mengelola managemen kepengasuhan
didalamnya.
- Hasil
Penelitian terdahulu yang relevan :
Penulis
akan mengacu kepada beberapa pemikiran dan pembahasan yang nantinya akan
menjadi bagian dari teori-teori yang digunakan dalam penulisan penelitian ini.
Pertama dalam
skripsi Junaidi Siregar Mahasiswa Fakultas Dakwah tahun 2006 yang berjudul “Manajemen
Sumber Daya Manusia Pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Bina Dhuafa Beringharjo
Kota Yogyakarta”. Menerangkan
bahwa BMT Bina Dhuafa Beringharjo Yogyakarta secara umum dalam pengelolaan
tentang sumber daya manusia berlangsung efektif, terbukti dengan adanya
kegairahan dan semangat karyawan cukup tinggi, rasa tanggung jawab terhadap
perkebangan BMT Bina Dhuafa Beringharjo Yogyakarta. Di satu sisi out put yang
dihasilkan menunjukkan parameter yang efektif, di sisi yang lain dari kualitas
dan waktu, kerja pegawai semakin efektif dan efisien.
Kedua untuk lebih menspesifikkan
penjelasan tentang manajemennya peneliti juga menggunakan kajian pada sumber
lain, yakni sebuah karya dari M. Manullang. Buku tersebut adalah
"Dasar-Dasar Manajemen." Di dalamnya dijelaskan tentang Dasar-Dasar
manajemen yang kemudian dilengkapi dengan penjelasan pengorganisasian secara
umum dan manajemen sumber daya manusia secara khusus baik itu berkenaan dengan
mamfaat dan pengelolaannya.
- Kerangka Teori
- Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia menurut A. Sihotang dalam
bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa manajemen
berasal dari bahasa inggris to manage yang artinya mengelola atau
mengendalikan dan mengatur. Sedangkan sumber daya manusia merupakan tejemahan
dari bahasa inggris human resources.[3]
Husein Umar mengungkapkan tentang manajemen sumber daya
manusia yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pemutusan hubungan
kerja dengan maksud untuk mencapai tingkat kepuasan dan performansi yang mereka
inginkan dan organisasi memenuhi tujuan.[4]
Studi tentang manajemen sumber daya manusia pada umumnya
menguraikan apa-apa yang dilakukan oleh bagian kepegawaian pada umumnya dari
suatu organisasi. Dengan demikian, definisi yang biasa diberikan untuk
manajemen personel seolah merupakan rangkuman dari fungsi-fungsi yang dilakukan
oleh kepegawaian pada umumnya.[5]
Oleh karena itu ada dua fungsi pengertian tentenag manajemen
dan fungsi operasianol manajemen sumber daya manusia yaitu proses perencanaan,
pengorgasasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap: pengadaan seleksi, tes
penyaringan, pelatihan, penempatan, pemberian konpensasi, pengembangan,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian atau pemensiunan sumber daya
manusia dari organisasi.
Jadi pada hakikatnya manajemen sumber daya manusia merupakan
gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang
cukup potensial dan sangat dominan pada setiap organisasi. Oleh sebab itu perlu
dikembangkan, sehingga mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
pencapaian tujuan organisasi maupun pencapaian tujuan pribadi sumber daya
manusia itu sendiri.
- Fungsi-fungsi Manajemen dan Fungsi-fungsi Operasional
Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Perancanaan
Seorang manajer yang efektif hendaknya sadar bahwa isi porsi
dari waktu yang tersedia baginya diabdikan untuk menyusun berbagai rencana.
Bagi manajer personel, perencanaan berarti menetapkan terlebih dahulu
program-program kepegawaian yang dapat memberi andil terhadap pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan oleh organisasi.
b. Pengorganisasian
Setelah program-program disusun dan ditetapkan, perlu
dibentuk organisasi yang akan melaksakan program-program tadi, organisasi
adalah alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, manajer personel harus
membentuk satu organisasi dengan cara merancang struktur yang menggambarkan
hubungan antar tugas-tugas, pegawai, dan antar faktor-faktor fisik.
c. Pengarahan
Paling tidak, secara teoritis kita telah memiliki rencana dan
organisasi unutk melaksakan rencana tersebut. Secara logis, langkah berikutnya
adalah pengoperasian, artinya mengerjakan sesuatu yang telah direncanakan.
