Validitas & Reliabilitas

Pengertian Validitas

Dalam psikodiagnostika, validitas sering kali dikonsepkan sebagaimana sejauhmana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur. Dalam teori skor murni klasik, pengertian validitas dinyatakan sebagaimana sejauh mana skor tampak X dapat mendekati besarnya skor murni T. Skor tampak X tidak akan sama dengan skor murni T kecuali apabila alat ukur yang bersangkutan memiliki validitas yang sempurna atau melakukan pengukuran tanpa eror. ( Syaifudin Azwar, Dasar-Dasar Psikometri, 2010 : Hal : 51 )

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian , predikat valid seperti yang dinyatakan dalam kalimat “tes ini valid’’ adalah kurang lengkap. Pernyataan valid harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan ukur, yaitu valid untuk mengukur apa. Dengan demikian jelaslah mengapa suatu alat ukur yang dikatakan sebagai valid guna pengambilan keputusan dapat saja sangat tidak berguna dalam pengambilan keputusan lain dan bagi kelompok subjek yang lain. ( Syaifudin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, 2010: Hal :6-7 ).

Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan menghasilkan eror pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya. Dengan demikian secara keseluruhan alat tes yang bersangkutan akan menghasilkan variansi eror yang kecil pula . itulah yang dalam teori skor murni klasik diartikan sebagai Validitas Instrinsik, yang dirumuskan sebagai akar kuadrat dari rasio antara varians skor-murni dan variasnsi skor tampak.

Dari cara estimasinya yang disesuaikam dengan sifat dan fungsi setiap tes, tipe validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori yaitu :

a. Validitas isi

Validitas yang di estimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional. Dalm hal ini dilihat sejauhmana aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan objek yang diukur dan sejauhmana mencerminkan ciri perilaku yang hendak di ukur. Validitas isi dibagi menjadi du atipe, yaitu :

i. Validitas muka, didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkapkan atribut yang hendak diukur maka dikatakan bahwa validitas muka telah dipenuhi.

ii. Validitas logik, didasarkan sejauhmana isi tes merupakan wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.

b. Validitas konstrak

Validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya. (Saifudin Azwar,2011,51)



Pengertian Realibilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata realibility . pengukuran yang memiliki realibilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Realibilitas memiliki beberapa sinonim seperti kepercayaan, keterandalan, kajegan, kesetabilan, konsistensi dan sebagainya. Realibilitas sejatinya mempertanyakan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Supaya hasil suatu pengukuran bisa disebut reliabel, maka sebelum alat ukur tersebut digunakan terlebih dahulu harus dilakukan uji realibilitas.

Realibilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi)

Skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda.

Dalam artinya yang paling luas realibilitas alat ukur menunjukkan kepada sejauh mana perbedaan skor perolehan itu mencerminkan perbedaan-perbedaan atribut yang sebenarnya. Oleh karena itu, dalam riset atau penelitian yang menggunakan alat ukur yang sebelumnya telah teruji reliabilitasnya, komputasi koefisien reliabilitas hasil ukur bagi subjek penelitian tersebut pun masih tetap perlu dilakukan. Subjek penelitian merupakan kelompok individu yang lain daripada subjek yang dijadikan dasar pengujian reliabilitas alat ukur semula. Dengan menghitung pula koefisien reliabilitas hasil ukur pada kelompok subjek yang diteliti dan lebih jauh, kita dapat memperoleh informasi mengenai kecermatan data sebagai estimasi skor yang sebenarnya dimiliki oleh subjek penelitian. ( Sumadi Suryabrata,Pengembangan Alat Ukur Psikologis,2005: Hal: 29 )

2. Urgensi Uji Validitas & Reliabilitas

Sifat reliabel dan valid diperlihatkan oleh tinggi-Nya relibialitas dan validitas hasil ukur suatu tes. Suatu instrumen ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar kita gunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu kesimpulan dan keputusan maka tentulah kesimpulan dan keputusan itu tidak akan merupakan kesimpulan atau keputusan yang tepat.

Keputusan yang tidak tepat, kadang-kadang tidak begitu terasa akibat buruknya, akan tetapi lebih sering menimbulkan akibat-akibat yang parah. Haruslah diingat bahwa subjek pengukuran psikologi adalah manusia. Nasib manusia seringkali ikut ditentukan oleh hasil tes dan pengukuran yang dikenakan padanya. Keputusan yang keliru, yang disebabkan informasi dari tes yang tidak reliabel atau tidak valid, kadang-kadang akibatnya tidak lagi dapat diperbaiki seusia hidup. Seorang calon pelamar pekerjaan dapat ditolak oleh pihak perusahaan berdasarkan hasil tes psikologi. Kalau tes yang dijadikan dasar penolakannya itu ternyata tes yang tidak reliabel dan tidak Valid, bukan saja pelamar yang bersangkutan yang dirugikan tetapi juga pihak perusahaan yang menolak sangat mungkin kehilangan calon karyawan yang potensial. Kasus siswa yang salah memilih jurusan studi di perguruan tinggi yang menjadi contoh akibat keputusan yang didasarkan oleh informasi dari tes yang tidak valid.

Untuk mengungkap aspek-aspek atau variabel-variabel yang ingin kita teliti itu diperlukan alat ukur, berupa skala atau tes, yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Bila variabel penelitian termasuk diungkap oleh alat ukur yang reliabilitas dan validitasnya belum teruji tentu kesimpulan penelitian kita tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Kalau ada orang lain yang percaya begitu saja akan hasil penelitian seperti itu tanpa memperhatikan apakah datanya diperoleh dengan menggunakan alat ukur yang baik atau tidak, maka orang tersebut akan mendapatkan informasi yang menyesatkan. Pada gilirannya kemudian ,sangat mungkin ia akan mengkomunisikan hasil penelitian itu pada orang lain lagi yang berarti menyebarluaskan hasil yang tidak benar pula. Disinilah pentingnya masalah realibilitas dan validitas pengukuran. ( Syaifudin Azwar, Reliabilitas Dan Validitas,2010 Hlm 2- 4 )

a. Urgensi Reliabilitas

Dalam riset penelitian yang menggunakan alat ukur yang sebelumnya telah teruji reliabilitasnya, komputasi koofisien reliabilitas hasil ukur bagi subjek penelitian tersebut harus tetap perlu dilakukan. dengan menghitung pula koofesien reliabilitas hasil ukur kelompok subjek penelitian, akan dapat diperkirakan tingkat kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subjek yang diteliti dan, lebih jauh, kita dapat memperoleh informasi mengenai kecermatan data sebagai estimasi skor yang sebenarnya dimiliki oleh subjek penelitian.


b. Urgensi Validitas

Valid tidak nya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukurang yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut A dan kemudian memang menghasilkan informasi mengenai atribut A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Dan dapabila suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut A namun menghasilkan informasi atribut A’, maka akan menimbulkan berbagai kesalahan. Kesalahan ini dapat berupa hasil yang terlalu tinggi (overestimasi) atau yang terlalu rendah (underestimasi). Keragaman kesalahan ini dalam istilah statistika disebut varians kesalahan atau varians eror. Alat ukur yang valid adalah yang memiliki varians eror yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang “sebenarnya” atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya.(Saifuddin Azwar,2008,7)

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki