hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi pada anggota komunitas balap liar
A. Latar
Belakang masalah
Pada abad 21 kemajuan tekhnologi berkembang
pesat dan mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Tekhnologi telah
memudahkan manusia untuk melakukan aktifitas sehari-hari, salah satu tekhnologi
yang memudahkan manusia adalah kendaraan bermotor. Sepeda motor atau motor
merupakan salah satu jenis dari kendaraan bermotor tersebut. Sepeda motor
adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Rodanya sebaris
dan jika di kendarai pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap stabil disebabkan
oleh gaya giroskopik, dan pada kecepatan rendah pengaturan berkelanjutan lewat
setangnya oleh pengendara yang memberikan kestabilan (Saputra 2008).
Sepeda motor memudahkan manusia dalam
bertransportasi dari satu tempat ke tempat lain. Sepeda motor merupakan salah
satu dari kendaran yang banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia.
Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat popular karena harganya yang
relatif murah, penggunaan bahan bakarnya rendah serta biaya operasionalnya juga
sangat rendah. Selain itu, sepeda motor banyak dipilih masyarakat sebagai moda
angkutan karena kemudahanya dalam penggunaanya (Saputra 2008).
Banyak jenis dan merk motor yang digunakan
oleh masyarakat Indonesia, mulai merk pabrikan Asia seperti Honda, Suzuki, Yamaha,
Kawasaki, Kymco sampai pabrikan Eropa dan Amerika seperti Ducati, Piaggio,
Harley Davidson. Jenis sepeda motor pun ada macam-macam, mulai dari sepeda
motor bebek (sepeda motor dengan kapasitas mesin dibawah 150 cc), sepeda motor
matic (sepeda motor bermesin automatic), vespa, trial (sepeda motor untuk medan
off road) ataupun motor besar (sepeda motor dengan kapasitas mesin diatas 500
cc).
Banyaknya jenis dan penguna sepeda motor
tersebut memunculkan banyak komunitas balap motor liar. Komunitas tersebut
muncul berawal dari kumpul-kumpul remaja yang memiliki sepeda motor,
menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi sehari-hari dan memiliki
ketertarikan dalam dunia sepeda motor , hal tersebut mendorong mereka untuk
membentuk suatu perkumpulan sebagai wadah untuk menyalurkan hasrat kecintaan
mereka terhadap sepeda motor , maka munculah komunitas-komunitas balap motor
liar tersebut.
Banyaknya komunitas balap motor yang muncul di
berbagai daerah diindonesia telah menjadi sebuah fenomena. Selain sebagai ajang
kumpul-kumpul pecinta kendaraan bermotor tapi lebih dari itu komunitas balap
motor juga memiliki susunan organisasi seperti layaknya sebuah organisasi massa
dan juga memiliki program kerja yang terjadwal seperti membuat jadwal untuk
melakukan acara berkumpul bersama seluruh anggota setiap minggunya dengan
tujuan memmpererat silaturahmi dan untuk saling berinteraksi, melakukan
perjalanan ke daerah tertentu secara bersama-sama (touring) baik dengan anggota
sendiri antaupun bekerja sama dengan komunitas balap motor yang lain, mengikuti
ivent-ivent seperti lomba drag race ,
ivent balap motor.
Beberapa waktu terakhir aksi dan aktivitas
komunitas balap motor tadi tercoreng oleh ulah dari beberapa anggota komunitas
balap motor yang menyebut dirinya sebagai anggota balap motor liar. Anggota
balap motor liar merupakan bagian dari komunitas balap motor, namun yang
membedakan dengan komunitas motor itu sendiri, geng motor merupakan bagian dari
komunitas motor namun tujuan untuk membentuk komunitas tersebut cenderung orientasinya
kearah yang negative, cenderung berbuat onar dan meresahkan masyarakat.