Namun hal ini harus didahului oleh proses atau pengarahan atau pemberian
motivasi atau mepberian komandu agar pegawai mulai bekerja. Pada dasarnya
fungsi ini akan menumbuhkan kemuan pegawai untuk mulai bekerja secara efektif.
d. Pengendalian
Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses
pengendalian berupa observasi terhadap kegiatan-kegiatan dengan perencanaan. Di
samping itu, juga melakukan koreksi-koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi
selama rencana yang sedang dilaksanakan.
Dari keempat fungsi manajemen diatas merupakan hal yang
sifatnya umum dan mendasar bagi kalangan manajer di semua bidang, disamping itu
manajemen operasional mempunyai kemampuan dan berpengaruh terhadap manajer
personel. Oleh kerana itu fungsi-fungsi manajemen operasional diklasifikasikan
menjadi enam fungsi:
1)
Perolehan
atau penarikan pegawai
Fungsi utama yang harus dioperasionalisasikan
oleh bagian kepegawaian, yaitu berkaitan dengan masalah untuk memperoleh
pegawai yang baik derngan jenis dan jumlah maupun waktunya yang tepat, sehingga
dapat melaksanakan usaha pencapaian tujuan organisasi yang baik,
kegiatan-kegiatan ini mencakup:
a. Recruitment (penarikan)
b. Selection (pemilihan),
dan
c. Placement (penempatan)
2)
Pengembangan
Setelah organisasi berhasil
memperoleh pegawai melalui cara yang cukup seksama, maka kemampuan mereka perlu
dikembangkan sampai dengan tingkat tertentu. Pengembangan dalam arti luas
adalah berbagai kegiatan yang berkenaan denganpenigkatan keterampilan melalui
berbagai latihan, yang sangat penting dilakukan untuk menampilkan cara kerja
yang memadai. Kegiatan ini sangat penting artinya senantiasa dilakukan terus
menerus, karena adanya berupabah dalam teknologi, pekerjaan dan makin
meningkatnya kompleksitas dalam tugas-tugas manajerial.
3)
Pemberian
imbalan
Fungsi ini dapat difenisikan
sebagai usaha untuk memberi balas jasa bagi karyawan yang menyumbangkan waktu
dan tenaganya bagi tercapainya tujuan organisasi.
4)
Integrasi
Setelah penetapan imbalan
berhasil disusun, maka diikuti oleh fungsi operasional lain yang relatif cukup
sulit dan sering kali merupakan tantangan yang menimbulkan frustasi bagi banyak
manajer, yaitu masalah integrasi. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk
menghasilkan situasi di mana terjadi penyesuaian atau pencocokan antara
kepentingan yang bersifat individual, organisasi ataupun kemasyarakatan.
Konsekuensi dati usaha ini
adalah melibatkan masalah-masalah atau aspek-aspek perasaan, sikap pegawai yang
dihubungkan dengan prinsip-prinsip dan kebijakan-kebijakan organisasi.
5)
Pemeliharaan
Merupakan suatu hal yang
berkenaan dengan usaha agar pegawai dapat bekerja dengan baik selama mungkin
dengan cara menjaga kesehatan mental maupun fisik
6)
Pemutusan hubungan kerja
Jika pada awal organisasi
menarik pegawai kerja dari masyarakat, pada saat tertentu organisasi juga akan
mengembalikan pegawai tersebut kepada masyarakat. Untuk kepentingan ini perlu
diatur bagaimana sebaliknya suatu proses pemutusan hubungan kerjadilakukan oleh
organisasi. Melalui peraturan ini diharapkan proses pemutusan hubungan kerja
tidak mempunyai dampak yang negatif, baik bagi individu, organisasi, maupun
bagi masyarakat.[6]
3.
Tinjauan
Tentang Model Sumber Daya Manusia
a.
Pengintegrasian
Pengintegrasian
adalah kegiatan menyatupadukan keinginan dan kepentingan perusahaan, agar
tercipta kerjasama yang memberikan kepuasan. Usaha untuk mengintegrasikan
dilakukan melalui hubungan antar manusia (Human Relation), motivasi
kepemimpinan, kesepakatan kerja bersama dan perundingan secara kolektif (collective
bargaining).[7]
Metode-metode
pengintegrasian adalah sebagai berikut:
1.
