Analisis tentang Peran Public Relation Dalam Mengembalikan Citra Positif PT.Pertamina BBM
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang masalah
PT.Pertamina
merupakan perusahaan pensuplai bahan bakar terbesar di Indonesia, akhir-akhir
ini mendapatkan sebuah ujian besar dalam mempertahankan eksistensinya di
hadapan seluruh masyarakat Indonesia.
Sejak tahun 2007 lalu Pemerintah mengajak serta
PT.Pertamina untuk mengadakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg.
Hal ini tentu mendapat banyak perhatian dari masyarakat Indonesia, karena hal
ini merupakan kebutuhan yang pokok bagi manusia dalam mempertahankan hidupnya.
Dampak dari kegiatan konversi ini melibatkan sebagian besar masyarakat
Indonesia. Baik masyarakat dari kelas menengah ke atas maupun masyarakat kelas
bawah, mau tidak mau harus merubah pola hidup mereka dari yang biasanya memasak
dan melakukan kegiatan yang menggunakan bahan bakar minyak sekarang harus di
ganti dengan menggunakan gas elpiji 3 kg. Dari kegiatan konversi ini, Pro
kontra pun akhirnya timbul dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pada saat
awal program konversi minyak tanah ke gas LPG diluncurkan tahun 2007, mendapat
penolakan keras dari masyarakat dengan alasan tidak efektif dan efisien serta
tidak aman karena bisa meledak. Akan tetapi setelah melalui sosialisasi secara
berkesinambungan akhirnya masyarakat bisa menerima.
PT.Pertamina yang berperan sebagai
penyedia dan pengatur pemasaran gas elpiji 3 kg mendapatkan dampak dari
kejadian buruk yang banyak terjadi di masyarakat. Masyarakat cenderung
menyalahkan mereka atas kecelakaan akibat ledakan tabung gas elpiji 3 kg. Karena
masyarakat tahu bahwa yang mengatur dan memasarkan gas elpiji adalah
PT.Pertamina. Sehingga PT. Pertamina dianggap harus bertanggung jawab atas
beberapa kecelakaan yang terjadi. Masyarakat cenderung merasa takut menggunakan
lagi produk PT.Pertamina terutama gas elpiji ukuran 3 kg. Karena banyaknya
kasus-kasus gas elpiji yang meledak di lingkungan masyarakat. Contohnya di
wilayah Jateng & DIY ada sekitar 20 korban ledakan elpiji (Tempo, Selasa,13
Juli 2010).
Dari banyaknya korban ini tentu memberikan dampak
yang cukup berat bagi Humas PT. Pertamina (Persero). Humas PT. Pertamina harus
berusaha keras untuk dapat mempertahankan dan memulihkan lagi citra perusahaan
yang mulai menurun di mata masyarakat. Karena citra perusahaan sangatlah
penting bagi perusahaan agar konsumen bisa menjadi pelanggan yang loyal. Citra
organisasi atau perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,bukan
hanya citra atas produk dan pelayanan. (Jefkins,Frank.1992:8).
Dalam pencapaian tujuan pelaksanaan konversi minyak
ke gas PT. Pertamina harus berupaya maksimal untuk mengadakan kegiatan
sosialisasi kepada masyarakat tentang pemakaian tabung gas elpiji yang benar.
Namun karena ada sebagian dari masyarakat yang tidak mengerti dengan benar
bagaimana pemakaian dan perawatan gas elpiji juga adanya oknum yang tidak
bertanggung jawab, sehingga menimbulkan beberapa kasus terjadi akibat konversi
gas elpiji 3 kg pada masyarakat Indonesia.
Hal ini membuat PT.Pertamina mengalami krisis pada
perusahaan dan berdampak langung pada reputasi, citra serta kepercayaan
masyarakat terhadap existensi perusahaan. Hal ini lah yang menjadikan humas PT.Pertamina
berjuang lebih keras untuk mempertahankan sekaligus me-recovery kembali citra
perusahaan melalui pemilihan cara penyelesaian masalah kasus ledakan elpiji
ini.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Public Relations.
Public relations secara
umum diartikan sebagai semua kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau
organisasi dan badan usaha melalui para petugas public relations officer (PRO)
untuk merumuskan organisasi atau struktur dan komunikasi guna menciptakan
saling pengertian yang lebih baik antara lembaga itu dengan khalayak
(pihak-pihak yang harus selalu dihubunginya).[1]
Jadi, Public Relations dapat dipandang sebagai alat atau medium untuk
menciptakan hubungan-hubungan dengan siapa saja yang dianggap dapat membawa
keuntungan dan kemajuan bagi organisasi atau lembaga yang bersangkutan.