Akhir-akhir ini mereka mendapat perhatian serius baik dari masyarakat serta
mendapat cap negatif dari masyarakat dan dari media dikarenakan oleh perilaku
mereka. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh anggota balap motor liar
tersebut sangat meresahkan masyarakat, karena dianggap menyalahi norma-norma
sosial. Berberapa bentuk perilaku tersebut antara lain berkendara dengan kecepatan
tinggi saat mengendarai motor baik pada waktu siang maupun malam hari, melakukan
balapan motor liar atau istilahnya trek-trekan di jalanan, melakukan pengerusakan fasilitas-fasilitas
umum dan sampai tawuran dengan anggota komunitas balap motor lain.
Kekerasan yang dilakukan oleh anggota
komunitas balap motor yang menyebut dirinya anggota balap motor liar tersebut sangat dekat dengan
istilah agresi. Perilaku agresi timbul
karena individu tidak mampu untuk mengontrol emosi dalam dirinya sehingga peran
kecerdasan emosi sangat penting. Ketika seseorang mempunyai kecerdasan emosi
yang bagus maka individu ini mampu mengontrol perilaku agresi yang berarah ke
arah yang negative. Sehingga rumusan masalah yang penulis ajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara
kecerdasanemosi dengan perilaku agresi pada anggota komunitas balap motor”.
Berdasarkan pertanyaan di atas, maka
saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Agresi Pada Anggota
Komunitas Balap Motor Liar
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada
hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi pada anggota komunitas
balap liar?
C. Tujun
Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui:
1. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan
perilaku agresi pada anggota komunitas balap motor liar.
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi ketua komunitas balap motor liar
hasil penelitian ini dapat memberi masukan, pengetahuan dan juga pemahaman yang
bermanfaat sehingga dapat lebih memperhatikan perilaku anggota komunitas motor
sehinggadapat mencegah perilaku-perilaku agresi yang mungkin dilakukan
anggotanya.
2.
Bagi anggota komunitas balap motor liar , hasil dari penelitian ini dapat
menambah informasi
tentang hubungan
antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresi, sehingga anggota komunitas
balap motor liar dapat mengendalikan emosinya dalam melakukan aktivitas di
dalam komunitasnya.
3.
Bagi para aparat kepolisian setempat, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pemahaman
dan pedoman untuk melakukan tindakan penganan kasus tindakan agresi yang
dilakukan oleh komunitas balap motor liar.
4.
Bagi fakultas Psikologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemahaman arti pentingnya hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku
agresi.
5.
Bagi ilmu psikologi pada umumnya dan psikologi sosial pada khususnya,
diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
dalam mengembangkan teori-teori yang baru.
6.
Bagi peneliti selanjutnya atau pihak lain yang berkompeten dan berminat pada masalah
yang relative sama dengan kajian ini, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi.
E. Kajian Pustaka
a.
Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan
emosional dikemukakan pertama kali oleh Daniel Golemann. Kecerdasan emosional
adalah kemampuan pribadi untuk membedakan dan menanggapi secara tepat suasa
hati kelakuan dan keinginan orang lain. Goleman (2001) membagi kecerdasan emosi
atas lima komponen, yang dapat menjadi pedoman untuk mencapai kesuksesan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu (M Saad Hasballah 2003) :
a. Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kemampuan dalam
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri merupakan dasar
dari kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan
dari waktu ke waktu agar timbul pemahaman tentang diri sendiri. Ketidakmampuan
untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri dikuasai oleh
perasaan, sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya dan akhirnya
berakibat dalam pengambilan keputusan yang salah.
b. Pengaturan diri
Pengaturan diri berarti pengelolaan impuls dan
perasaan yang menekan, agar dapat terungkap dengan tepat. Hal ini merupakan
kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil
dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat
dari semua itu. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi
akan terusmenerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada
hal-hal yang merugikan diri sendiri.
c. Motivasi
Dengan kemampuan memotivasi diri sendiri yang
dimilikinya, seseorang akan cenderung memiliki pandangan
positif dalam menilai segala sesuatu yan terjadi dalam
dirinya.
d. Empati
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun
berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka
pada emosi diri sendiri, maka dapat dipastikan bahwa
ia terampil membaca emosi orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya
sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang
lain.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan seni dalam
membina hubungan dengan orang lain yang mendukung keberhasilan dalam bergaul
dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami
kesulitan dalam pergaulan sosial. Keterampilan sosial yaitu mengendalikan emosi
dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi,
berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan
antar manusia.