Hubungan antar manusia
Hubungan
antar manusia adalah hubungan kemanusiaan yang harmonis, tercipta atas
kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi menghasilkan integrasi
yang cukup kukuh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai
sasaran yang sama.
2.
Motivasi (Motivation)
Karyawan
dituntut untuk dapat kerjasama dalam pengertian dapat menyesuaikan kepentingan
atau keinginan individu dengan tujuan organisasi. Penyesuaian ini hanya dapat
dilakukan kalau perusahaan atau organisasi bisa memahami sifat karyawannya yang
mendorong karyawannya agar bekerja sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan adanya
motivasi dari pimpinan personalia.[8]
Sedangkan
menurut Maslow, dalam bukunya “Motivation and Personality” adalah pada
hakikatnya merupakan upaya untuk merealisasikan semua kebutuhan manusia. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan yang paling tinggi, maka kebutuhan-kebutuhan
dibawahnya harus terpenuhi, namun pemenuhannya diusahakan secara simultan,
yaitu untuk memenuhi satu tingkat-tingkat kebutuhan, maka tingkat kebutuhan
yang lainpun juga diusahakan untuk memenuhi. Kebutuhan secara berjenjang yang
dimaksudkan ada lima jenis, yaitu :
1)
Kebutuhan Psikologis (psycological needs)
Merupakan
kebutuhan dasar bagi manusia (basic needs) dan bersifat kebutuhan fisik
atau kebendaan seperti: sandang, pangan, papan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
secara optimal, otomatis harus bekerja dengan kemampuan yang memedai.
2) Kebutuhan Rasa Aman (saving
needs)
Rasa
aman dapat dipenuhi bila orang bebas dari segala ancaman baik fisik,
psikologis, dan sosial.
3)
Kebutuhan Sosial (social needs)
Mencakup
kebutuhan akan kasih sayang, berkumpul dengan orang lain dan pengenalan diri.
4)
Kebutuhan Akan Penghargaan Atau Prestasi (esteem needs)
Berkenaan
dengan pencapaian prestasi, kesuksesan, dan penghargaan.
Dalam
al-Qur’an juga dijelaskan mengenai motivasi, bahwasanya Allah berfirman:
Katakanlah:
“hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya Aku akan bekerja
(pula), Maka kelak kamu akan mengetahui (Q.S.Az-Zumar.39).
b.
Komponen-komponen Analisis Pekerja
1.
Deskripsi pekerjaan (Job description)
Adalah
pernyataan resmi dan terorganisir tentang kewajiban dan tanggung jawab suatu
pekerjaan. Singkatnya deskripsi pekarjaan menyatakan apa yang dikerjakan,
bagaimana cara mengerjakan, dan mengapa harus dikerjakan.
2.
Spesifikasi pekerjaan (Job specification)
Menunjukkan
standar manusianya, baik kualitas, maupun persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi pemangku pekerjaan, agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan cukup
berhasil
3.
Standar kinerja pekerjaan (Performance standard)
Adalah
suatu penentuan tingkat kinerja pekerjaan yang diharapkan dari pemegang jabatan
tersebut. Biasanya standar kinerja adalah berupa persyaratan-persyaratan
mengenai kuantitas dan kualitas yang dihasilkerjakan, sebagai kriteria yang
dapat dicapai oleh suatu pekerjaan tertentu.[9]
Jadi
model pengelolaan sumber daya manusia tidak hanya terfokus kepada pencapaian
tujuan organisasi saja, akan tetapi termasuk pencapaian tujuan staeke holder
terhadap perancang organisasi itu sendiri, baik individu maupun kelompok.
Oleh
karena itu, secara spesifik dapat dikatakan bahwa proses manajemen adalah
seperangkat kegiatan-kegiatan yang mencakup pengkoordinasian, pengintegrasian
dan penggunaan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan organisasi malalui
manusia-manusia, tektik-teknik, berbagai informasi dalam suatu struktur
organisasi.
Dari
batasan tentang manajemen yang bersifat spesifik ini, terkandung didalamnya
aspek pembagian kerja yang juga merupakan esensi dari organisasi dalam
mencapaian tujuan. Di tinjau dari sudut membagian pengelolaan atau manajemen
sumber daya yang ada dalam organisasi, secara garis besar dalam organisasi
terdapat dua kategori aspek manajerial, yakni:
a.
Manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia, dan
b.
Manajemen yang berkaitan dengan sumber daya bukan manusia.[10]
- Metode Penelitian
Metode
penelitian adalah cara yang dilaksanakan seorang peneliti untuk pengumpulkan,
mengklarifikasi dan menganalisa fakta yang ada ditempat penelitian dengan
menggunakan ukuran-ukuran dalam pengetahuan, hal ini dilakukan untuk menemukan
kebenaran.[11] Adapun metode penelitian
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Panti Asuhan Pondok Pesantren
Wahid Hasyim dan Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah.
2. Obyek Penelitian
Adapun yang menjadi obyek
penelitian dalam skripsi ini adalah model manajemen sumber daya manusia panti
asuhan yang berada dalam naungan Pondok Pesantren Wahid Hasyim dan panti asuhan
yatim putri aisyiyah yang dititik tekankan pada analisis komperatif terhadap
struktur kepengurusan dan program kerja panti asuhan tersebut.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis
akan menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a.
Metode Observasi
Proses
metode observasi ini adalah secara partisifatif dengan jalan mangadakan
pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang relevan dengan obyek
penelitian. Metode observasi yang digunakan penulis untuk menggali data tentang
bagaimana model manajemen sumber daya manusia di Panti Asuhan Pondok Pesantren
Wahid Hasyim dan Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah.
b.
Metode Wawancara
Metode
wawancara adalah metode pengumpulan data melalui proses dialog pewawancara
dengan responden.[12] Dengan
metode ini, pedoman yang digunakan penulis adalah pedoman wawancara yang hanya
membuat garis besar yang ditanyakan. Dalam artian meliputi wawancara bebas
terpimpin.
Dalam
teknik ini peneliti akan melakukan wawancara dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dengan para pengurus yang berkompeten
dengan masalah yang diteliti, yaitu model manajemen sumber daya manusia di
Panti Asuhan Pondok Pesantren Wahid Hasyim dan Panti Asuhan Yatim Putri
Aisyiyah.
c.
Metode Dokumentasi
Metode
Dokumentasi adalah suatu teknik perolehan data dari dokumen-dokumen yang ada
pada benda-benda tertulis seperti buku-buku, notulensi, makalah,
peraturan-peraturan, bulletin-bulletin, dan catatan-catatan harian.[13]
a) Laporan konfidensial, yaitu
laporan yang ditulis setelah peristiwa itu terjadi, misalnya laporan
pertanggungjawaban, atau buku catatan yang sudah terlaksana dari institusi yang
diteliti.
b) Laporan umum, yaitu laporan
tentang suatu kegiatan yang ditulis atau disampaikan oleh suatu majalah,
jurnal, atau media lainnya.
c) Dokumen resmi institusi yang
diteliti.
d) Buku-buku yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
[1]Panglaykim,
Hazil Tanzil, Manajemen Suatu pengantar, ( Jakarta: Ghalia Indonesia,
1981), hlm 89
[2]
Departemen Sosial RI, Petunjuk Pelaksana dan pengentasan Anak Terlantar, (
Dirjen Bina Kesajahteraan Sosial, Jakarta : 1989) hal. 14
[3] A.
Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT. Pradnya
Paramita, 2007), hal. 5
[4]
Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, (Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1998), hal. 3
[5]
Justine T. Sirait, Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Dalam Organisasi, (Jakarta : PT Grasindo, 2006), hal. 4
[6] Ibid,
hal. 7
[7]
Nasibuan, Melayu, S. P, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2005), hal. 136
[8]
Ranupandojo, heidjrahman, Husnan, dan Suad, Manajemen Personalia, edisi
3, (Yogyakarta : BPFE, 1999), hal. 177
[9] A.
Sihotang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. Pertama, (Jakarta : PT.
Pradnya Paramita, 2007), hal. 60
[10]
Justine T. Sirait, Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Dalam Organisas, (Jakarta : PT. Grasindo, 2006)
[11]
Kontjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : PT. Gramedia
1981), hal. 13
[12]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah : Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta
: PT. Bina Aksara, 1985), hal. 126
[13]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakartra : Rineka Cipta, 1993),
hal. 131
Comments