proposal penelitian pengaruh pola asuh otoriter orang tua pada anak terhadap prestasi belajar anak

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada hubungan interaksi yang intim dengan orang tuanya. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak.( kartini kartono, 1992, 19)

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena merekalah anak pertama kali mendapatkan pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari. Oleh karena itu di butuhkan pola asuh yang tepat agar anak tumbuh berkembang optimal.

Pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan orang tua terhadap anak. Metode disiplin itu meliputi dua konsep yaitu konsep positif dan konsep negatif. Dari Konsep positif dijelaskan bahwa disiplin berarti pendidikan dan bimbingan yang lebih menekankan pada disiplin diri dan pengendalian diri. Sedangkan konsep negatif dijelaskan bahwa disiplin dalam diri berarti pengendalian dengan kekuatan dari luar diri, hal ini merupakan suatu bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan menyakitkan bagi anak. Ada tiga bentuk pola asuh dalam mendidik anak yaitu, pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif.

Masih banyak orang tua yang salah dalam mengasuh anaknya, mereka lebih cenderung otoriter terhadap anaknya tanpa memberi kehangatan. Orang tua menggunakan kontrol, kekuasaan dan peraturan-peraturan yang di buat serta memaksa anaknya untuk menuruti semua yang di katakan.

Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan di besarkan dalam keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan berakhlak. Akan tetapi jika anak diperlakukan secara otoriter anak tersebut akan cenderung merasa terkekang, merasa dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak di sayangi orang tuanya. Sikap orang tua yang otoriter seperti ini yang dapat mempengaruhi sikap, cara berpikir bahkan kecerdasan mereka.



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada proposal ini adalah:

1. Adakah pengaruh pola asuh otoriter orang tua pada anak terhadap prestasi belajar anak?

2. Apakah pengaruh pola asuh otoriter orang tua pada anak terhadap perilaku anak?



C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai pola asuh otoriter pada anak yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.

2. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman pola asuh otoriter pada anakyang mempengaruhi perilaku anak.



D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis proposal ini memberikan pengetahuan yang lebih mengenai bentuk pola asuh anak serta dampak positif dan negatifnya pola asuh tersebut.

2. Bagi para pendidik baik orang tua, guru dan lingkungan masyarakat memberikan pemahaman penerapan pola asuh yang baik bagi perilaku dan prestasi anak.

3. Bagi anak atau siswa proposal ini dapat memberikan pemahaman mengenai bentuk pola asuh yang bisa berdampak positif ataupun negatif bagi prestasinya.



E. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pola Asuh

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang memiliki kepribadian yang baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang baik pula. Orang tua merupakan pembentuk kprebadian anak yang pertama kali, karena orang tua merupakan teladan bagi anak-anaknya. Menurut Zakiyah Daradjat kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara tidak langsung akan masuk kedalam pribadi anak mereka yang sedang tumbuh.(Zakiyah Daradjat, 1996, 56)

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (stuktur) yang tetap. (kamus besar bahasa indonesia, 1988,54 )

Sedangkan kata asuh adalah menjaga ( merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing, dan memimppin satu badan atau lembaga.

Menurut Danny I. Yatim-Irwanto, pola asuh adalah pendidikan, sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Jadi, pola asuh orang tua adalah suatu interaksi antara orang tua dan anak, dimana orang tua bermaksud untuk memberikan rangsangan kepada anaknya dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang di anggap tepat oleh orang tua agar anak menjadi mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.



2. Bentuk-Bentuk Pola Asuh

Beberapa ahli psikologi telah mengadakan pembagian gaya pengasuhan orang tua dari sudut pandang yang berbeda, diantaranya yaitu:

Ø Authoritarian (otoriter)

Pola asuh authoritarian adalah bentuk pola asuh dimana orang tua mengasuh anaknya dengan gaya pengasuhan keras. Orang tua menuntut kepatuhan yang tinggi pada anak, tidak boleh bertanya terhadap tuntutan orang tua, orang tua banyak menghukum bila remaja melanggar tuntutannya.