Definisi lain seperti
yang terdapat dalam Webster’s New International Dictionary yang mengartikan
Public Relations sebagai “suatu kegiatan dari organisasi untuk menciptakan dan
memelihara hubungan-hubungan yang sehat dan produktif dengan publik tertentu,
sehingga terdapat persesuaian dengan lingkungan sekelilingnya yang
berkepentingan”.[2]
Public Relations
menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu oraganisasi yang bersifat
komersial maupun non-komersial. Sebenarnya apa yang biasa disebut sebagai
public relations atau humas terdiri dari semua bentuk komunikasi yang
terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang
menjalin kontak dengannya.
Menurut kamus IPR “institute of public relations” terbitan
bulan November 1987: “praktek humas atau Public Relations adalah keseluruhan
upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik serta saling pengertian antara suatu
organisasi dengan segenap khalayaknya”.[3]
“Upaya yang terencana
dan berkesinambungan” ini bararti public relations adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program
terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur.
Jadi, public relations sama sekali bukanlah kegiatan yang sifatnya sembarangan
atau dadakan.
Lembaga public relations
di Amerika Serikat mendefinisikan public relations sebagai “usaha yang
direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan
mempertahankan pengertian timbal-balik antara organisasi dan masyarakatnya”.[4]
Dengan demikian, berdasarkan
definisi-definisi di atas, dapat dilihat bahwa dalam public relations itu
terdapat suatu usaha atau kegiatan untuk menciptakan keharmonisan atau sikap
budi yang menyenangkan antara suatu badan
dengan publiknya. Kegiatan yang menonjol adalah menanamkan dan memperoleh
pengertian, goodwill dan kepercayaan publik tertentu dan masyarakat pada
umumnya.
B. Tujuan dan Fungsi Public Relations
Tujuan Public relations
Tujuan (goals)
merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dituju atau diraih. Tujuan sentral Public
relations yang akan dicapai adalah mengacu pada tujuan pokok organisasi atau
perusahaan, karena Public relations dibentuk guna menunjang aktivitas manajemen
dan operasional perusahaan. Dalam realitanya, tujuan Public relations antara
lain menciptakan pemahaman publik, membangun citra korporat, membangun opini
publik yang favourable serta membentuk goodwill dan kerja sama.[5]
Sebagaimana disebutkan
di atas, tujuan sentral Public relations yang hendak dicapai secara strategis,
maka dalam hal ini tidak berfungsi sebagai “peta” yang menunjukkan arah, tetapi
akan menunjuk “bagaimana” tentang operasionalnya. Jadi tujuan sentral Public
relations adalah mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) citra
perusahaan, corporate image dan corporate culture (kultur perusahaan)
serta branded image (citra nama).
Keberadaan Public relations yang profesional tersebut berfungsi sebagai
management communications.
Public relations,
sesuai dengan tujuan utamanya, akan dituntut untuk mengembangkan atau membangun
hubungan yang baik, tidak hanya dengan pihak pers, tetapi juga termasuk dengan
berbagai pihak luar atau kalangan yang terkait (eksternal relations). Dalm
definisi, bahwa publik relations adalah fungsi manajemen, yang berarti melekat
dan tidak terlepas dari manajemen, tujuannya adalah membentuk good will, toleransi (tolerance), saling kerja sama (mutual symbiosis), saling mempercayai (mutual confidence), saling pengertian (mutual understanding), dan saling
menghargai (mutual appreciations),
serta untuk memperoleh opini publik yang favorable, good image yang tepat
berdasarkan hubungan yang harmonis, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan ke
luar (eksternal relations).[6]
Jadi, tujuan utama
Public Relations adalah pengembangan opini publik yang menyenangkan dari sebuah
lembaga social, ekonomi, atau politik. Suatu pemahaman tentang prosese
pembentukan opini publik dan perubahan sikap merupakan dasar dari studi Public
Relations.
Fungsi Public relations
Fungsi atau peranan
adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh Public
relations sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang Public relations. Jadi,
Public relations dikatakan berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan
kewajibannya dengan baik.
Edwin Emery, dalam
bukunya introduction to mass media menyebut
fungsi Public Relations sebagai:[7]
“Upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga
untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai
publiknya”.
Menurut Bertrand R.
Canfield menyebutkan Public Relations mengemban tiga fungsi, yaitu:[8]
1. Mengabdi kepada kepentingan umum,
maksudnya bahwa kegiatan publik relations harus benar-benar dicurahkan untuk
kepentingan umum. Khususnya bagi publik relations officer (PRO) harus dapat
menciptakan, membina serta memelihara hubungan ke dalam maupun ke luar.
2. Memelihara komunikasi yang baik, maksudnya
bahwa seorang public relations officer (PRO) adalah perantara antara pimpinan
dan publiknya. Untuk menciptakan hubungan yang baik maka seorang public
relations officer (PRO) harus dapat membina komuniakasi yang terarah dan
efektif.