Kecerdasan
emosional juga harus di latih sejak kecil.pengaruh keluarga,lingkungan, dan
sekolah dalam mengembangkan kecerdasan emosional sangat besar. Dari penjelasan diatas Goleman (1995) telah
mengemukakan satu teori untuk menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi emosi
seseorang. Teori tersebut dikenali sebagai Teori Kecerdasan Emosi. Teori ini
menerangkan faktor kegagalan dan kejayaan seseorang dalam kehidupan peribadi
dan kejaya masing-masing (M Saad Hasballah 2003)
kajian
Skovholt dan D’Rozario (2000) juga menunjukkan salah satu nilai yang membentuk kestabilan
emosi ialah kasih sayang. Nilai penyayang ini dimaksudkan sebagai perasaan dan
perlakuan yang menunjukkan sikap memahami dan menghargai. Contoh-contoh sikap
tersebut adalah seperti bersifat pemaaf dan penyayang, tidak berdendam, tidak
sombong atau meninggi diri. (Gerungan 2010)
Selye (1956)
menyatakan bahawa tekanan yang berpanjangan boleh membawa kepada gangguan emosi
di tahap yang berbeda dari tahap rendah hingga ke tahap serius. Ini akan
mewujudkan emosi yang beragam seperti bosan, lesu, marah, kecewa dan benci (Gerungan 2010)
Berdasarkan beberapa definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan atau mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun ketika
berhadapan dengan orang lain, dan menggunakannya secara efektif untuk
memotivasi diri dan bertahan pada tekanan, serta mengendalikan diri untuk
mencapai hubungan yang produktif.
b.Komponen-komponen kecerdasan emosional
Bar-On
(dalam Goleman, 2000) menjabarkan kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan
pokok yaitu (M Saad Hasballah 2003) :
a. Kemampuan intrapersonal, meliputi :
1. Kesadaran diri emosional
Yaitu
kemampuan untuk mengakui atau mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang
dirasakan dan mengetahui penyebabnya
2. Asertivitas
Meliputi tiga komponen dasar, yaitu:
a. kemampuan untuk mengungkapkan
perasaan
b. kemampuan mengungkapkan keyakinan
dan gagasan secara terbuka
c. kemampuan mempertahankan kebenaran
dengan cara yang tidak destruktif
3. Harga diri
Yaitu kemampuan menghargai dan
menerima diri sendiri sebagai sesuatu yang baik, atau
kemampuan mensyukuri berbagai aspek positif dan kemampuan yang
ada dan juga menerima aspek negatif dan keterbatasan yang ada pada diri dan tetap menyukai diri
sendiri
4. Aktualisasi diri
Yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial
yang dimiliki. Aktualisasi diri adalah suatu proses dinamis
dengan tujuan mengembangkan kemampuan dan bakat secara
maksimal
5. Kemandirian
Yaitu kemampuan mengatur atau mengarahkan diri
dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak tergantung pada
orang lain secara emosional
b. Kemampuan
interpersonal, meliputi :
1. Empati
Yaitu
kemampuan menyadari, memahami, menghargai perasaan orang lain dan juga
kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain.
2. Hubungan interpersonal
Yaitu
kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan yang
dicirikan dengan keakraban serta memberi dan menerima kasih sayang
3. Tanggungjawab sosial
Yaitu kemampuan menunjukkan diri
sendiri dengan bekerjasama, serta berpartisipasi dalam kelompok sosialnya.
Komponen-komponen kecerdasan emosional ini meliputi bertindak secara
bertanggungjawab, meskipun tidak mendapatkan keuntungan
apapun secara pribadi
c.
Penyesuaian diri, meliputi :
1. Pemecahan masalah
Yaitu kemampun mengenali masalah serta
menghasilkan dan melaksanakan solusi yang secara potensial efektif. Kemampuan
ini juga berkaitan dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak
menghindari masalah tetapi dapat menghadapi masalah dengan baik
2. Uji realitas
Yaitu kemampuan menilai kesesuaian
antara apa yang dialami atau dirasakan dan kenyataan yang ada secara objektif
dan sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang diinginkan atau diharapkan
3. Fleksibilitas
Yaitu kemampuan mengatur emosi,
pikiran dan tingkah laku untuk mengubah situasi dan kondisi sikap fleksibilitas
ini juga mencakup seluruh kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang tidak terduga dinamis
d.
Penanganan stres, meliputi :
1. Ketahanan menanggung stres
Yaitu kemampuan menahan peristiwa yang
tidak menyenangkan dan situasi stres dan dengan aktif serta sungguh-sungguh
mengatasi stress tersebut. Ketahanan menanggung stres ini berkaitan dengan
kemampuan untuk tetap tenang dan sabar
2. Pengendalian impuls
Yaitu kemampuan menahan dan menunda
gerak hati, dorongan dan godaan untuk bertindak
e. Suasana hati, meliputi :
1. Kebahagiaan
Yaitu kemampuan untuk merasa puas
dengan kehidupan, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan bersenang-senang
2. Optimisme
Yaitu kemampuan untuk melihat sisi terang
dalam hidup dan membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan.
Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam menghadapi kesulitan
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
Menurut
Goleman (dalam Ifham, 2002) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional, yaitu (M Saad Hasballah 2003):
1. Faktor internal, merupakan faktor yang
timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional
seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks, sistem limbik,
lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional.
2. Faktor eksternal, merupakan faktor yang
datang dari luar individu dan mempengaruhi atau mengubah sikap pengaruh luar
yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara kelompok, antara
individu dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak
langsung yaitu melalui perantara misalnya media massa baik cetak maupun
elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit.
b.
Pengertian Agresi
Istilah agresi
seringkali di sama artikan dengan agresif. Agresif adalah merupakan kata sifat
dari agresif. Istilah agresif seringkali digunakan secara luas untuk
menerangkan sejumlah besar tingkah laku yang memiliki dasar motivasional yang
berbeda-beda dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat
disebut agresif dalam pengertian yang sesungguhnya. Dengan penggunaan istilah
agresif yang simpang siur atau tidak konsisten, penguraian tingkah laku
khususnya tingkah laku yang termasuk ke dalam kategori agresif menjadi kabur,
dan karenanya menjadi sulit untuk memahami apa dan bagaimana sesungguhnya yang
disebut tingkah laku agresif atau agresi itu (Koeswara,1988). (Tony Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Agresif
menurut Baron (dalam Koeswara,1998) adalah tingkah laku yang dijalankan oleh
individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain. (Tony Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Myers
(dalam Adriani,1985) mengatakan tingkah laku agresif adalah tingkah laku fisik
atau verbaluntuk melukai orang lain. (Tony
Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Menurut
Dollar dan Miler (dalamSarwono, 1988) Agresi merupakan pelampiasan dari
perasaan frustasi.
Menurut Berkowitz (1987), agresi merupakan
suatu bentuk perilaku yang mempunyai niat tertentu untuk melukai secara fisik
atau psikologis pada diri orang lain. (Tony
Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Murray (dalam Hall dan Lindzey,1981)
mengatakan bahwa agresi adalah suatu cara untuk mengatasi perlawanan dengan
kuat atau menghukum orang lain. (Tony Setibudhi,
Hardywinarto 2002)
Menurut
Aronson (dalam Koeswara,1988) agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh
individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan atau
tanpa tujuan tertentu. (Tony
Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Murray dan Fine (dalam Sarwono, 1988)
mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun
secara verbal terhadap induvidu lain atau terhadap objek-objek. (Tony Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Menurut Atkinson dkk (1981) agresi
adalah tingkah laku yang diharapkan untuk merugikan orang lain, perilaku yang
dimaksud untuk melukai orang lain (baik secara fisik atau verbal) atau merusak
harta benda. (Tony Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Berbagai perumusan agresi yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tingkah laku agresi merupakan
tingkah laku pelampiasan dari perasaan frustasi untuk mengatasi perlawanan
dengan kuat atau menghukum orang lain, yang ditujukan untuk melukai pihak lain
secara fisik maupun psikologis pada orang lain yang dapat dilakukan secara
fisik maupun verbal. Agresi adalah perilaku-perilaku yang sangat penting dalam
psikologi, khususnya psikologi sosial, karena pengaruhnya sangat besar, baik terhadap individu maupun kelompok. (Tony Setibudhi, Hardywinarto 2002)
Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Agresi
Menurut Davidoff (dalam Mu’tadin,
2002) terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan perilaku
agresi, yakni (Tony Setibudhi, Hardywinarto 2002) :
a. Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang
mempengaruhi perilaku agresi, yaitu faktor gen, faktor sistem otak dan faktor
kimia berdarah. Berikut ini uraian singkat dari faktor-faktor tersebut :
1) Gen berpengaruh pada pembentukan sistem
neural otak yang mengatur penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai
dari yang sulit sampai yang paling mudah amarahnya, faktor keturunan tampaknya
membuat hewan jantan mudah marah dibandingkan dengan betinanya.
2) Sistem otak yang terlibat dalam agresi
ternyata dapat memperkuat atau mengendalikan agresi.
3) Kimia darah. Kimia darah khususnya hormon
seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan mempengaruhi prilaku agresi.
b. Faktor Belajar Sosial
Dengan menyaksikan perkelahian dan
pembunuhan meskipun sedikit pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan
untuk meniru model kekerasan tersebut.
c. Faktor lingkungan
lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap perilaku agresi anak, jika anak
yang terbiasa dengan lingkungan yang mempunyai tingkat agresi yang tinggi maka
si anak pasti akan terpengaruh.
Tipe- tipe Agresi
A. Agresi Benci (Hostile Aggression)
Agresi benci adalah agresi yang
dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau
menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain intuk menimbulkan efek kerusakan,
kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.
Menurut Moyer (dalam Koeswara,1988)
tipe-tipe agresi, yaitu (Tony Setibudhi,
Hardywinarto 2002) :
a. Agresi ketakutan
Agresi yang dibangkitkan oleh
tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari ancaman.
b. Agresi tersinggung
Agresi yang dibangkitkan oleh perasaan
tersinggung atau kemarahan, respon menyerang muncul terhadap stimulus yangluas
(tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup maupun objek-objek mati.
c. Agresi Pertahanan
Agresi yang dilakukan oleh organisme
dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan
spesiesnya sendiri. Agresi pertahanan ini disebut juga agresi teritorial.
g. Agresi Instrumental
Agresi yang dipelajari, diperkuat
(reinforced) dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
Bentuk-Bentuk
Agresi Manusia
Bentuk-bentuk
agresi menurut Morgan, King, Weisz, & Schopler (1986) dapat dilihat pada
tabel di bawah ini . (Tony Setibudhi,
Hardywinarto 2002)
Tabel 1.1 Beberapa Bentuk Agresi Manusia
Bentuk-Bentuk
Agresi
|
Contoh
|
a. Fisik, aktif, langsung
|
Menikam, memukul, atau menembak orang lain.
|
b. Fisik, aktif, tidak langsung
|
Membuat perangkat untuk orang lain, menyewa seorang pembunuh
untuk membunuh
|
c. Fisik, pasif, langsung
|
Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan yang
diinginkan atau memunculkan
tindakan yang diinginkan 9misalnya : aksi duduk dalam
demonstrasi).
|
d. Fisik, pasif, tidak langsung
|
Menulak melakukan tugas-tugas
yang seharusnya (misalnya : menolak
berpindah ketikamelakukan aksi duduk).
|
e. verbal, aktif, langsung
|
Menghina orang lain
|
f. Verbal, aktif, tidak langsung
|
Menyebarkan gosip atau rumors yang jahat tentang orang
lain.
|
g. Verbal, pasif, langsung
|
Menolak berbicara ke orang lain, menolak
menjawab pertanyaan, dll
|
h. Verbal, pasif, tidak langsung
|
Tidak mau membuat komentar verbal (misalnya:
menolak berbicara ke orang lain yang menyerang dirinya bila dia dikritik
secara tidak fair).
|
Dampak Agresi
Agresi yang dilakukan berturut-turut
dalam jangka lama, apalagi jika terjadi pada anak-anak atau sejak masa
kanak-kanak, dapat mempunyai dampak pada perkembangan kepribadian. Misalnya,
wanita yang pada masa kanak-kanaknya mengalami perlakukan fisik dan atau seksual,
pada masa dewasanya (18-44 tahun) akan menjadi depresif, mempunyai harga diri
yang rendah, sering menjadi depresi, mempunyai harga diri yang rendah, sering
menjadi korban serangan seksual, terlibat dalam peyalahgunaan obat, atau
mempunyai pacar yang terlibat dalam penyalahgunaan obat, atau (Fox &
gilbert,1994).
Pengertian
balap liar
Blap liar adalah suatu hal yang sangat
menantang dan menyengkan bagi mereka tapi mereka tidak tau kalau sangat lah
besar resiko yang harus di tanggung
Balap liar adalah
kegiatan beradu cepat kendaraan bermotor baik itu sepeda motor atau pun mobil,
yang dilakukan diatas lintasan umum. Artinya, kegiatan ini sama sekali tidak
digelar di lintasan balap resmi, melainkan di jalan raya. Biasanya kegiatan ini
di lalukan pada tengah malam sampai menjelang pagi saat suasana jaalan raya
agak sedikit lenggang.
Banyak
faktor yang mendorong aksi balap liar, seperti
:
1. Pengaruh Gengsi dan Nama Besar
Balap liar merupakan ajang adu gengsi dan
pertaruhan nama besar. Tentu saja nama besar para pelaku balap liar itu sendiri
dan nama besar beberapa kelompok geng motor seperti T2M, AMZ, BRC, Jepang Motor
dll yang mewakili mereka
2. Mencari sensasi , mencari perhatian orang ,
taruhan uang , ingin merasa hebat , ingin di puji , iseng karna tidak ada
kerjaan , juga merupakan faktor pemicu
lain mengikuti balap liar.sebab itulah para anak muda melakukan balapan liar.
3. Kurang perhatian orang tua juga merupakan
faktor yang mendorong aksi balap liar karena mereka yang kurang diperhatikan oleh
orang tuanya cenderung menjadikan balap liar sebagai pelampiasan.
Di dalam komunitas balap liar juga terdapat
struktur organisasi seperti :
1. Mekanik
Mekanik adalah orang yang mempunyai kemampuan
atau mengerti tentang mesin kendaraan. Biasanya yang menjadi mekanik adalah
orang yang mempunyai bengkel yang dijadikan sebagi sekertariat mereka.
2. Joki (Pembalap)
Keberhasilan dalam meraih kemenangan di
samping di tentukan oleh mekanik faktor kemampuan jokinya juga berpengaruh
besar. Seorang joki harus memiliki kemampuan untuk memebawa kreta (motor balap
liar) kencang sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Seorang joki juga harus
memiliki nyali besar.
3. Bandar, Juri, Pengawas, dan Pemeriksa
Lintasan
Seorang Bandar, juri, pengawas, dan pemeriksa
lintasan adalah orang yang mempunyai kepercayaan dari rekan- rekan kelompoknya
untuk melakukan tugas tersebut
Dampak negative balap liar dapat
mengakibatkan kecelakaan bahkan kematian bagi para anak muda tersebut. Padahal
masa depan anak muda tersebut masih panjang dan umurnya masih berusia muda.
Para anak muda yang tidak berpikir panjang apa yang terjadi nanti padahal
akibatnya sangat fatal bisa membahayakan anak muda tersebut.
F. Kerangka
Teoritik
Pola Asuh Orang
Tua <----------------- ------------------="" nbsp=""> Kecerdasan Emosi----------------->
Perilaku
Agresi
Lingkungan <----------------- ------------------="" nbsp=""> ----------------->Perbedaan Gender
Definisi Operasional
Memahami perilaku agresi sebagai salah satu
permasalahan sosial pada individ maka sebaiknya dipahami pula sebab-sebab
munculnya perilaku agresi tersebut dalam kehidupan manusia. Salah satu sebab
munculnya perilaku agresi individu dapat dipengaruhi oleh emosi individu. Emosi
memiliki peranan dalam menentukan munculnya perilaku agresi seseorang. Damaiso
(Goleman, 1996) mengatakan bahwa emosi berperan besar terhadap suatu tindakan
manusia, bahkan dalam pengambilan keputusan secara rasional.
Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi emosi
individu sering berubah-ubah, kondisi ini terjadi disebabkan oleh kecerdasan
emosi dari individu yang kurang baik. Individu yang cerdas emosinya berarti
dapat mengendalikan luapan emosinya sehingga individu tersebut dapat mengelola emosinya
dengan baik. Lebih lanjut Cooper dan Sawat (Goleman, 1996), mengatakan bahwa
kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan pada diri sendiri dan juga orang lain, selain juga untuk menanggapi
pendapat dan masukan orang lain dengan tepat, menerapkan dengan efektif
informasi dan energi emosi dalam kehidupan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa individu yang cerdas secara emosi mampu mengontrol emosinya dengan baik
sehingga respon emosi yang ditunjukan juga baik.
Begitu juga apabila anggota balap liar mampu
mengontrol emosinya dengan baik maka respon emosinya juga akan baik dan tidak
akan menimbulkan perilaku agresi yang dapat merugikan orang lain . Dan
sebaliknya apabila tidak mamapu mengontrol emosinya dengan tidak baik maka
respon emosinya juga tidak baik dan akan menimbulkan perilaku agresi yang dapat
merugikan orang lain.
G. Hipotesis
“Terdapat Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Perilaku Agresi Pada Anggota
Komunitas Balap Motor Liar”
H. Metode
Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
penelitian ini dapat diklasifikasikan dalam jenis penelitian kuantitatif karena
data yang diperlukan bersifat data keras dan dalam bentuk angka, yang kemudian
akan dianalisa secara statistik. (Cohen dan Monion 1996). Jenis penelitian yang
dilakukan jika di tinggal dari tujuan dan sifatnya adalah penelitian
korelasional
Dalam penelitian ini peneliti menentukan identifikasi variabel sebagai
berikut:
- Variabel bebas (Independent Variabel ) adalah : kecerdasan emosi
- Variabel terikat/ tergantung (Dependent Variabel) adalah : perilaku agresi Pada Anggota Komunitas Balap Motor Liar
2. Subyek
Penelitian
Dalam penelitian ini
peneliti mengambil populasi sebagai
penlitian yaitu
para pemuda yang tergabung dalam komunitas balap
motor liar yang suka mengadu kecepatan
kendaraannya di kota Mojokerto. Besarnya sampel yang akan di teliti berjumlah
30 sampel dan 30 sampel tersebut diambil secara acak (Random)
3. Instrumen
Penelitian
Validitas
Instrumen
Pada
penelitian ini jenis instrumen penelitian kualitatif yang digunakan ialah
kuesioner sebagai pedoman assessment. Validitas instrumen penelitian
kuantitatif dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS.
Reliabilitas
Instrumen
Pengujian
reliabilitas dilakukan dengan internal consistency yaitu mencobakan instrumen
one shoot (diukur sekali saja) kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan teknik tertentu, yaitu diukur dari koefisien korelasi Pengukuran
dilakukan dengan bantuan program komputerisasi SPSS
Daftar Pustaka
Hasballah
M Saad.Perkelahian
pelajar potret siswa smu di dki Jakarta. 2003.Yogyakarta: Galang Press
Dr.
Tony Setiabudhi Ph. D,Dr. Hardywinarto. SKM anak unggul berotak prima. 2002.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Dipl Gerungan.psikolohi
sosial.2010.Bandung:PT Refika Aditama
http://requestartikel.com
Comments