Proses Komunikasi.


Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.
a.    Proses komunikasi secara primer.
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan.
Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi  menggapaiakan tangan atau memainkan jari-jemari, mengedipkan mata atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas). Gambar sebagai lambing yang banyak digunakan dalam komunikasi, tetapi tidak melebihi bahasa.
Pikiran atau perasaan seseorang baru akan diketahui dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi dan lambing (simbol).
Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan  dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang sama bagi semua orang.
Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotative dan pengertian konotatif. Sebuah perkataan dalam pengertian denotatif adalah yang mengandung arti dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan dalam pengertian denotatif adalah yang mengandung emosional atau mengandung penilaian tertentu.
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan , kemudian menjadi giliran komunikan untuk men-decode pesan dari komunikator itu, dalam proses itu komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder).
Dalam proses komunikasi antar personal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada komunikan , dan komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi karena komunkasi antar personal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menadi decoder.
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi, oleh karena itu umpan balik bias bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Jika ia merasakan umpan baliknya negatif, itu berarti uraiannya tidak komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya.
Seperti halnya dengan penyampaian pesan secara verbal, yakni denagn menggunakan bahasa, dan secara non-verbal, yaitu demgam menggunakan kial, isyarat, gambar, atau warna, umpan balik pun dapat disampaikan oleh komunikan secara verbal maupun non-verbal.
Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Sedangkan umpan balik secara non-verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.
Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya ketika ia mengetahui bahwa umpan balikdari komunikan bersifat negatif.
Situasi yang sama dengan komunikasi antar personal ialah komunikasi kelompok (group communication), baik komunikasi kelompok kecil, maupun komunikasi kelompok besar. Karena kedua jenis komunikasi itu sifatnya tatap muka, maka umpan balik berlangsung secara seketika (immediate feedback), berbeda dengan komunikasi bermedia yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback)
Dalam komunikasi kelompok kecil seperti seminar, kuliah, ceramah, brifing, lokakarya, forum, umpan balik yang diperlukan oleh komunikator ialah yang bersifat verbal, karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi komunikan, jadi permasalahannya mengerti atau tidak, menyetujui atau tidak, dan lain-lain yang kesemuanya harus dinyatakan dengan kata-kata.
Berbeda dengan komunikasi kelompok besar, semisal rapat raksasa di sebuah lapangan yang dihadiri oleh puluhan ribu orang, komunikasi seperti itu ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada perasaannya, bukan kepada otaknya. Itulah proses komunikasi secara primer yang berlangsung secara tatap muka.

b.      Proses Komunikasi secara Sekunder.
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada oaring lain dengan menggunakan alat atausarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi. Pada akhirnya, sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan pula dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televise dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna melanda masyarakat di Negara manapun.
Pentingnya peranan media, surat kabar, radio, atau televisi, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Akan tetapi, menurut para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informative. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaiakan pesan persuasive adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya , umpan balik berlangsung secara seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan reaksi komunikan pada saat itu juga.
Proses komunikasi secara sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media non-massa (non-mass-media).
Seperti apa yang dikatakan oleh Laswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawap pertanyaan sebagai berikut:
Who Says What In Which Channel To Whom With What Effeck?
Paradigm Lass Well diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsure sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:
-          Komunikator
-          Pesan
-          Media
-          Komunikan
-          Effeck
Jadi berdasarkan paradigm Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menumbulkan effeck tertentu.  

Unsur-unsur dalam proses komunikasi.
Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:
Ø  Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
Ø  Encoding : penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambing.
Ø  Message : pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaiakan oleh komunikator.
Ø  Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
Ø  Decoding : pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 
Ø  Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
Ø  Response : tanggapan, seperangkat reaksi kepada komunikan setelah diterpa pesan.
Ø  Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
Ø  Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya..

Dalam proses komunikasi, komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya, ia harus terampil dalam menyandi pesan, komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.
Dalam teori komunikasi kita  kenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun komunikator dan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, idiologi, dan lain-lain. Jika komunikator bersifat empatik, maka komunikasi tidak akan gagal.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan dan Perbuatan Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif

Proses dan Langkah-langkah Konseling

Bimibingan Dan Konseling Islam : Asas-Asas Bki