3. Menitikberatkan moral dan tingkah
laku yang baik, maksudnya bahwa seorang public relations
officer (PRO) akan mempunyai wibawa apabila ia sendiri tidak cacat moral dan
tingkah lakunya. Dalam artian ia harus menjadi teladan dan panutan
Secara garis besar,
Cutlip dan Center[9]
menyebut fungsi Public relations sebagai berikut:
·
Menunjang kegiatan manajemen dan
mencapai tujuan organisasi.
·
Menciptakan komunikasi dua arah secara
timbale balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan
menyalurkan opini publik kepada perusahaan.
·
Melayani publik dan memberikan nasehat
kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum.
·
Membina hubungan secara harmonis antara
perusahaan dan publik, baik internal maupun eksternal.
Penampilan dan sikap
seorang public relations dapat menciptakan kesan tersendiri, baik itu positif
maupun negatif. Pada akhirnya kesan ini dapat melekat dan mempengaruhi pula
citra nama instansi atau perusahaan yang mereka sandang. Oleh karena itu,
sesuai dengan code of ethics public
relations, serta didukung oleh semangat etos kerja yang tinggi, maka public
relations akan tetap berpegang teguh pada tugas dan fungsinya sebagai public
relations yang profesional.
C. Prinsip-Prinsip Public Relations
Arthur
W. Page menyebutkan sejumlah prinsip public relations, antara lain:
1. Tell the Truth.
Biarkan publik tahu apa yang terjadi dan sediakan gambar yang akurat. Segala
kejadian maupun peristiwa yang terjadi di dalam suatu lembaga merupakan
perhatian publik, mengapa? Karena setiap kegiatan maupun pekerjaan yang
dilakukan, dilakukan atas nama publik dan demi kepentingan publik. Oleh sebab
itu, publik memiliki hak tersendiri untuk mendapatkan informasi
sedalam-dalamnya terkait dengan lembaga.
2. Buktikan dengan tindakan (prove it
with action). Perilaku lembaga menjadi sumber
informasi bagi publik dalam memberikan penilaian akan kinerja lembaga.
Penilaian positif lebih mudah didapatkan melalui pembuktian dengan kerja nyata.
Publik lebih mudah menilai lembaga dari kinerjanya.
3. Dengarkan suara konsumen atau
masyarakat (listen to
the customer). Untuk kebaikan lembaga, mengertilah pada keinginan dan
kebutuhan publik. Salah satu aspek penting dalam menjaga hubungan b aik dengan
dengan publik adalah mengerti keinginan konsumen
4. Siapkan diri untuk esok (manage for
tomorrow). Ciptakan niat baik, setiap kegiatan yang
dilakukan saat ini, akan berdampak di masa depan. Penting bagi sebuah lembaga
untuk merencanakan setiap kegiatan. Perencanaan untuk kegiatan di masa depan,
bermanfaat dalam menghindarkan kesulitan-kesulitan maupun kekacauan yang
mungkin terjadi di masa depan.
5. Lakukan tindakan public relations
seakan seluruh lembaga bergantung padanya. Public
relations memiliki fungsi-fungsi yang tidak tergantikan oleh anggota lain dalam
lembaga.
6. Remain calm, patient and good
humored. Bersandarlah pada sikap yang konsisten, tenang dan
berdasarkan perhatian ketika menyampaikan informasi, atau melakukan kontak.
Bila krisis muncul, ingat bahwa komunikasi dengan kepala dingin adalah yang
terbaik.
D.
Proses Public
relations:
Hubungan Public relations dengan External
Publik
Salah satu tujuan ke luar public
relations ( external public relations ) adalah mempererat hubungan dengan orang-orang atau instansi di luar
organisasi / perusahaan, demi terciptanya opini publik yang menguntungkan
organisasi.
Komunikasi
ke luar dengan masyarakat dapat
dilakukan melalui berbagai cara sebagai berikut :
1. melalui kontak pribadi ( personal contact ),
2. melalui media massa, seperti:
a. press release;
b. hubungan dengan pers
c. hubungan dengan masyarakat /
komunitas;
d. publisitas, dan
e. melalui media komunikasi lain
Hubungan Melalui Kontak Personal
Salah satu pekerjaan petugas public
relations adalah memikirkan kepentingan publik. Wawasan seorang PRO biasanya
dibentuk oleh pengalaman-pengalaman mereka, misalnya dengan memperhatikan sikap, tindak-tanduk,
kebiasaan, cara-cara melayani, dan sebagainya. Yang terpenting untuk
diperhatikan disini adalah perlakuan terhadap perseorangan yang mempunyai
hubungan atau berhubungan dengan lembaga
/ organisasi / perusahaan tersebut. Seorang PRO yang berhubungan langsung dengan publiknya harus selalu bersikap ramah,
sopan, selalu bersedia mendengarkan apa yang dikatakan dan ditanyakan publik,
sabar dalam melayani mereka dan tidak menangguhkan sesuatu pelayanan yang
segera dapat dilakukan.
Hubungan
dengan media massa
Salah satu
kegiatan public relations yang penting adalah menyelenggarakan hubungan dengan media massa, karena media massa,
terutama pers merupakan media yang memainkan peranan penting dalam penyebaran
informasi / berita kepada masyarakat, juga kepada pemerintah dan dalam
pembentukan opini publik.
Hubungan public relations
dengan media massa memiliki 5 sasaran, yaitu : [10]
1.
untuk memperoleh publisitas
seluas mungkin mengenai kegiatan serta kangkah lembaga / organisasi yang
dianggap baik untuk diketahui oleh publik.
2.
untuk memperoleh tempat dalam
pemberitaan pers ( liputan, laporan,
ulasan, atau tajuk ) yang obyektif, wajar, dan seimbang mengenai hal-hal yang
menguntungkan lembaga / organisasi.
3.
untuk memperoleh umpan balik
mengenai upaya dan kegiatan lembaga / organisasi.
4.
melengkapi data / informasi
bagi pimpinan lembaga untuk keperluan pembuatan penilaian secara tepat mengenai situasi atau permasalahan yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan lembaga.
5.
mewujudkan hubungan yang
stabil dan berkelanjutan yang dilandasi oleh rasa saling percaya dan saling
menghormati.
Hubungan
dengan internal publik
Tujuan adanya hubungan ini untuk
mempererat hubungan antara pimpinan dan karyawan / bawahan, majikan dan buruh,
antara sesama pegawai dalam publik intern, sehingga akan menimbulkan kegairahan
kerja. Hal ini dapat ditempuh melalui komunikasi yang sinambung.
Internal public relations dapat
dibagi menjadi dua:
1.
Hubungan dengan karyawan
2.
hubungan dengan pemegang saham
Hubungan
dengan karyawan yaitu hubungan
dengan semua pekerja, baik yang “berdasi” maupun pekerja “kasar”. dengan menggalang hubungan yang demikian maka
goodwill, kerjasama dan kepercayaan dari mereka dapat dibina dan dipelihara.
Tugas
dan fungsi dari public relations atau humas tidak terlepas dari bidang
informasi dan komunikasi mengenai kegiatan atau aktivitas perusahaan yang
diwakilinya, untuk disampaikan kepada komunikan (publik) sebagai sasaran atau
targetnya.
Keterampilan
berkomunikasi seorang public relations, baik melalui lisan maupun tulisan
adalah salah satu upaya untuk membentuk opini publik yang sesuai dengan apa
yang diharapkan.
Kemudian
melalui media massa, tentang apa dan bagaimana pesan tersebut dirancang atau
disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan. Pesan
harus sistematis, deskriptif, persuasif, informatif, emosional, dan responsif
yang disesuaikan dengan situasi, kondisi kepentingan dan keinginan-keinginan
dari kedua belah pihak.[11]
Hal
ini dapat dicapai melalui hubungan komunikasi dua arah yang efektif dengan
teknik dan metode tertentu. Apa dan bagaimana menguasai teknik atau cara
berkomunikasi yang tepat dan baik? Bagaimana memanfaatkan media cetak atau
media elektronik sebagai alat untuk menyampaikan pesan, dalam bentuk teknologi
apa? Dengan bahasa, tulisan, dan gambar yang akan membawa pesan kepada
komunikan yang dituju secara efektif dan efisien.
BAB
III
ANALISIS
MASALAH
mengatasi
persoalan substansial di PT.Pertamina BBM
Konversi minyak tanah ke gas dimulai sejak tahun
2007 hingga sekarang. Kegiatan konversi ini telah mampu diterima oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia. Namun, dalam perkembangannya beberapa kasus telah
terjadi akibat tabung gas elpiji. Beberapa Tabung gas elpiji mengakibatkan
kecelakaan dan ledakan yang menimbulkan beberapa korban. Baik korban yang
mengalami luka ringan hingga luka berat sampai mengalami kerugian yang
berjumlah puluhan hingga ratusan juta rupiah. Kecelakaan yang terjadi di
sebabkan oleh beberapa faktor antara lain, akibat kelalaian dari pengguna dan
tabung yang mengalami kerusakan atau sudah tidak layak pakai.]
Beberapa kecelakaan yang terjadi adalah dikarenakan
kelalaian pemakaian, proses perawatan dan kebocoran tabung gas yang diakibatkan
oleh beberapa agen yang melakukan kecurangan-kecurangan seperti yang telah
banyak diberitakan di media.
Humas mempunyai keterlibatan penuh untuk memperkuat
komunikasi dengan kalangan eksternal dan internal suatu instansi baik
pemerintahan maupun swasta. Begitu pula dengan Humas PT. Pertamina, beliau harus
selalu dilibatkan dalam segala hal yang berhubungan dengan menjaga reputasi
perusahaan dimata khalayak internal pada umumnya, dan eksternal pada khususnya,
disesuaikan dengan ruang lingkup pekerjaan dan tanggung jawab beliau sebagai
praktisi humas.
Peranan humas PT. Pertamina (Persero) adalah :
1.
Sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Humas
PT.Pertamina membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah yang
berhubungan dengan public. Misalnya dalam kasus ledakan elpiji, Humas
PT.Pertamina (Persero) BBM bekerja sama dengan divisi Gas Domestik untuk
menyelesaikan kasus ledakan gas elpiji yang terjadi.
2.
Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator)
Humas
bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu medengar apa yang
menjadi keinginan dan harapan publik. Biasanya dilakukan melalui contact
pertamina maupun surat dari publik.
3.
Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)
Humas
bertindak sebagai membantu proses pemecahan masalah. Mulai dari ide sampai pada
proses pelaksanaan penyelesaian kasus.
Langkah – langkah tersebut sebagai kontribusi PT.
Pertamina (Persero) dalam memberikan manfaat terhadap perusahaan dan publik,
sesuai dengan visi perusahaan, yaitu menjadi unit usaha terbaik, tanggung
jawab, dan terpercaya. Visi ini erat kaitannya dengan menjalin hubungan yang
harmonis dengan publik sekitar karena publik adalah bagian yang penting untuk
menunjang kelangsungan suatu perusahaan. Terutama adalah saat perusahaan
mengalami suatu krisis dalam mempertahankan citranya dimata masyarakat karena
suatu kasus yang berkaitan dengan produk dan hubungan perusahaan dengan publik
secara langsung. Dalam hal inilah seorang Humas harus memberikan perannya
secara maksimal dalam menyelesaikan kasus tersebut agar citra perusahaan tetap
terjaga.
Ø solusi
1. Program
PR (publiEc relation)
a. komunikasi krisis
Parahnya
masalah yang melanda PT.Pertamina ini terkait masalah citra lembaga yang sedang
hancur terkait beberapa masalah yang terjadi
maka hal yang perlu dilakukan seorang PR adalah
Komunikasi dengan publik yang dikenal dengan komunikasi krisis.
Komunikasi
krisis adalah komunikasi antara organisasi dengan public sebelumnya,
selama, dan setelah kejadian krisis. Komunikasi ini dirancang melalui
program-program untuk meminimalisir kerusakan terhadap citra organisasi (Frearn
Banks, dalam Prayudi 1998: 38).
Ketika
organisasi mengalami krisis maka kebutuhan akan informasi seputar krisis terus meningkat.
Hal ini karena berkaitan dengan berbagai kepentingan publik organisasi
tersebut. Publik organisasi yang memiliki kepentingan akan merasa khawatir
ketika organisasi mengalami krisis. Kekhawatiran ini dapat mengarah pada
tindakan-tindakan yang mungkin merugikan organisasi, Menurut Coombs (1994)
(dalam Prayudi, 1998: 39) ada lima strategi yang
biasanya
digunakan dalam komunikasi krisis, yaitu:
1. Non – existence strategies. Strategi
ini diterapkan oleh organisasi yang kenyataanya tidak mengalami krisis, namun
ada rumor bahwa organisasi sedang menghadapi krisis. Bentuk pesan bisa berupa
penyangkalan (denial), penjelasan disertai alasan (clarification),menyerang
pihak penyebar rumor (attack), dan mengancamberdasarkan hukum (intimidation).
2. Distance
strategies. Digunakan organisasi yang mengakui adanya krisis
dan berusaha untuk memperlemah hubungan antara organisasi dengan krisis yang
terjadi. Bentuk pesan bisa berupa penolakan bahwa organisasi tidak bermaksud
melakukan hal-hal negatif dan penyangkalan kemauan (excuse) dan melakukan klaim
bahwa kerusakan yang terjadi tidak serius (justification).
3. Ingratiation
strategies. Strategi ini digunakan organisasi dalam upaya
mencari dukungan publik. Bentuk pesan bisa berupa pengingatan kepada publik
akan hal-hal positif yang dilakukan organisasi, menempatkan krisis dalam
konteks yang lebih besar, dan mengatakan hal-hal baik yang dilakukan publik
(praising others).
4. Mortification
strategies. Organisasi berusaha meminta maaf dan menerima
kenyataan bahwa memang benar terjadi krisis. Bentuknya bisa berupa kompensasi
kepada kepada korban, meminta maaf kepada publik, dan mengambil tindakan untuk
mengurangi krisis.
5. Surffering
strategies. Organisasi menunjukkan bahwa ia jugamenderita
sebagaimana korban dan berusaha memperoleh dukungan dan simpati publik.
Sebuah
rencana komunikasi krisis yang baik paling tidak mempertimbangkan publik
organisasi, model komunikasi yang mencakup tujuan untuk masing-masing publik,
pesan yang harus disampaikan, juru bicara, dan upaya mendapatkan dukungan pihak
ketiga. Dalam upaya komunikasi krisis,bentuk modis yang biasa digunakan oleh
public relations akan banyak membantu seperti:
a)
Press release,
merupakan pernyataan tertulis yang menjelaskan bagaimana organisasi menangani
krisis dan pimpinan yang berwenang.
b)
Press kits,
merupakan map yang berisi beberapa press release yang memiliki nilai berita
bagi media massa. Biasanya perusahaan juga melampirkan profil organisasi, atau
daftar telepon juru bicara perusahaan.
c)
Konferensi pers,
merupakan upaya agar media massa menerima informasi yang tepat dari juru bicara
organisasi dan menghindari mis-informasi seandainya wawancara dilakukan secara
terpisah.
d)
Newsletter,
merupakan publikasi perusahaan yang berisi berita dan perkembangan terbaru
perusahaan (Prayudi, 1998: 39-40)
Walaupun
ada media lain seperti aktivitas sosial yang dijalankan organisasi, keempat
media diatas termasuk yang sering dilakukan. Pendekatan dengan komunikasi
interpersonal dan dua arah biasanya akan mendapatkan dukungan dari publik.
Komunikasi krisis perlu disusun dengan mempertimbangkan model komunikasi,
strategi pesan, publik organisasi dan tujuan perusahaan secara luas.Upaya
membina hubungan dengan publik sejak dini merupakan faktor pendukungkrusial
ketika perusahaan mengalami krisis. Organisasi harus menyadari bahwa kerusakan
yang mungkin ditimbulkan oleh krisis adakalanya tidak terduga, karena dapat
mengakibatkan kebangkrutan, pengambilalihan kendali dan usaha jatuhnya nama
baik (good image), menurunnya permintaan atas produk dan jasa, dan rusaknya
kinerja organisasi.
b. Tindakan PR di masa krisis
Public
Relations memiliki peran penting dalam merencanakan program persiapan krisis,
manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah
krisis selesai ditanggulangi. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi public
relations mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan yang
terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan. Ada beberapa
tahapan yang perlu dilakukan public relations dalam krisis antara lain:
1)
Pendalaman
data dan fakta
Melakukan riset
mendalam mengenai isu yang berkembang. Riset yang dikembangkan secara
kualitatif.
2)
Menyiapkan
paket informasi
Menyiapkan
information sheets standar yang berisi berbagai informasi yang diberikan oleh
Public Relations kepada semua stakeholders.
3)
Membuat
batasan isu dan dampaknya
Menganalisis dan
membuat batasan setiap isu tentang dampak yang mungkin ditimbulkan bagi
masyarakat atau konsumen pengguna produk.
4)
Posisikan
citra perusahaan
Pastikan
bagaimana citra perusahaan akan diposisikan dihadapan public berkaitan dengan
isu yang sedang berkembang.
5)
Siapkan
Tim Crisis Centre
Siapkan tim yang
siap dipakai ketika krisis benar-benar terjadi, serta buat simulasi untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
6)
Menunjuk
Unofficial Spoke Persons
Crisis Center
sebaiknya tidak hanya melibatkan internal perusahaan (official person) tapi
juga pihak lain atau pihak ketiga yang direkrut untuk membantu menyelesaikan
krisis (Agung 2005: 38)
Peranan Humas
PT.Pertamina dalam menangani kasus ledakan gas elpiji 3 kg.
Sebagai seorang Humas dalam menghadapi kasus ini
melakukan beberapa tindakan. Tindakan yang di lakukan telah sesuai dengan teori
yang ada yaitu teori dari (Cutlip dan Center, Iriantara,2007:14) mengenai pendekatan
manajerial. Pendekatan itu dengan cara:
1. Mencari penyebab kejadian
Humas
biasanya mengetahui berita kecelakaan gas elpiji 3 kg dari pengaduan warga,
media dan juga dari pemberitahuan karyawan PT.Pertamina sendiri. Setelah
mendengar berita tersebut, Humas bekerjasama dengan pihak Gas Domestik yang
merupakan penanggung jawab kegiatan konversi gas elpiji 3 kg turun kelapangan
langsung untuk mengetahui fakta yang ada. Kegiatan pencarian fakta untuk
menanyakan tentang seluk beluk kejadian di lakukan dengan turun langsung ke
lapangan dan dengan melakukan pendekatan persuasive melalui wawancara kepada
korban langung maupun dengan tetangga-tetangga korban. Kegiatan tersebut
biasanya dilakukan langung ke rumah korban dan apabila ada korban jiwa dalam
kecelakaan ini, maka kegiatan
wawancara
dilakukan di rumah sakit tempat korban dilarikan untuk mendapatkan pertolongan.
2. Memberikan bantuan kepada korban
Mencari
penelusuran fakta yang ada, harus dapat diketahui jumlah korban dan kerugian
material yang harus ditanggung baik itu fisik rumah maupun perawatan kesembuhan
korban. Dari hasil penilaian itulah, maka Pertamina harus merencanakan untuk
memberikan suatu asuransi yang mana semua orang yang mendapatkan kompor dan
tabung gas elpiji telah mendapatkan asuransi jiwa dari PT.Pertamina.Sedangkan
jumlah dan saratnya telah ditentukan dan proses pemberian asuransinya harus
sesuai dengan prosedur. Bantuan yang disebut dengan tali asih ini merupakan
program dari PT.Pertamina sebagai rencana yang telah diperhitungkan apabila
suatu saat akan terjadi kecelakaan akibat pemakaian gas elpiji.
Perencanaan yang telah ditetapkan dan di ukur sesuai
dengan jumlah kerugian segera diberikan langsung kepada korban agar mereka bisa
langsung mendapatkan perawatan dan tidak merasa dirugikan atau merasa tidak
mendapatkan perhatian dari pihak Pertamina. Tindakan berikutnya setelah
perencanaan tentang jumlah bantuan dana tali asih ditentukan, maka pihak
Pertamina dengan segera memberikannya kepada korban. Selain itu, tidak lupa
diberikan pengetahuan tambahan cara penggunaan elpiji yang aman agar tidak
terjadi lagi hal yang serupa. Serta, korban diberikan surat pernyataan yang
isinya tidak melakukan penuntutan terhadap PT.Pertamina setelah proses tali
asih dari PT.Pertamina telah berakhir.
Untuk membantu mengkomunikasikan kepada publik luar,
Humas PT.Pertamina juga bekerjasama dengan pihak media untuk melakukan
pemberitaan kepada publik mengenai kasus ledakan gas elpiji dan tindakan
penyelesaian kasus kecelakaan
3. Melakukan tindakan evaluasi
Tahap terakhir adalah evaluating. Setelah
selesai pemberian bantuan kepada korban, pihak Pertamina mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan, apakah sudah bisa diterima baik oleh korban dan tindakan
tersebut apakah telah mampu mengembalikan lagi citra perusahaan di mata korban.
4. Melakukan upaya pencegahan kasus
agar tidak terjadi lagi.
Dengan beberapa jumlah kasus kecelakaan akibat gas
elpiji yang terjadi maka PT.Pertamina harus melakukan upaya guna mencegah kasus
kecelakaan gas elpiji terjadi kembali. Upaya yang dilakukan adalah dengan
melakukan resosialisasi. Proses resosialisasi ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan yang lebih kepada pihak-pihak konsumen agar lebih mengerti
bagaimana cara pemakaian dan perawatan yang benar sesuai prosedur yang ada.
Selain itu dilakukan pula Quality Control setiap
harinya dengan melakukan pengecekan terhadap tabung elpiji, mulai dari proses
kelayakan pakai tabung gas, perlengkapan dan aksesoris tabung hingga proses
pendistribusian ke agen-agen. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kelalaian
agar tidak mendistribusikan tabung yang tidak layak pakai dan dapat
mengakibatkan kecelakaan terjadi lagi.
BAB
IV
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Public relations secara
umum diartikan sebagai semua kegiatan yang dilakukan oleh suatu lembaga atau
organisasi dan badan usaha melalui para petugas public relations officer (PRO)
untuk merumuskan organisasi atau struktur dan komunikasi guna menciptakan
saling pengertian yang lebih baik antara lembaga itu dengan khalayak
(pihak-pihak yang harus selalu dihubunginya).
Jadi, Public Relations dapat dipandang sebagai alat atau medium untuk
menciptakan hubungan-hubungan dengan siapa saja yang dianggap dapat membawa
keuntungan dan kemajuan bagi organisasi atau lembaga yang bersangkutan.
Penampilan dan sikap
seorang public relations dapat menciptakan kesan tersendiri, baik itu positif
maupun negatif. Pada akhirnya kesan ini dapat melekat dan mempengaruhi pula
citra nama instansi atau perusahaan yang mereka sandang. Oleh karena itu,
sesuai dengan code of ethics public
relations, serta didukung oleh semangat etos kerja yang tinggi, maka public
relations akan tetap berpegang teguh pada tugas dan fungsinya sebagai public
relations yang profesional.humas atau public relations dari lembaga PT.Pertamina
harus bisa meyakinkan publik bahwa
Peran
Humas PT. Pertamina (Persero) BBM dalam menyelesaikan kasus kecelakaan elpiji 3
kg yaitu :
1.
Humas menyelesaikan kasus kecelakaan gas elpiji 3 kg ini dengan cara
bekerjasama dengan divisi Gas Domestik memberikan bantuan yang disebut tali
asih kepada pihak korban. Bantuan itu diberikan dalam bentuk uang maupun biaya
perawatan rumah sakit.
2.
Humas melakukan kerjasama dengan kader-kader di tiap kelurahan untuk melakukan
resosialisasi mengenai cara aman menggunakan gas elpiji kepada masyarakat
secara langsung.
3.
Humas melalui pihak Gas Domestik melakukan Quality Control terhadap SPBE
agar setiap tabung gas elpiji yang beredar kepada masyarakat sudah sesuai
dengan standart kelayakan dan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
4.
Humas memberikan infomasi kepada pihak media mengenai penyelesaian kasus
kecelakaan elpiji 3kg.
DAFTAR
PUSTAKA
Allen H. Center, Scott M. Cutlip. 2000. Effective Public Relations. prentice
Hall: New Jersey,Inc.
Coulson,
Colin Thomas. 1990. public relations,
pedoman praktis untuk Publik Relations (a practical guide). Jakarta: Bumi
Aksara.
Emery,
Edwin. 1988. introduction to mass
communication, edisi kesembilan. New York: Harper-Row Publisher.
Hadiati S, Nikmah, Dr.,SIP.,M.Si. 2010. public relations, perspektif teoritis dalam
menjalin hubungan dengan publik. Pasuruan: Lunar Media.
Irving
Kogan, Smith. 1973. public relations,
modern business series. New York: Alexander Hamilton Institute.
Jefkins, Frank. 1995. Public
Relations, edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
Kertopati, Ton. 1981. asas-asas penerangan dan komunikasi. Bandung: Bina Akasara.
Kriyantono,Rahmat
S.Sos.,M.Si. 2008. public relations
writing, teknik produksi media public relations dan publisitas korporat .
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Meinanda,Teguh. 1982. pengantar
public relations dalam management. Bandung: Armico.
Nuradi , Wicaksono.
“Memasyarakat citra Lembaga”,
dalam “Bunga rampai pengetahuan kehumasan. Dit. Public relations Deppen RI
/ Bakohumas Pusat
Ruslan, Rosady. 1994. praktik dan solusi publik relations dalam situasi krisis dan pemulihan
citra. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suwardi,Harsono.
beberapa aspek lain dan kegiatan hubungan
masyarakat, dimuat dalam bulletin pengetahuan kehumasan, No. 24 th.1988
Wiloto, Christovita. 1998. The power of Public Relations. Jakarta: powerpr global publishing.
http://temanggungcity.wordpress.com/2009/03/10/konversi-minyak-ke-gas/
[1] Harsono Suwardi, beberapa aspek lain dan kegiatan hubungan
masyarakat, dimuat dalam bulletin pengetahuan kehumasan, No. 24 th.1988
[2] Smith Irving Kogan, public
relations, modern business series,(New York: Alexander Hamilton Institute,
1973)
[3] Frank Jefkins, Public Relations,
edisi keempat, (Jakarta: Erlangga, 1995) hal: 8
[4] Colin Coulson, Thomas, public
relations, pedoman praktis untuk Publik Relations (a practical guide),
(Jakarta: Bumi Aksara, 1990) hal: 3
[5] Rahmat Kriyantono, S.Sos.,M.Si.,public relations writing, teknik produksi media public relations dan
publisitas korporat (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2008) hal:6
[6] Rosady Ruslan, praktik dan solusi publik relations dalam situasi
krisis dan pemulihan citra, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994) hal: 39
[7] Edwin Emery, introduction to mass communication, edisi kesembilan
(New York: Harper-Row Publisher, 1988) hal: 382
[8] Teguh Meinanda, pengantar public relations dalam management,
(Bandung: Armico, 1982)
[9] Scott M. Cutlip & Allen H. Center, Effective Public Relations,
(prentice Hall: New Jersey,Inc, 2000)
[10] Wicaksono Nuradi, “Memasyarakat citra Lembaga”, dalam “Bunga
rampai pengetahuan kehumasan, diterbitkan Dit. Public relations Deppen RI /
Bakohumas Pusat
[11] Rosady Ruslan, praktik dan
solusi public relations dalam situasi krisis dan pemulihan citra, hal: 51
Comments