Orang tua yang menerapkan pola asuh Authoritarian akan memberikan pengontrolan yang ketat terhadap perilaku anaknya. Namun kurang memberikan kesempatan atau berdiskusi. Artinya adanya penerapan disiplin yang ketat dan bersifat otoriter. Dengan pola asuh ini anak akan cenderung berkembang menjadi anak yang kaku, sulit menyesuaikan diri dalam situasi sosial, tidak percaya diri dan bahkan mengarah pada perilaku-perilaku agresif.



Ø Authoritative (demokratis)

pola asuh yang paling konsisten dalam memberikan efek positif adalah pola asuh yang autoritatif dimana orang tua memberikan pengontrolan yang ketat dan juga disertai dengan kehangatan dalam berinteraksi.

Bentuk pola pengasuhan authoritative ini orang tua lebih menjadikan dirinya panutan atau model bagi anak, orang tua hangat dan berupaya membimbing anak, orang tua melibatkan anak dalam membuat keputusan, orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir dalam keluarga, orang tua menghargai didisiplin anak. Komunikasi yang terjadi dalam pola asuh ini lebih bersifat timbal balik. Dan karena orang tua berupaya memberdayakan remaja maka kontrol secara berangsur-angsur berpindah ke tangan anak.



Ø Permisif

Pola asuh bentuk permisif adalah gaya pengasuhan dimana orang tua tidak mengendalikan, tidak menuntut, dan hangat kepada anaknya. Mereka tidak terorganisasi dengan baik atau tidak efektif dalam menjalankan rumah tangga, lemah dalam mendisiplinkan dan mengajar anak.

Pola asuh permisif idak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan jarang diberikan, sehingga tidak mengendalikan, mengontrol atau menuntut pada anak. Kebebasan di berikan secara penuh dan anak di izinkan membuat keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berkelakukan menurut apa yang di inginkannya tanpa adanya kontrol dari orang tua. Anak harus belajar sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkunga sosial, karena kurang diajarkan atau diarahkan pada peraturan-peraturan, baik yang berlaku di lingkungan keluarga atau masyarakat. Anak tidak di hukum walaupun sengaja melanggar peraturan, juga tidak ada hadiah bagi remaja yang berperilaku sosial denagan baik. Jadi remaja di biarkan berbuat sesuka hati dengan sedikit kekangan, memanjakan dan memenuhi kebutuhan remaja agar mereka senang.



3. Aspek-Aspek Pola Asuh Orang Tua

Aspek-aspek pola asuh orang tua ada 4, yaitu:

· Pengawasan (kontrol), yaitu usaha orang tua untuk mengawasi dan mempengaruhi kegiatan anak.

· Komunikasi orang tua dan anak.

· Disiplin yang diterapkan denagan fungsi sebagai pedoman dalam melakukan penilaian terhadap tingkah laku anak.

· Hukuman dan hadiah.

Sedangkan aspek-aspek pola pengasuhan berdasarkan jenis-jenis pola asuh masing-masing adalah sebagai berikut:

· Pola asuh Authoritarian: kontrol terhadap anak bersifat kaku, tidak ada komunikasi timbal balik, hukuman diberikan tanpa alasan dan jarang memberikan hadiah, disiplin yang diterapkan tidak dapat di rundingkan dan tidak ada penjelasan bagi anak.

· Pola asuh Authoritative : kontrol yang bersifat luwes dimana orang tua memberikan bimbingan yang bersifat mengarahkan agar anak mengerti dengan baik mengapa ada hal yang diboleh dilakukan dan ada yang tidak boleh, komunikasi terbuka dengan dua arah, disiplin yang diterapkan dapat dirundingkan dan ada penjelassan bagi anak. Hukuman dan pujian diberikan sesuai dengan perbuatan dan disertai dengan penjelasan.

· Pola asuh permisif: tidak ada pengendalian atau kontrol serta tuntutan orang tua kepada anak, komunikasi kurang hangat karena orang tua bersikap masa bodoh, disiplin yang bersifat permisif yaitu sedikit disiplin atau tidak berdisiplin yang berarti tidak membimbing anak ke arah pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak ada hukuman atau hadiah.





4. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survived). ( Irwanto, 2002, 105)

Belajar merupaka istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Banyak para ahli psikologi mengemukakan pendapatnya tentang pengertian belajar, diantaranya yaitu:

Ø B.F. Skinner (1958)

Menurut Skinner belajar adalah “ learning is a process of progressive behaviour adaptation.” Dari definisi tersebut apat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progersivitas, adanya tendensi kearah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.(Prof. Bimo Walgito,2004, 1996)

Ø McGeoch (1956)

Menurut McGeoch belajar adalah “learning is change in performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice). Pengertian latihan atau practice mengandung ati bahwa adanya usaha dari individu yang belajar.

Ø Morgan, dkk (1984)

Menurut Morgan, dkk belajar adalah “ learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience”. Hal yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku atau performance itu relatif permanen. Disamping itu juga dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena pelatihan (practice) atau karena pengalaman (experience).



Dari definisi diata dapat disimpulkan bahwasannya belajar adalah suatu proses dimana dengan belajar manusia dapat beradaptasi perilaku yang bersifat progresif, dan dengan belajar manusia dapat membawa perubahan dalam performance. Dimana perubahan sebagai akibat dari latihan.



5. Beberapa Teori Belajar

Ø Teori Belajar yang Berorientasi Pada Aliran Behaviorisme

Pada aliran behaviorisme ada dua bentuk teori belajar, diantaranya yaitu:

· Teori belajar asosiatif

Teori belajar asosiatif adalah semula teori yang semula dibangun oleh Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut dengan classical conditioning. Pavlov menyimpulkan perilaku it dapat dibentuk melalui kondisioning atau kebiasaan. Dalam eksperimennya pavlov, anjing yang semula tidak mengeluarkan air lur ketika mendengar bunyi bel, tetapi setelah dilatih berulang kali dengan prosedur yang tertentu akhirnya anjing mengeluarkan air liur pada waktu mendengar bunyi bel, sekalipun tidak ada makanan. Hal tersebut dapat terjadi karena ada kondisioning, dengan mengkaitkan suatu stimulus dengan responnya.

· Teori belajar fungsionalistik

Teori ini dipelopri oleh 2 tokoh, yaitu:

a) Edward Lee Thorndike

Thorndike, dengan eksperimennya sampai pada kesimpulannya bahwa dalam belajar itu dapat dikmukakan beberapa hukum, yaitu hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum efek. Menurut hukun ini belajar agar mencapai hasil yang baik harus ada kesiapan untuk belajar. Tanpa adanya kesiapan dapat diprediksikan hasilnya akan kurang memuaskan. Disamping itu agar belajar mencapai hasil yang baik harus adanya latihan. Makin sering dilatih, maka dapat diprediksikan hasilnya akan lebih baik apabila dibandingkan dengan tanpa adanya pelatihan. Atas dasar kesiapan dan latihan akan diperoleh efeknya. Karena itu dalam kondisioning operan tekanannya adalah pada respon atau perilaku dan konsenkuensinya. Dan eori ini lebih dikenal dengan istilah law of efect.

b) B.F. Skinner

Disamping Thorndike yang termasuk teori belajar fungsionalistik adalah Skinner. Apabila dicermati dalam eksperimen Skinner terdapat adanya sifat eksperimen pavlov juga terdapat eksperimen Thorndike. Sifat dari eksperimen Thorndike pada Skinner yaitu bahwa hewan coba unuk mencapai tujuannya (makanan) harus berbuat. Sifat dari eksperimen Pavlov pada eksperimen Skinner yaitu adanya exsperimental extiction. Menurut Skinner dalam konditioning operan ada dua prinsip umum, yaitu:

§ Setiap respons yang diikuti oleh reward( merupakan reinforcing stimuli) akan cenderung diulangi.

§ Reward yang merupakan reinforcing stimuli akan meningkatkan kecepatan terjadinya respons.



Ø Teori Belajar yang Berorientasi Pada Aliran Kognitif

· Kohler

Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif dirintis oleh Kohler. Dalam eksperimennya Kohler mengatakan bahwa hewan coba dalam belajar memecahkan masalah adalah insight (insight full learning). walaupan demikian Kohler tidak mengingkari adanya trial dan error dalam memecahkan masalah seperti yang dikemukakan Thorndike. Tetapi menurut Kohler dalam memecahkan masalah yang penting adalah insight. Seperti diketahui Kohler bahwa prinsip Gestalt dalam hal belajar. Semula Gestalt timbul dalam hal presepsi dan Gestalt dapat dipandang sebagai pendahulu dari aliran kognitif (Schultz dan Schultz, 1992).



· Jean Piaget

Salah satu pengertian yang dikemukakan oleh piaget adalah asimilasi dan akomodasi. Proses merespon individu terhadap lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif indviidu adalah merupakan asimilasi. Asimilasi adalah menyelaraskan antara struktur kognitif dengan lingkungan. Sedangkan proses akomodasi merupakan pengubahan stuktur kognitif, karena tidak atau belum adanya skema-skema tertentu.

Setiap pengalaman individu mengandung proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu mempunyai stuktur kognitif dengan yang bersangkutan, maka akan terjadi asimilasi tetapi keadaan dimana idak ada stuktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi.



Ø Teori Belajar Albert Bandura

Menurut Bandura pembentukan atau pengubahan perilaku dilakukan dengan observasi, dengan model atau contoh. Teorinya dalam belajar biasannya disebut dengan observational learning theory atau juga disebut social learning theory. Teori ini kurang ekstrim apabila dibandingkan dengan behaviorisme Skinner. Hal ini terrefleksi pada pengaruh reinfrcement dan interesnya pada faktor kognitif (cognitive factor). Sekalipun Bandura dapat menerima apa yang dikemukakan oleh Skinner, yaitu bahwa perilaku dapat berubah karena reinforcement, tetapi ia juga berpendapat bahwa perilaku dapat berubah karena reinforcement. Tetapi ia juga berpendapat bahwa perilaku dapat berunah tanpa adanya reinforcement secara langsung, yaitu melalui vicarious reinforcement, reinforcement dari pihak lain, yaitu denga observasi dari orang lain dan konsenkuensi dari perilakunya.


F. Kerangka Teoritik
-> Prestasi belajar anak
=> Pola Asuh Otoriter -> Tingkah laku anak

Pola Asuh => Pola Asuh Democratis

=> Pola Asuh Permisif



G. Hipotesis

“ Terdapat pengaruh antara pola asuh orang tua otoriter terhadap prestasi belajar. Dimana pola asuh orang tua otoriter dapat mempengaruhi tingkat prestasi belajar anak.”



H. Metode Penelitian
Rancangan penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan teknik eksperimen, yang mana akan dibagikan angket terhadap subyek yang akan diteliti.


Subyek penelitian

Subyek penelitian yang akan diteliti adalah anak sekolah tingkat menengah pertama. Teknik pengambilan sampelnya dengan teknik penyebaran angket.
Instrumen pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan penyebaran angket. Angket merupakan daftar pertanyaan yang di distribusikan pada orang-orang yang akan kita teliti, instrumen ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara pola asuh orang tua otoriter terhadap prestasi belajar anak. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan di ajukan dalam angket tersebut adalah:




DAFTAR PUSTAKA

Danny I. Yatim-irwanto. kepribadian keluarga narkotika. Jakarta: arcan. 1991

Darajat, zakiyah. ilmu jiwa agama. Jakarta: Bulan Bintang.1996

Depdikbud. kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988

Kartini, kartono. Peran Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rajawali Press.1992

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki